Properti RI Tahan Banting Perlambatan Ekonomi, Emiten Ikut Kecipratan Cuan
WELFARE.id-Presiden Joko Widodo bangga melihat ketangguhan sektor properti, real estat, dan konstruksi Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global. Selain itu, sektor-sektor tersebut juga dinilai Presiden Jokowi makin kompetitif dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian nasional.
"Saya senang, di tengah perlambatan ekonomi global, sektor properti, real estat dan konstruksi Indonesia termasuk yang tangguh, tahan banting, dan makin kompetitif. Kalau kita lihat kontribusi 2018-2022 setiap tahunnya mencapai Rp2.300-2.800 triliun, sangat besar dan memberikan kontribusi 16 persen dari PDB ekonomi kita, besar sekali,” ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) XVII Tahun 2023 di Jakarta, dikutip Sabtu (12/8/2023).
Selain kontribusi dari sisi ekonomi, lanjutnya, sektor properti, real estat, dan konstruksi juga melibatkan banyak tenaga kerja dalam perputaran ekonominya. Diperkirakan, mencapai 13-19 juta orang.
"Kenapa banyak negara ingin men-drive ekonominya lewat usaha real estat, usaha-usaha properti? Karena kontribusi di PDB-nya sangat tinggi di semua negara,” imbuhnya.
Di samping itu, sektor properti, real estat, dan konstruksi juga dapat memberikan efek berganda (multiplier effect) kepada 185 subsektor industri lainnya. Subsektor tersebut mulai dari bahan bangunan seperti semen, besi, batu bata, hingga furnitur, elektronik, dan peralatan rumah tangga.
"Jangan lupa industri jasa, dari yang namanya tukang listrik, tukang sampah, tukang kebun, sedot wc, semuanya bisa bergerak,” lanjutnya. Lebih lanjut, Presiden juga menilai bahwa peluang sektor properti di Indonesia masih sangat besar karena pertumbuhan keluarga baru mencapai 700-800 ribu per tahunnya.
Selain itu, kinerja ekonomi secara nasional juga masih baik, tumbuh stabil di atas 5 persen. "Baru saja diumumkan hari Senin kemarin, pertumbuhan ekonomi kita growth itu 5,17 persen, dan sudah tumbuh di atas 5 persen selama 7 kuartal berturut-turut. Di G20 itu, negara-negara G20 itu yang tumbuh di atas 5 persen hanya Indonesia, India, dan RRT,” paparnya
Mengenai potensi properti di masa depan terhadap ekonomi global, kawasan Asia Tenggara diperkirakan menjadi salah satu sumber utama. Rata-rata pertumbuhan sebesar 4,7 persen pada tahun 2023.
Menurut laporan Southeast Asia Outlook 2023 Cushman & Wakefield, dikutip Sabtu (12/8/2023), angka tersebut mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata sebelum pandemi sekitar 5 persen per tahun dan hal ini cukup menjanjikan untuk peningkatan aktivitas bisnis di kawasan.
Menurut Head of Asia Pacific Tenant Representation and Managing Director Cushman & Wakefield Indone & Southeast Asia Anshul Jain, situasi ini menunjukan kawasan Asia Tenggara siap untuk pulih tahun ini dan menunjukkan kinerja yang kuat dalam satu dekade ke depan. "Pendorong utama pemulihan ini termasuk pembukaan kembali Tiongkok setelah pandemi yang merupakan dorongan bagi kawasan Asia Pasifik dengan Asia Tenggara sebagai penerima manfaat utama. Hal ini juga akan membuat pertumbuhan yang lebih kuat untuk perekonomian di seluruh wilayah Asia Tenggara,” bebernya.
Saat ini kendati laju pertumbuhan ekonomi di setiap negara kawasan berbeda-beda. Ekonomi Asia Tenggara memiliki potensi yang sangat besar dan hal itu tidak terlepas dari populasi yang besar atau ketiga setelah Tiongkok dan India.
Dengan memanfaatkan tren perdagangan global dan lingkungan geopolitik, Asia Tenggara menawarkan beragam kesempatan investasi sebagai daerah yang tumbuh pesat, salah satunya sektor properti.
Potensi percepatan institusional real estat di pasar Asia Tenggara yang berkembang sebagai kebijakan pembangunan, kemudahan berbisnis, dan efektivitas pemerintah yang membaik terutama di Vietnam dan Indonesia. "Hal lainnya lagi yaitu keberlanjutan yang dilihat sebagai peluang yang meningkat di Asia Tenggara ketika ekonomi utama kawasan ini menetapkan target bangunan hijau. Menurut laporan Southeast Asia’s Green Economy 2022, pasar bangunan hijau dapat bernilai 20-25 miliar dollar Amerika pada tahun 2030,” yakinnya.
Emiten Properti Siap Raup Cuan
Booming sektor properti nasional juga membuat emiten di pasar saham ikut kecipratan cuan. Sehingga dipastikan, bakal membuat saham-saham para pemain besar berkibar.
Indikasi booming properti sudah dekat terlihat pada realisasi prapenjualan (marketing sales) lima emiten yang mencapai Rp26,7 triliun pada 2022. Jumlah itu mencapai 99% dari rata-rata marketing sales selama 2013 dan 2014 saat booming properti terjadi.
Kelima emiten itu adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Di sisi lain, tren penguatan kinerja emiten properti berlanjut tahun ini.
Per Juni 2023, Bumi Serpong Damai (BSD) meraih lonjakan laba bersih 159% menjadi Rp1,2 triliun, Summarecon 70,4% dari Rp255 miliar menjadi Rp434 miliar, Pakuwon 49,6% menjadi Rp1,24 triliun. Namun, laba Ciputra dan Pakuwon merosot 22% menjadi Rp778 miliar dan Rp 167 miliar.
Di luar lima emiten itu, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil membalikkan rugi bersih sebesar Rp1,2 triliun menjadi untung Rp1,1 triliun pada semester I-2023. Memasuki semester II-2023, kinerja emiten properti diprediksi tetapi berkibar.
Ini dipicu masih kuatnya permintaan, seiring ekspektasi stabilnya suku bunga acuan, BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%. Sementara itu, perbaikan kinerja keuangan membuat saham-saham properti melesat.
Sepanjang 2023, saham BSDE, ASRI, PWON, SMRA, dan CTRA rata-rata naik 15%, melampaui indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang di bawah 1%. Berdasarkan riset BRI Danareksa Sekuritas, BSD, Alam Sutera, Pakuwon, Summarecon dan Ciputra meraih marketing sales Rp6,2 triliun kuartal II-2023, turun 3% secara tahunan dan 9% secara kuartalan.
Ini dipicu penurunan tajam marketing sales Ciputra. Marketing sales rumah tapak mendominasi, sebesar 92%.
Semester I-2023, realisasi marketing sales sudah mencapai 48% dari target setahun penuh para pengembang, sejalan dengan rata-rata historis sebesar 49%. Ini ditopang BSD dan Ciputra yang sudah mencapai 57% dan 65% target marketing sales sepanjang tahun ini.
"Hal menarik, para pengembang melihat pembeli properti tahun ini kebanyakan investor akhir. Sedangkan saat booming terjadi, kebanyakan pembeli adalah investor. Ini menandakan permintaan akan tetap stabil ke depannya,” tulis BRI Danareksa, dikutip Sabtu (12/8/2023). (tim redaksi)
#investasiproperti
#propertiasiatenggara
#REI
#realestat
#propertibooming
#trenproperti
#investor
Tidak ada komentar