Breaking News

Harga Telur Melejit, Mendag dan Satgas Pangan Beberkan Fakta di Lapangan

 

Telur ayam. (Ilustrasi/ Net)


WELFARE.id-Kenaikan harga telur ayam di sejumlah daerah tak terkendali. Kenaikan komoditas telur ayam memang sudah naik terus sejak Lebaran.

Dipantau dari laman resmi hargapangan/bi.go.id harga telur ayam rata-rata nasional tembus Rp31.850 per kilogram. Kemudian, di pasar-pasar di Jakarta, rata-rata harga telur tembus Rp32.312 per kilogram. 

Namun, di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Gianyar, Bali, harga telur tembus Rp58 ribu per kerat dengan isi 30 butir atau setara 1,5-2 kilogram, menyesuaikan ukuran telur. "Harga pakan ayam petelur mahal, makanya harga telur ikut naik," kata pedagang kebutuhan pokok Kadek Sri Dewi di Pasar Bendul Batubulan di Gianyar, melansir Antara, Selasa (23/5/2023). 

Menanggapi kian mahalnya harga telur di pasar, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga telur ialah kenaikan harga jagung yang merupakan bahan baku pakan. Maka itu, pemerintah kemungkinan akan membuka opsi pemberian subsidi jagung untuk pakan guna menekan harga telur. 

Namun, jagung yang disubsidi harus yang berasal dari produksi lokal. Rencana pemberian subsidi bagi pakan tersebut saat ini masih dikaji oleh pemerintah.

"Kita lagi diskusikan soal jagung dulu. Kalau sampai harganya mahal kan disubsidi pemerintah Rp1.500. Cuma sekarang kalau andaikata kita putuskan, belum. Ini lagi dibahas. Tapi yang disubsidi dari petani lokal jangan sampai yang impor disubsidi," kata Zulkifli kepada wartawan di Jakarta, dikutip Selasa (23/5/2023).

Ia menambahkan, apabila harga jagung untuk pakan ternak menyentuh Rp6.500 per kilogram, maka pemerintah kemungkinan bakal memilih opsi melakukan subsidi Rp1.500 per kilogram. 

Ia menyebut, subsidi dapat dilakukan misalnya untuk biaya transportasi. "Kita akan coba nanti Rp1.500 disubsidi, apakah untuk transportnya atau untuk apanya," imbuhnya.

Selain harga pakan yang naik, Zulkifli mengatakan harga telur saat ini juga dipengaruhi karena banyak peternak yang tutup karena harga telur sebelumnya sangat murah. Selain itu terjadi juga peremajaan ayam.

"Bahkan mau lebaran saja Rp25.000 - Rp 26.000 karena mereka harganya jualnya Rp28.000. Oleh karena itu sebagian induk-induknya diremajakan, itu kan perlu waktu," bebernya lagi.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka produksi telur harus ditingkatkan. Zulkifli meyakini produksi telur tak lama lagi akan mulai stabil.

Setali tiga uang, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional Maino Dwi Hartono juga mengamini, persoalan harga telur yang melebihi harga acuan pembelian atau penjualan tak lepas dari faktor harga pakan yang tinggi. Maino menyebut, di sisi hulu terjadi kenaikan biaya produksi yang luar biasa. 

Pertama disebabkan karena pakan. Dimana per Senin (22/5/2023) harga jagung di peternak Rp5.800 sampai Rp6.000 per kilogram.

Padahal harga acuan jagung untuk pakan ialah Rp5.000.  Kedua dari harga konsentrat atau bahan pokok pakan juga alami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir.

"Informasi teman peternak mengalami kenaikan cukup tinggi, sehingga bea pokok produksi naik tinggi. Sehingga berdampak bea pokok produksi peternak dan ujungnya sampai di konsumen alami kenaikan," rincinya.

Ia mengungkapkan, saat ini ongkos produksi telur per kilogram sekitar Rp24.000 hingga Rp25.000 yang disebabkan komponen pakan yang naik.  Selanjutnya, di hilir terdapat biaya distribusi, bongkar muat, packing dan lainnya. 

Maka harga telur di tingkat konsumen saat ini diatas Rp30.000.  Adapun saat ini harga rata-rata telur secara nasional ialah Rp31.000 per kilogram.

Sementara itu, hasil pemantauan Kepala Satgas Pangan Pusat Brigjen Pol Whisnu Hermawan di lapangan menemukan, penyebab kenaikan harga telur ayam ras di sejumlah pasar berdasarkan hasil pemantauan di beberapa wilayah. 

Tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga menyebabkan tidak semua peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak. "Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak ayam petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikkan biaya produksinya," jelas Wisnu.

Kedua, lanjut Wisnu, biaya transportasi atau angkutan distribusi telur dari daerah penghasil telur ke daerah yang belum memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan telur cukup mahal. "Beberapa daerah belum bisa mencukupi kebutuhan telur ayam ras di daerahnya, sehingga masih supply dari daerah lain," tambahnya.

Ketiga, permintaan kebutuhan masyarakat akan telur ayam ras cukup tinggi, salah satunya untuk program pencegahan stunting yang dilakukan Pemerintah. "Adanya bantuan sosial dan kebijakan dari Badan Pangan terkait stunting," ulasnya.

Satgas Pangan saat ini tengah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan instansi terkait untuk mempercepat realisasi importasi bahan baku pakan ternak karena terbatasnya stok dalam negeri. Satgas Pangan juga turun langsung ke para distributor dan sentra pasar untuk mengecek stabilitas harga dalam rangka menjaga kestabilan bahan pakan ternak.

"Terutama jagung dan bahan pakan yang berasal dari impor," ucap Wisnu. Kemudian, Satgas Pangan Polri juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan kelancaran distribusi transportasi atau angkut terhadap bahan pakan ternak ke peternakan dan peternak ayam petelur ke konsumen.

"Kami berupaya memangkas rantai distribusi yang bertujuan untuk mengurangi margin harga. Sehingga harga di tingkat konsumen stabil sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh pemerintah," tuntasnya. (tim redaksi)


#hargatelurnaik

#pakanjagungnaik

#peternakayamtutup

#rantaidistribusiterlalupanjang

#hargabahanpakannaik

#satgaspanganpolri

#menteriperdagangan

#zulkiflihasan

Tidak ada komentar