Breaking News

Harga Batu Bara Alami Bullish Pekan Lalu, Sentimen Positif Datang dari Tiongkok

Aktivitas di tambang batu bara. (Ilustrasi/ net)


WELFARE.id-Harga batu bara kembali terdongkrak pada perdagangan Jumat (11/8/2023) pekan lalu. Kondisi tersebut dipicu seabrek sentimen positif.

Mulai dari potensi meningkatnya permintaan Tiongkok hingga berlanjutnya aksi mogok kerja para pekerja di Australia. Melansir Revinif, Jumat pekan lalu, harga batu bara Newcastle untuk kontrak berjangka Agustus 2023 naik USD1 menjadi USD144 per ton. 

Sedangkan kontrak berjangka September 2023 menguat USD2,50 menjadi USD151,5 per ton. Untuk kontrak berjangka Oktober 2023 bertambah USD2,60 menjadi USD154,85 per ton.

Melihat kenaikan harga batu bara global pekan lalu, Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan, harga batu bara masih bergerak dalam tren bullish. Sentimen yang mempengaruhi adalah potensi meningkatnya permintaan batu bara oleh Tiongkok dengan melihat situasi Tiongkok yang saat ini dilanda bencana banjir dan badai topan. 

"Sehingga menghambat produksi batu bara dalam negeri dan memicu potensi akan permintaan batu bara impor,” ungkapnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (14/8/2023). Selain itu, lanjut dia, rancangan terbaru aturan listrik bersih di Kanada yang masih mengizinkan bahan bakar fosil berkelanjutan untuk menghasilkan listrik juga membawa sentimen positif terhadap harga batu bara. 

"Hal ini membuat harga batu bara bergerak pada resistance di harga USD150 per ton dan support di harga USD135 per ton,” jelasnya. Tidak hanya itu, lanjut Yoga, pergerakan harga gas alam juga bullish. 

Hal ini mengingat, potensi pemogokan di tiga fasilitas gas alam cair utama di Australia dapat mengganggu sekitar 10% ekspor bahan bakar global. Harga batu bara sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga gas alam sejak Perang Rusia-Ukraina meletus Februari lalu. 

Pasalnya, Eropa yang menggantungkan sekitar 45% energinya kepada Rusia memilih untuk melakukan embargo impor setelah perang. Eropa pun beralih ke batu bara sehingga harga batu bara ikut melesat.

Tak hanya itu, adanya badai El Nino atau gelombang panas masih menjadi katalis positif untuk harga sang pasir hitam. Pasalnya kebutuhan energi semakin meningkat sebagai dampak dari kekeringan yang mengganggu pembangkit listrik tenaga air.

Melansir dari data bea cukai, dikutip Senin (14/8/2023) menunjukkan, total impor batu bara Tiongkok hingga akhir Juli sebesar 39,26 juta ton. Angka ini melonjak 66,9% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Oleh karena itu, selama tujuh bulan pertama tahun ini negeri pengimpor batu bara terbesar dunia tersebut mencatatkan pembelian dari luar negeri sebanyak 261,18 juta ton, naik 88% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut mencakup semua tingkatan batu bara, tetapi bagian terbesarnya terdiri dari batu bara termal yang erat digunakan untuk pembangkit listrik.

Sementara untuk batubara kokas, Tiongkok melakukan impor batu bara kokas pada negara tetangganya yaitu Mongolia.

Melansir Reuters, impor batu bara termal Tiongkok diperkirakan mencapai 29,0 juta ton pada Juli oleh analis komoditas Kpler.

Naik dari 27,61 juta pada Juni dan menjadi bulan terkuat kedua pada sepanjang tahun ini. Data Kpler menunjukkan impor batu bara termal Tiongkok mulai menguat mulai bulan Maret dan seterusnya, dan ini bukan hanya kebetulan setelah larangan tidak resmi pengiriman dari Australia berakhir. (tim redaksi)


#hargabatubara

#fluktuatif

#batubara

#energibatubara

#permintaanbatubaradaritiongkok

#dampakelnino

#dampaktopan

Tidak ada komentar