Breaking News

Upaya Sritex Bangkit dari Jerat Utang Menggunung, Nostalgia Masa Kejayaan

Pabrik dan kantor PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Solo, Jawa Tengah. (Ilustrasi/ net.)


 WELFARE.id-Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk, pernah menjadi yang terbesar. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara. 

Namun sayang, nama besar Sritex kini mulai meredup sejak dilanda krisis ekonomi dan terbelit utang jumbo. Sritex yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nama emiten SRIL itu, bahkan terus membukukan kerugian keuangan sejak 2021.

Sritex sempat mencatat kerugian bersih USD395,56 juta atau setara dengan Rp5,93 triliun (asumsi kurs Rp15.000/USD) sepanjang 2022. Meski masih mengalami kerugian triliunan rupiah, angka yang dicatatkan oleh perusahaan yang terlilit utang tersebut turun 63,18% dari rugi tahun 2021 yang sebesar USD1,07 miliar. 

Mengutip laporan keuangan Mei 2023, kerugian perseroan dapat menurun meskipun penjualan perseroan sepanjang 2022 turun 38,11% menjadi sebesar USD524,52 juta dibandingkan tahun 2021 yang membukukan penjualan USD847,52 juta. Seiring dengan penurunan penjualan tersebut, penurunan beban pokok penjualan juga ikut turun 35,01% menjadi USD791,08 juta dari USD1,21 miliar tahun 2021. 

Sehingga, perseroan mencatatkan rugi bruto pada 2022 sebesar USD266,52 juta turun dari rugi bruto tahun 2021 yang sebesar USD369,74 juta. Perseroan juga mampu menekan cadangan kerugian penurunan nilai persediaan sebesar USD1,08 juta dari tahun sebelumnya sebesar USD475,48 juta. 

Selain itu, perseroan juga berhasil menurunkan kerugian penghapusan aset tetap menjadi nihil dari sebelumnya USD212.025, kerugian penurunan nilai aset tetap juga menjadi nihil dari sebelumnya USD85,06 juta pada 2021. Sehingga, perseroan mampu menekan rugi dari operasi menjadi USD274,81 juta pada 31 Desember 2022, dari sebelumnya USD1,06 miliar pada 2021. 

Adapun, jumlah aset SRIL tercatat turun 38% menjadi USD764,55 juta pada 2022 dibandingkan dengan USD1,23 miliar pada 2021. Total liabilitas SRIL turun 4,79% sepanjang 2022 dari USD1,62 miliar menjadi USD1,54 miliar pada 2021. 

Sementara itu, ekuitas negatif atau defisiensi modal sebesar USD781,01 juta per 2022 dari ekuitas negatif USD389,44 juta pada 2021.


Nasib Saham di BEI


Sritex menempuh sejumlah langkah untuk membenahi kinerja keuangan, sembari menyelamatkan eksistensi sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Keuangan Sritex Welly Salam mengungkapkan, pihaknya telah menjalankan komunikasi intensif dengan otoritas bursa. 

Welly menegaskan persoalan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sudah selesai. "Persoalan terakhir terkait peninjauan kembali dari salah satu kreditur sudah ditolak oleh Mahkamah Agung. Jadi tidak ada lagi kasus di tingkat PKPU," kata Welly dalam paparan publik yang digelar secara virtual pada Mei lalu, dikutip Rabu (26/7/2023).

Hanya saja, SRIL masih harus menyelesaikan proses restrukturisasi anak usaha yang berlangsung di Singapura serta menyelesaikan pengakuan PKPU di New York, Amerika Serikat (AS). Sayangnya, proses tersebut tidak bisa dituntaskan secara instan.

SRIL mengestimasikan proses ini selambat-lambatnya selesai pada akhir 2024. "Proses hukum dan lain-lain di luar kontrol dari Perseroan. Kami akan aktif memberikan informasi kepada BEI dan investor, sekiranya proses dan perkembangan di Singapura dan AS bisa lebih cepat dari yang kami perkirakan batas waktunya,"  imbuhnya.

