Masih Tahap Purwarupa, Prasmul Kembangkan Teknologi AI untuk Deteksi Penyakit Pneumonia
![]() |
Teknologi AI. Foto: Ilustrasi/ Net |
WELFARE.id-Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) seperti dua sisi mata pisau. Di satu sisi, teknologi ini memudahkan industri untuk bergerak lebih cepat.
Sementara di sisi lain, penggunaan teknologi AI mempersempit peluang kerja. Ditambah, adanya kemungkinan pelanggaran privasi atas data yang dikumpulkan dan dimanfaatkan dalam teknologi tersebut.
AI merupakan teknologi yang dapat mengumpulkan dan menggunakan data masyarakat. Hal itu kemungkinan termasuk mengambil informasi sensitif.
Ada banyak layanan dan produk online populer yang mengandalkan kumpulan data besar untuk mengajarkan dan meningkatkan algoritma AI mereka. Salah satu sektor yang sangat sensitif terhadap isu perlindungan privasi dan manajemen data adalah jasa keuangan dan medis.
Dua sektor ini pun, belakangan mulai memanfaatkan teknologi AI untuk mendorong efisiensi dan peningkatan kualitas dalam proses kerja mereka. "Misalnya, penggunaan AI untuk membantu dokter mendeteksi suatu penyakit, atau pemanfaatan AI untuk mengecek praktik kejahatan finansial di dalam dunia perbankan,” kata Ketua Progam Studi S1 Computer Systems Engineering Universitas Prasetiya Mulya Agung Alfiansyah pada laman resmi Universitas Prasetiya Mulya, dikutip Senin (10/4/2023).
Dalam konteks pemanfaatan AI di dunia medis, ia menyebut, makin banyak sistem diagnosa berbasis AI yang diujicoba untuk diimplementasikan secara luas untuk kesehatan. Maka itu, ia dan tim mahasiswa sedang mengembangkan sistem AI yang dapat dimanfaatkan untuk membantu dokter mendeteksi penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
Proyek penelitian ini didanai oleh APNIC Foundation, yakni lembaga internasional yang salah satu bidangnya adalah menaungi keamanan internet di Asia Pasifik. Sistem yang masih dalam tahap purwarupa ini dikembangkan tim Prasetiya Mulya bersama mitra penelitian dari INSA Centre Val de Loire di Prancis.
Dalam sistem ini, pihaknya memanfaatkan data-data yang dimiliki dokter. “Nah, dokter mendapatkan data tersebut dari pasien,” jelasnya.
Namun diketahui, data pasien, seperti rekam medis, merupakan informasi sensitif dan bersifat privat. Maka itu, dalam pengembangan sistem pendeteksi pneumonia ini, ia dan tim juga mengembangkan sistem pembelajaran mesin (machine learning).
Hal itu bertujuan agar ada jaminan data yang digunakan dijaga dengan baik. Pengembangan sistem machine learning lain yang telah dikembangkan Agung dan timnya dari Prancis tiga tahun yang lalu adalah sistem berbasis AI yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara.
Timnya merancang sistem yang dapat memilah dan mengelola repository data medis, agar informasi individual pasien yang bersifat privat tidak bisa diidentifikasi kembali siapa person-nya secara spesifik. Dengan sistem ini, kolaborasi dan pertukaran data antar rumah sakit bisa dilakukan dengan aman dan menjaga privasi pasien.
Sistem pendeteksi penyakit ini tengah dikembangkan melalui kerja sama dengan beberapa rumah sakit di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Ia menambahkan, teknologi ini dirancang agar diagnosa pneumonia atau kanker bisa lebih cepat, akurat, dan murah sehingga membantu pengambilan keputusan para dokter menegakkan diagnosis pasien.
Selain itu, di lapangan beberapa dokter pemula juga merasa terbantu dengan adanya sistem ini, karena sering kali sistem berbasis AI mampu mendeteksi objek samar yang tidak begitu tampak oleh para dokter. Dalam konteks lain, tim pengembang AI Program Studi Computer Systems Engineering Prasetiya Mulya pun kini tengah meneliti kemungkinan penggunaan AI untuk mendeteksi kejahatan finansial.
Tim yang dipimpin Agung ini tengah mengembangkan sistem agar lembaga keuangan seperti bank dapat saling berbagi data namun keamanan informasinya tetap terproteksi dan terjamin. "Sistem ini diharapkan bisa digunakan untuk mendeteksi kasus penipuan, fraud, sampai kejahatan pencucian uang,” tutupnya. (tim redaksi)
#universitasprasetiyamulya
#teknologiAI
#artificialintelligence
#AI
#sektormedis
#keamanandatapasien
#sektorkeuangan
#fraud
#kasuspenipuan
#sistemkeamanan
Tidak ada komentar