Breaking News

Demokrat Tak Niat Bikin Poros Baru, Pilihan Hanya Merapat ke Ganjar atau Prabowo

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. (Istimewa/ YouTube Partai Demokrat)

WELFARE.id-Partai Demokrat memastikan tidak akan membuat poros baru pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat Benny Kabur Harman.

"Poros baru, poros baru mana, saya rasa enggak. Saya rasa paling mungkin itu adalah ke PDIP dengan Ibu Megawati sebagai epicentrumnya atau Prabowo Subianto," kata Benny kepada wartawan di Gedung Parlemen, Jakarta, dikutip Sabtu (9/9/2023).

Namun, ia belum bisa memastikan kemana partainya itu akan berlabuh. Apakah ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) atau kerjasama politik dengan partai politik pendukung Ganjar Pranowo.

"Sangat mungkin, sangat mungkin. Jadi sekarang ini 50 persen 50 persen. Pak Prabowo dan Pak Ganjar ya kan. Semua baik, hubungan kami dengan Ibu Megawati juga baik, dengan Pak Prabowo juga baik," ujarnya.

Ia menjelaskan, keputusan partainya akan bergabung kemana itu tetap akan menunggu dari Majelis Tinggi Partai Demokrat. Sehingga, belum bisa memastikan akan bergabung kemana.

"Belum tahu, kita menunggu majelis tinggi memang dikasih kewenangan penuh oleh konstitusi partai kita untuk menentukan akan kerja sama dengan partai mana," jelasnya. Namun, Pengamat Politik Adi Prayitno memandang, Partai Demokrat akan cenderung memilih berkoalisi dengan poros yang akan menang Pilpres 2024.

Sebab, menurut Ari, hal itu semata demi karir politik Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Selain demi eksistensi Demokrat sendiri, namun juga demi persiapan bekal AHY untuk dapat maju ke kancah Pilpres 2029 mendatang.

"Saya membaca Partai Demokrat itu pastilah akan bergabung dengan poros politik yang memungkinkan akan pertarungan pilpres. Tujuannya 2 hal, karena demokrat itu berpikir bagaimana Demokrat tetap eksis tetap established, syukur kalau suara pilegnya naik secara signifikan," jelas Adi, melansir tvonenewscom, Sabtu (9/9/2023).

Ia juga melihat, AHY harus menjadi bagian dari kekuasaan di 2024, jadi menteri salah satunya. "Dan yang paling penting, Demokrat itu berpikir bagaimana menyelamatkan karier politik AHY. Karena kalau bergabung dengan poros politik yang menang Pilpres, minimal AHY bisa jadi menteri ataupun menko yang bisa dikatalisasi sebagai bagian dari ekpos politik, bekal politik AHY untuk mempersiapkan tanding di pilpres 2029 yang akan datang," prediksinya.

Ia juga menilai, opsi politik bergabungnya partai politik hanya tinggal 2, bergabung dengan Prabowo Subianto atau bergabung dengan Ganjar Pranowo. Ia menyebut, Demokrat tentu memiliki kalkulasi politik dan keyakinan tersendiri tentang siapa sosok yang akan menang di Pilpres 2024. 

"Pastinya saat ini Partai Demokrat sedang mengkalkulasi betul bagaimana untung dan ruginya jika bergabung dengan Prabowo Subianto ataupun bergabung dengan Ganjar Pranowo," tambahnya. Namun, kata Adi, jika melihat peta politik saat ini, capres dari PDIP, Ganjar Pranowo, unggul dari capres Gerindra, Prabowo Subianto, dan capres Anies Baswedan. 

"Jadi tinggal bagaimana Demokrat bisa menilai, bisa meyakini siapa yang akan menang," ucapnya. Sementara itu, Direktur SCL Taktika Konsultan Iqbal Themi menyebut, ada baiknya partai pimpinan AHY itu berkoalisi dengan PDIP.

"Tentu berkoalisi dengan PDIP akan bisa menaikkan nilai tawar Demokrat. Karena menjadi mitra koalisi partai penguasa saat ini yang berpotensi memenangi kembali Pemilu 2024," kata dia dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (9/9/2023).

Menurut Iqbal, terdapat 3 keuntungan yang bisa diperoleh terutama bagi partai Demokrat jika berkoalisi dengan PDIP Pertama, keuntungan politik. 

Partai Demokrat jadi lebih punya peluang memenangkan Pilpres 2024. Mengingat elektabilitas Ganjar yang masih lebih unggul dari Prabowo dan Anies.

"Jika berujung kemenangan, bukan hal mustahil Demokrat ikut mendapat bagian kue politik. Pos menteri misalnya. Ini keuntungan politik yang prospektif bagi masa depan elektoral partai Demokrat. Sehingga bisa kembali diperhitungkan secara serius," yakinnya.

Kedua, keuntungan secara publik. Ia melihat, PDIP dan Demokrat akan sama-sama mendapat apresiasi positif oleh publik secara luas.

Karena selama hampir 20 tahun terakhir, dalam dinamika kompetisi politik nasional, PDIP dan Demokrat belum pernah berada dalam satu poros koalisi. "Maka jika PDIP dan Demokrat berkoalisi, ini akan memberikan pembelajaran politik yang baik bagi publik. Sekaligus menjadi wajah baru dalam dinamika politik kepartaian kita ke depan untuk saling membuka diri mengutamakan persatuan," imbuhnya lagi.

Ketiga, keuntungan konstruktif. Iqbal menjelaskan, koalisi antara PDIP dan Demokrat, bisa menjadi pintu gerbang rekonsiliasi politik dua tokoh pemimpin bangsa, yakni Megawati Soekarnoputri dan Pak Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

"Karena membaiknya hubungan politik Bu Mega dan Pak SBY, akan menjadi oase politik yang menyejukkan, sekaligus bisa membawa suasana politik nasional kita menjadi lebih cair. Penuh riang gembira sebagaimana menjadi harapan masyarakat Indonesia sejak lama," harapnya. (tim redaksi)


#pilpres2024

#pemilu2024

#partaipolitik

#karierpolitikAHY

#agusharimurtiyudhoyono

#arahkoalisidemokrat

#partaidemokrat

#PDIP

#gerindra

Tidak ada komentar