Direktur Independen Sritex, Regina Lestari Busono, memastikan, penyelesaian restrukturisasi menjadi prioritas. SRIL pun sudah mencadangkan cash flow yang cukup untuk pembayaran bunga pinjaman agar bisa sesuai jadwal. "Kami memfokuskan inisiatif seperti dalam efisiensi working capital untuk membuat cash flow lebih sehat. Kami berharap tahun ini EBITDA bisa kembali positif," terangnya.


Strategi Bisnis Sritex


Welly melanjutkan, prioritas SRIL di tahun ini belum untuk meraih laba bersih. SRIL ingin lebih dulu menyehatkan cash flow dan performa EBITDA untuk operasional bisnis dan memastikan kecukupan dana membayar kewajiban sesuai homologasi yang disepakati.

Secara bisnis, kinerja SRIL pun masih dibayangi oleh dinamika makro ekonomi dan geopolitik global. Penjualan SRIL per kuartal I-2023 ambles 52% secara tahunan (YoY) dari USD181,36 juta menjadi USD86,91 juta.

Penjualan ke pasar ekspor maupun lokal SRIL kompak merosot dalam periode tiga bulan awal 2023. Penjualan ekspor anjlok 55,16% (YoY) menjadi USD41,06 juta, sedangkan lokal menurun 48,92% (YoY) menjadi USD45,85 juta.

Secara geografis, penjualan SRIL turun paling dalam di wilayah Eropa imbas dari konflik Rusia dan Ukraina. Sentimen ini merembet ke wilayah lainnya seperti Amerika, Australia, dan Afrika. "Untuk Asia kondisi lebih baik, turun tapi tidak sebesar Eropa," ungkap Welly.

Meski begitu, pada kuartal I-2023 SRIL sukses memangkas kerugian. SRIL menanggung rugi bersih sebesar USD9,92 juta, turun 74,94% dibandingkan kuartal I-2022 dengan kerugian USD38,97 juta.

Hal ini didorong oleh penurunan signifikan harga pokok penjualan dari USD192,44 juta menjadi USD82,54 juta. Margin laba kotor SRIL pun bergerak positif dari -6,11% menjadi 5,02%. 

Sehingga margin kerugian terpangkas dari -21,49% menjadi -11,42%. Mempertimbangkan kinerja pada kuartal pertama dan situasi global yang masih tak menentu, Welly optimistis SRIL bisa mengamankan penjualan sekitar USD380 juta sepanjang tahun 2023. 

"Kami akan melakukan review berkala. Di semester kedua kami harapkan tumbuh lebih baik," tandas Welly.

Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto ikut menegaskan, SRIL berkomitmen agar homologasi yang sudah menjadi kesepakatan dengan kreditur bisa berjalan dengan baik. Berbarengan dengan itu, pada tahun ini SRIL akan fokus menerapkan lima strategi prioritas.

Meliputi bidang sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, produksi dan pengadaan, serta hal umum yang mencakup strategi adaptasi terhadap dinamika ekonomi. SRIL juga memperkuat digitalisasi proses bisnis, penetrasi pasar, meningkatkan daya saing, serta efisiensi. "Komponen penting dari struktur biaya adalah pengendalian harga raw material dan biaya-biaya lainnya seperti energi. Itu yang kami evaluasi supaya kinerja ke depan bisa lebih baik lagi," tandas Iwan.


Sosok Pendiri Sritex


Sritex sebetulnya bukan perusahaan kemarin sore dan sudah berdiri lebih dari 50 tahun. Sejarah perusahaan Sritex tidak bisa terlepas dari sosok pendirinya, yaitu Haji Muhammad Lukminto (HM Lukminto). 

Lukminto alias Le Djie Shin adalah peranakan Tionghoa yang lahir pada 1 Juni 1946. Ia memulai karir sebagai pedagang dengan berjualan tekstil di Solo sejak usia 20-an.

Dalam uraian buku Local Champion, dikutip Rabu (26/7/2023), Solo sebagai pusat tekstil di Jawa sejak masa kolonial membuat bisnis Lukminto tumbuh subur. Hingga akhirnya pada 1966 atau di usia 26 tahun ia berani menyewa kios di Pasar Klewer. 

Kios itu diberi nama UD Sri Redjeki. Tak disangka bisnisnya moncer. 

