Breaking News

Pertarungan Sengit Jelang Pilpres 2024, Ini Siasat Politik King Maker Tentukan Capres

Jusuf Kalla dan Surya Paloh, dua orang yang merupakan king maker politik Tanah Air. Foto: net

WELFARE.id-Koalisi partai politik di Tanah Air masih dinamis jelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden pada Oktober 2023 mendatang. Pertemuan-pertemuan antar elite parpol masih terus berlangsung.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai ada lima nama yang bakal jadi king maker dalam penentuan peta koalisi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, yaitu Megawati Soekarnoputri, Joko Widodo, Surya Paloh, Jusuf Kalla, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun, kata dia, kelima nama itu bakal jadi dua kubu, yakni kubu Mega-Jokowi dan kubu Paloh, Kalla, dan SBY. Menurut Umam, hal ini tampak dari pembentukan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang digagas NasDem, Demokrat, dan PKS.

Ketiga parpol itu telah sepakat mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. Ia menganggap pembentukan Koalisi Perubahan itu merupakan buntut kekecewaan Paloh terhadap Mega.

"Pihak Istana sendiri dikabarkan telah melakukan berbagai upaya untuk menggagalkan Koalisi Perubahan, tapi tetap saja tidak berhasil mengendurkan langkah tiga partai itu," kata Umam saat dihubungi Rabu (29/3/2023).

Namun, kata dia, meskipun nantinya akan ada dua kubu king maker, poros koalisi yang terbentuk bisa jadi lebih dari dua. Sebab, masih ada beberapa parpol lain di parlemen yang masih berusaha memenuhi syarat ambang batas 20 persen pencalonan presiden.

Menurut Umam, koalisi pilpres mendatang masih akan ditentukan oleh parpol papan tengah parlemen, seperti Gerindra, PAN, PKB, dan Golkar. Jika tidak, parpol-parpol itu akan saling berhadap-hadapan sesuai skenario dua kubu king maker.

"Bisa saja koalisi perubahan yang didukung oleh Paloh, JK dan SBY itu akan berhadapan dengan kekuatan koalisi besar yang dimotori Mega dan Jokowi," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia Ali RIf'an memprediksi ada empat tokoh yang jadi king maker di Pilpres 2024, yaitu Mega, Jokowi, Surya Paloh, dan Jusuf Kalla. 

Kalla dalam hal ini cukup berpengaruh untuk pencarian sosok pendamping Anies Baswedan. Apalagi Kalla sempat terlihat ikut dalam acara buka puasa bersama sejumlah elite parpol Koalisi Perubahan di NasDem Tower beberapa waktu lalu.

"Beliau tokoh yang pernah jadi wapres dua kali. Pernah jadi ketum partai besar. Secara jaringan juga luar biasa. secara logistik juga punya jaringan logistik. Dia juga pengusaha. Paling tidak posisi Pak JK yang hadir dalam bukber kemarin di NasDem Tower itu bisa jadi juru lobi," kata Ali, Rabu.

Ali juga menyoroti sikap Presiden Jokowi yang beberapa kali menyampaikan dukungannya kepada tokoh tertentu sebagai calon presiden, misalnya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Menurut dia, peran Presiden sangat menentukan arah konfigurasi politik hingga 2024.

Menurut Ali, langkah Jokowi itu cukup bisa dipahami. Sebab, Jokowi membutuhkan sosok untuk meneruskan proyek pembangunan dalam delapan tahun terakhir, salah satunya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Selain itu, kemungkinan Jokowi terlibat aktif dalam kontestasi Pilpres 2024, juga tampak dari pilihannya membiarkan anak dan menantunya jadi kepala daerah.

"Itulah yang menjadi alasan mengapa Jokowi sepertinya ingin sekali Presiden berikutnya adalah orang dia. Ini berbeda dengan gestur SBY sebelumnya," ucap dia.

Ali yakin Jokowi mulai menemukan titik temu dengan Mega selaku Ketua Umum PDIP yang memiliki tiket untuk mengusung capres-cawapres sendiri. Dia berpendapat bandul politik PDIP kini mulai tertuju ke Ganjar Pranowo.

"Jokowi sepertinya kalau Ganjar masuk dalam landscape politiknya," kata dia. Lebih dari itu, dia juga yakin, Jokowi punya keinginan agar semua kontestan di Pilpres 2024 mendatang diisi orang-orang pilihannya alias all the president's men.

Akan tetap Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago memprediksi hubungan Jokowi dan Megawati kini sudah mulai retak usai Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia.

Arifki mengatakan PDIP punya andil besar dalam pembatalan gelaran itu. Penolakan dua gubernur PDIP, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster, menjadi momen kunci pembatalan acara itu.

"[Hubungan Jokowi dan Megawati] akan memanas. Jokowi juga sudah secara terang-terangan lewat pidatonya meminta jangan mencampuradukkan olahraga dengan politik," kata Arifki saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (30/3/2023).

Ia menambahkan, "Secara politik pasti Jokowi tersinggung karena memang akan berdampak secara internasional."

Arifki berkata kejadian ini akan mempengaruhi hubungan Jokowi dengan PDIP. Dia menilai Jokowi tidak akan menggunakan PDIP untuk mengusung calon presiden pilihannya.

Jokowi, ucapnya, juga kemungkinan tak lagi ngotot mengusung Ganjar untuk 2024. Arifki menyebut Jokowi akan mencari sosok lain yang tidak melawan kehendaknya.

"Mungkin akan lewat KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) atau mengarah ke Gerindra dan Prabowo. Karena Jokowi orang yang susah menerima pihak yang beda haluan dengan beliau," tandasnya. (tim redaksi)


#politik
#pilpres2024
#pemiluserentak2024
#penentuancapres
#koalisi
#adustrategi

Tidak ada komentar