Harga Batu Bara Kembali Perkasa, Imbas Mogok Kerja Pekerja Kilang Gas Alam Australia
WELFARE.id-Harga batu bara kontrak September masih juga membara. Harga batu bara melanjutkan penguatan pada perdagangan Senin (21/8/2023) ditopang lonjakan harga gas yang mencapai 10%.
Harga pasir hitam bahkan terus menguat selama 11 hari perdagangan beruntun, terbanyak sejak 12 tahun yang lalu atau Desember 2010. Harga batu bara juga kembali menembus level psikologis USD160 atau tertinggi sejak 22 Mei 2023.
Melesatnya harga terjadi seiring dengan tingginya impor Tiongkok dari Australia yang tertinggi dalam tiga tahun, kemungkinan permintaan India yang kembali membaik, dan potensi pemogokan serikat kerja gas alam cair (LNG/Liquified Natural Gas) di Australia. Gas merupakan sumber energi substitusi batu bara yang banyak digunakan negara Eropa, sehingga gangguan pasokan gas akan turut mendorong harga batu bara.
Merujuk pada Refinitiv, Selasa (22/8/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup di posisi USD162 per ton atau naik 0,77% pada perdagangan Senin (21/8/2023). Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 22 Mei 2023 atau hampir tiga bulan terakhir.
Rekor ini terakhir kali tercipta pada akhir Desember 2010 atau 12 tahun terakhir. Pada saat batu bara melambung luar biasa pada 2022 lalu pun, harga batu bara tidak mampu mencetak penguatan selama 11 hari.
Penguatan terlama hanya berlangsung sembilan hari beruntun. Adapun harga batu bara Rotterdam kontrak berjangka Agustus 2023 naik USD1,75 menjadi USD118,50, kontrak berjangka September 2023 menguat USD6,65 menjadi USD125,65, dan kontrak Oktober 2023 meningkat USD5,60 menjadi USD126,50.
Melansir BBC, Selasa (22/8/2023), prospek aksi mogok pekerja gas alam cair (LNG) di Australia telah mendorong kenaikan harga gas di Eropa. Serikat pekerja Offshore Alliance memperingatkan, bahwa pemogokan di fasilitas North West Shelf dapat dimulai paling cepat 2 September jika tidak ada kesepakatan pembayaran.
Melansir Bloomberg, Selas (22/8/2023), acuan harga gas untuk Uni Eropa (UE) dan Inggris naik sekitar 10% pada Senin (21/8/2023). Hal itu terjadi, karena ada kekhawatiran bahwa aksi mogok di fasilitas North West Shelf milik Woodside Energy Group dapat menyebabkan gangguan pengiriman LNG dari Australia, yang merupakan pemasok utama global.
Pekerja di dua fasilitas LNG lepas pantai lainnya, Gorgon dan Wheatstone, yang dioperasikan Chevron, juga memberikan suara untuk aksi mogok. Ketiga pabrik tersebut menghasilkan sekitar 10% dari pasokan LNG dunia.
Sebelumnya, Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan, hingga saat ini pemogokan kerja pekerja LNG di Australia masih belum menemukan kesepakatan. Sehingga akan mengerek harga gas alam, dan berdampak pada harga batu bara. (tim redaksi)
#hargabatubaramelesat
#batubara
#imbasgasalammahal
#pemogokanpekerjaLNGdiaustralia
#gasalam
Tidak ada komentar