Breaking News

Ekspor Batu Bara RI Menurun Imbas Pembatasan Impor Tiongkok, Analis Tetap Optimistis

 

Kapal tongkang pengangkut batu bara. (Ilustrasi/ net)


WELFARE.id-Aksi Tiongkok yang menghentikan operasi 32 tambang yang berlokasi di Mongolia membuat produksi 50 juta ton batu bara Tiongkok berhenti. Pembatasan impor batu bara Tiongkok memicu penurunan ekspor Indonesia. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa nilai ekspor Indonesia pada April 2023 mencapai USD19,29 miliar. Angka ini turun 17,62% dibanding ekspor Maret 2023. 

Adapun negara penyumbang perlambatan ekspor ini salah satunya dari Tiongkok. Seperti diketahui bersama, Tiongkok menjadi pangsa pasar terbesar Indonesia yakni sebesar USD4,62 miliar. 

Namun di sisi lain, negara ini juga mencatatkan penurunan yang paling besar. Analis melihat permintaan batu bara dari Tiongkok dapat berdampak ke emiten batu bara seperti ADRO, ITMG, dan PTBA tahun ini.

Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan dan Jennifer A Harjono mengatakan, dengan meningkatnya aktivitas manufaktur dalam waktu dekat, permintaan batu bara dari Tiongkok diharapkan tetap tinggi tahun ini. Selain itu, menurut mereka, listrik untuk penggunaan AC selama musim panas mendatang juga akan mendukung peningkatan permintaan batu bara. 

"Perlu dicatat, Tiongkok menghentikan operasi di 32 situs produksi batu bara di Inner Mongolia setelah terjadi kecelakaan fatal pada bulan Februari, yang mengakibatkan berhenti produksi dan ekspansi sekitar 50 juta ton batu bara," kata Darma dan Jennifer dalam risetnya, dikutip Rabu (17/5/2023).

Dari sisi pasokan, Tiongkok telah mengangkat larangan impor batu bara dari Australia berdasarkan alasan keamanan energi, yang seharusnya menguntungkan penambang domestik Australia untuk meningkatkan produksi mereka yang sudah mencapai rekor. Darma dan Jennifer mencermati penambang batu bara utama di Indonesia yang diamati pihaknya juga terus meningkatkan produksi mereka untuk memanfaatkan permintaan yang kuat dari Tiongkok, meskipun harga telah mengalami normalisasi.

"Kami mengharapkan tren ini akan berlanjut hingga akhir tahun," ucapnya. Adapun Mirae Asset Sekuritas memberikan rating netral untuk sektor batu bara, dengan rekomendasi trading buy untuk saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) pada target harga atau target price Rp3.175 per saham, serta hold untuk saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) pada TP Rp2.760, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dengan TP Rp30.400. 

Mirae Sekuritas mencermati untuk PTBA, pendapatan dari PTBA lebih rendah dari perkiraan karena harga jual yang lebih rendah dan biaya pendapatan yang lebih tinggi. Meskipun volume penjualan batu bara tumbuh menjadi 8,8 juta ton atau naik 26 persen YoY, pada kuartal I/2023, harga jual yang lebih rendah sebesar Rp1,1 juta/ton atau turun 4 persen YoY memberikan dampak negatif pada pendapatan kuartalan PTBA menjadi Rp9,95 triliun. 

Sementara itu, untuk ADRO menurut Mirae Asset Sekuritas, pertumbuhan volume penjualan dan harga jual berkontribusi pada pendapatan ADRO sebesar USD1,83 miliar. Akan tetapi, marjin pada kuartal I/2023 terpengaruh oleh biaya keuangan yang tumbuh signifikan.  

Adapun untuk ITMG, Mirae Asset Sekuritas tidak memperkirakan adanya perubahan signifikan dalam kinerja keuangan dan operasional ITMG dan hal tersebut membuat Mirae Asset Sekuritas mempertahankan perkiraannya. Sementara itu, Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Imam Machdi mengatakan, hal itu disebabkan karena Tiongkok tengah menerapkan zero emission, sehingga eksportasi batu baranya dikurangi.

"Kita lihat bahwa total ekspor pada April ini memang mengalami penurunan salah satunya untuk negara Tiongkok selain disebabkan oleh perlambatan dari ekonomi mereka, mungkin kita juga bisa meninjau ekonomi mereka yang antara lain untuk bisa menerapkan zero emisi. Sehingga kebijakan tersebut tentu saja akan mempengaruhi kinerja ataupun kebutuhan batubara di Tiongkok. Sehingga kinerja ekspor khususnya batu bara ke Tiongkok mengalami penurunan," terang Imam usai menerangkan rilis BPS di Jakarta, dikutip Rabu (17/5/2023).

Namun demikian, kata Imam, jika melihat neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok secara keseluruhan, Indonesia masih mengalami surplus. "Begitupun pada bulan lalu juga mengalami hal yang sama," tukasnya

Sebagai informasi, sebelumnya Imam menyampaikan bahwa berdasarkan negaranya, ekspor nonmigas pada April 2023 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu sebesar USD4,62 miliar, disusul Amerika Serikat sebesar USD1,57 miliar, dan india sebesar USD1,54 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,82%. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD3,16 miliar dan USD1,44 miliar. (tim redaksi)


#batubara

#tiongkokhentikantambangbatubara

#eksporketiongkokmenurun

#tambangbatubarationgkok

#sahambatubara

Tidak ada komentar