Dua tahun berselang ia mulai membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna untuk pasar Solo. Pendirian pabrik inilah yang kemudian menjelma menjadi PT Sri Rejeki Isman atau Sritex yang bertahan hingga kini pada 1980.

Tak banyak cerita 'tangan dingin' Lukminto dalam menjadikan Sritex sebagai 'raja' industri kain di Indonesia. Satu hal yang menarik dari dirinya adalah kedekatannya dengan Presiden Indonesia Ke-2, Soeharto. 

Rupanya ada tangan dingin penguasa itu dalam perkembangan Sritex. Mengutip Prahara Orde Baru (2013) terbitan Tempo, Sritex adalah ikon penguasa karena disinyalir berada di bawah perlindungan Keluarga Cendana, sebutan bagi keluarga Soeharto. 

Fakta ini tidak terlepas dari kedekatan Lukminto dengan tangan kanan Cendana, yakni Harmoko yang selama Orde Baru dikenal sebagai Menteri Penerangan dan Ketua Umum Golkar. Harmoko adalah sahabat kecil Lukminto.

Karena dekat dengan pemerintah dan pemegang pasar, Sritex dan Lukminto mendapat durian runtuh. Di masa Orde Baru, Lukminto beberapa kali menjadi pemegang tender proyek pengadaan seragam yang disponsori pemerintah.

"Di dalam negeri, ketika itu Sritex (tahun 1990-an) menerima orderan seragam batik Korpri, Golkar, dan ABRI," tulis Tempo. Dan karena ini pula, Sritex mendapat jutaan rupiah dan dollar, ditambah dengan penguasaanya terhadap pasar garmen di dalam dan luar negeri.

Adapun Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto merupakan putra dari pendiri Sritex HM Lukminto. Mereka berdua yang akhirnya meneruskan kepemimpinan Sritex sampai hari ini. 

Mengutip laman Sritex, Iwan Setiawan Lukminto lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 24 Juni 1975.  Ia mendapatkan gelar Bachelor Degree in Business Administration dari Suffolk University, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada 1997. 

Iwan bergabung di perusahaan sebagai asisten direktur sejak 1997 dan menjabat sebagai wakil direktur utama sejak 1999. Ia menjabat sebagai direktur utama sejak 2006 hingga Maret 2023.

Berdasarkan data Forbes, Iwan Setiawan Lukminto sempat masuk jajaran 50 orang terkaya di Indonesia pada 2020. Ia berada di urutan ke-49. 

Saat itu, nilai kekayaannya diperkirakan sekitar USD515 juta atau sekitar Rp7,81 triliun (asumsi kurs Rp15.174 per dolar AS). Kemudian pada 2021, ia terdepak dari jajaran 50 orang terkaya di Indonesia.

Mengutip tayangan Youtube Sritex, dari Solo untuk dunia, Iwan menceritakan, kalau dikenalkan di bisnis tekstil sejak usia lima tahun. Iwan mengaku awalnya diajak, diperkenalkan pegawai, produk hingga kerja kerja, kemudian dilibatkan dalam membuat keputusan. 

"Decision making mulai 9 tahun ke atas," akunya. Selain itu, ia menceritakan bagaimana sang ayah HM Lukminto memberikan pesan sederhana kepada dirinya yaitu kerja yang baik saja.

"Jadi pesan ayah saya itu, pesan simpel kerja yang baik saja. Kerja yang baik itu rupanya luas. Yang baik yang harus terbaik rupanya," tekannya.

Ia menambahkan, kerja yang baik itu sebagai motivasi untuk dirinya sendiri. Ada tiga hal yang ia sampaikan mengenai kerja yang baik itu sebagai generasi yang muda yaitu, teach me you will forget, show me you may remember, involve me you will understand. 

"Involve itu sangat penting. Jadi memamg, mulai (dari-red) kecil, remaja dan dewasa, itu sangat penting. Sebagai orangtua pada waktu itu melibatkan saya dalam bisnisnya," ungkapnya. (tim redaksi)


#sejarahsritex

#PTsrirejekiismantbk

#emitensahamSRIL

#BEI

#utangmenggunung

#HMlukminto

#pendirisritex

#perusahaantekstil

#iwansetiawanlukminto

#iwankurniawanlukminto

Tidak ada komentar