Breaking News

Kinerja Ekspor Ambles 18%, Tanda Era "Windfall" Berakhir?

Aktivitas ekspor impor bongkar muat barang di pelabuhan. (Ilustrasi/ net)

WELFARE.id-Kinerja ekspor Indonesia mulai merasakan dampak dari pelemahan ekonomi global. Era "windfall" di mana Indonesia bak mendapatkan “durian runtuh” dari kenaikan harga komoditas ekspor yang mendorong surplus neraca perdagangan perlahan telah berakhir.

Pada Juli 2023 ekspor RI harus ambles 18,03 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut diketahui dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Meski Indonesia masih mencatatkan surplus beruntun sejak 2020. BPS mencatat, total nilai ekspor selama Juli 2023 mencapai USD20,88 miliar, naik 1,36 persen dibandingkan Juni 2023 atau month to month (mtm) yang sebesar USD20,6 miliar. 

Namun, anjlok 18,03 persen dibandingkan Juli 2022 atau year on year (yoy) yang saat itu mencapai USD25,47 miliar. "Penurunan nilai ekspor melanjutkan tren sejak awal 2023 seiring menurunnya harga-harga komoditas di pasar global,” kata Plt Kepala BPS Amalidia Adininggar Widyastuti dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip Jumat (18/8/2023).

Secara kumulatif, Januari-Juli 2023, BPS mencatat total nilai ekspor mencapai USD149,53 miliar, anjlok 10,27 persen dibandingkan Januari-Juli 2022 sebesar USD166,64 juta. Lebih detail, kinerja ekspor nonmigas hanya mencapai USD140,47 miliar, turun 10,76 persen dibanding periode sama tahun lalu yang sempat mencapai USD157,41 miliar.

Sementara ekspor migas Januari-Juli 2023 hanya USD9,07 miliar, turun 1,78 persen dari periode sama tahun lalu sebesar USD9,23 miliar. Amalia mengatakan, harga-harga komoditas utama Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO), maupun batu bara, yang sempat tinggi tahun lalu juga menunjukkan penurunan harga yang berdampak pada nilai ekspor. 

"Era windfall telah berlalu,” ucapnya. BPS mencatat, sepanjang Juli 2023 harga CPO mencapai USD878,5 per ton turun 16,86 persen yoy.

Sedangkan batu bara USD140,6 per ton anjlok hingga 65,03 persen. Begitu pula untuk komoditas minyak mentah di mana harga kini mencapai USD79 per ton, turun 24,84 persen yoy serta gas alam yang hanya USD2,6 per ton, turun hingga 64,8 persen yoy. 

Dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, BPS mencatat, tujuan utama masih dipegang oleh Tiongkok dengan pangsa pasar 25,07 persen. Nilai ekspor ke Tiongkok pada Juli 2023 sebesar USD4,93 miliar, naik dari 7,52 persen mtm, namun turun 1,97 persen. 

Adapun negara tujuan terbesar kedua yakni Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,03 miliar. Angka tersebut naik 4,07 persen mtm namun anjlok 18,97 persen yoy. (tim redaksi)


#nilaieksporturun

#ekspor

#BPS

#badanpusatstatistik

#imbaspelemahanekonomiglobal

#ekspormigas

#ekspornonmigas

Tidak ada komentar