Lumpuh Layu vs Polio, Gejala Mirip Tapi Dua Penyakit Berbeda
WELFARE.id-Kasus lumpuh layu akut atau Acute flaccid paralysis (AFP) masih menjadi perhatian, termasuk di DKI Jakarta. Kasus AFP ini seringkali dikaitkan dengan dugaan kasus polio.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiolog dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta dr Ngabila Salama mengabarkan, catatan data untuk 2023, sejauh ini sudah sebanyak 95 kasus teridentifikasi di Jakarta. Data 95 kasus tersebut merupakan hasil pemeriksaan dari 50 rumah sakit di DKI Jakarta, dengan rincian kasus sebagai berikut:
- Jakarta Barat dari RS 8 dengan jumlah kasus 11 saat HRR (Hospital record review)- bedah rekam medis untuk mencari kasus aktif terduga polio ke rumah sakit.
- Jakarta Pusat dari 12 RS dengan jumlah 2 kasus.
- Jakarta Selatan dari 7 RS dengan jumlah 7 kasus.
- Jakarta Timur dari 15 RS dengan jumlah 18 kasus.
- Jakarta Utara dari 7 RS dengan jumlah 57 kasus.
- Kepulauan Seribu dari 1 RS dan jumlah kasus nihil.
Dari hasil data tersebut memastikan, sejauh ini belum ada kasus positif polio yang ditemukan di DKI Jakarta. "Hasil penelusuran ke-50 rumah sakit (DKI Jakarta) dan kasus polio 0, AFP itu terduga polio,” paparnya, dikutip Jumat (6/5/2023).
Apa Itu Kondisi Lumpuh Layu?
Merupakan salah satu gejala polio yang bisa terjadi akibat tidak mendapat vaksinasi lengkap. Acute flaccid paralysis atau lumpuh layu adalah kondisi saat seseorang mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu, seperti otot pernapasan atau anggota gerak, termasuk kaki atau tangan.
Pada prinsipnya, lumpuh layu akibat polio bisa dialami oleh siapa saja. Namun begitu, penyakit ini lebih berisiko dialami oleh anak-anak berusia dia bawah 15 tahun.
Utamanya anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi polio lengkap atau mengalami kelemahan sistem imum. Perlu diingat, infeksi virus polio bisa menyebabkan kerusakan saraf pada sumsum tulang belakang.
Beda Lumpuh Layu dan Polio
Lalu apa perbedaan lumpuh layu akut dengan polio? Secara medis, acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu akut dengan polio itu berbeda.
Dokter Spesialis Anak Dr Robert Soetandio, SpA, M.Si.Med pernah menjelaskan, anak dengan AFP disebut kelumpuhan bersifat layu dan akut (secara mendadak) yang menyerang usia anak kurang dari 15 tahun. Kondisi AFP bukan karena kecelakaan atau trauma, tapi terjadi secara mendadak dan dalam tempo waktu yang cepat.
Diketahui lebih lanjut, rentan waktu anak dengan AFP berlangsung sekitar 14 hari sejak mengalami gejala awal yakni nyeri, kesemutan, rasa kebas sampai anak benar-benar mengalami kelumpuhan maksimal.
"Kelumpuhan terjadi secara akut, itu perkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat (rapid progressive) antara 1 sampai 14 hari sejak terjadinya gejala awal,” jelas Dr Robert. Kelumpuhan flaccid, jelasnya, adalah kelumpuhan bersifat lunglai, lemas atau layu bukan kaku, atau terjadi penurunan tonus otot. Untuk membuktikan apakah kelumpuhannya karena polio atau bukan, dilakukan pemeriksaan tinja penderita di laboratorium polio nasional yang telah ditentukan.
Selanjutnya, jika spesimen tinja penderita tak bisa diambil atau tidak memenuhi syarat (tidak adekuat), langkah selanjutnya adalah pemeriksaan klinis untuk melihat apakah masih terdapat sisa kelumpuhan setelah 60 hari kelumpuhan. Sementara polio, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang bisa dialami oleh segala usia dengan gejala berat sesak napas hingga depresi.
Meski memang, sejauh dan selama ini kebanyakan kasus terjadi pada kelompok usia anak di bawah 5 tahun. Polio pada anak tak hanya bisa menyebabkan kelumpuhan, tapi dampak buruk lainnya karena bisa sampai merusak sistem saraf.
"Polio bisa menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron (saraf) pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus,” paparnya. Polio juga memiliki beberapa gejala awal seperti demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai. (tim redaksi)
#penyakitlumpuhlayu
#bedanyadenganpolio
#lumpuhlayu
#infeksivirus
#anakrentankenalumpuhlayu
Tidak ada komentar