Breaking News

Gandakan Amunisi Pasukannya di Ukraina, Rusia Genjot Produksi Senjata Presisi Tinggi

Rudal kalibr dan iskander, dua senjata berpresisi tinggi andalan militer Rusia untuk perang di Ukraina. Foto: net

WELFARE.id-Perang yang terjadi antara Ukraina dengan Rusia nampaknya bakal makin panjang. Pasalnya, usai pasukan Ukraina mendapatkan pasokan senjata dari sejumlah negara-negara Eropa, Rusia juga bakal menambah kekuatan persenjataan pasukannya. 

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, negaranya telah secara signifikan meningkatkan produksi senjata presisi tinggi. Seiring dengan peningkatan tersebut, pasokan persenjataan dan amunisi untuk pasukan Rusia di Ukraina pun bakal digandakan.

"Semua ini memungkinkan untuk melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh Panglima Tertinggi (Presiden Rusia Vladimir Putin) sesuai dengan rencana untuk melakukan operasi militer khusus," kata Shoigu saat berkunjung ke markas besar Kelompok Pasukan Gabungan di Moskow, Sabtu (1/4/2023).

Dalam kegiatan yang turut dihadiri para perwira militer senior Rusia itu, Shoigu juga mendengarkan laporan tentang penyediaan amunisi untuk pasukan Rusia di Ukraina. Dia berjanji akan meningkatkan pasokan amunisi guna menunjang pertempuran.

"Volume pasokan amunisi yang paling banyak diminta telah ditentukan. Langkah-langkah yang diperlukan sedang diambil untuk meningkatkannya," ucapnya juga.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya telah mengatakan, pertempuran di Ukraina tidak akan selesai selama Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa terus menyuplai senjata untuk Kiev.

"Perdamaian dapat dibangun di Ukraina sejak lama jika AS dan sekutunya tidak membanjiri rezim Kiev dengan senjata dan tidak memaksanya melemparkan ribuan wajib militer baru ke dalam pembantaian yang tidak masuk akal," ucap Nebenzya dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB, Jumat (31/3/2023).

Sebelumnya, AS menuduh Rusia berusaha memperoleh persenjataan dari Korea Utara (Korut) untuk digunakan dalam pertempuran di Ukraina. Washington menyebut ada kesepakatan pemberian bantuan pangan dari Moskow untuk Pyongyang sebagai imbalan pasokan persenjataan dan amunisi.

"Sebagai bagian dari kesepakatan yang diusulkan ini, Rusia akan menerima lebih dari dua puluh jenis senjata dan amunisi dari Pyongyang. Kami juga mengetahui bahwa Rusia menawarkan Korut makanan dengan imbalan amunisi," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, Kamis (30/3/2023).

Terdapat dugaan bahwa kondisi ketahanan pangan di Korut memburuk di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Awal bulan ini, Kim berjanji memperkuat kontrol negara atas pertanian dan mengambil serangkaian langkah lain guna meningkatkan produksi biji-bijian.

Pada Kamis lalu, Kantor Pengawasan Aset Luat Negeri Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap Ashot Mkrtychev. Dia adalah warga negara Slovakia yang dituduh memfasilitasi kesepakatan senjata antara Rusia dan Korut.

Menurut Departemen Keuangan AS, antara akhir 2022 hingga awal 2023, Mkrtychev terlibat dalam mengatur kesepakatan barter antara Moskow dan Pyongyang. Dalam kesepakatan itu, Korut mengirimkan lebih dari 20 jenis senjata dan amunisi untuk Rusia.

Sebagai gantinya, Korut akan memperoleh uang tunai, pesawat komersial, komoditas, dan bahan baku. Mkrtychev bekerja dengan pejabat dari kedua belah pihak untuk membuat kesepakatan itu terjadi. 

Mkrtychev pun disebut bekerja dengan seorang warga negara Rusia guna menemukan pesawat komersial untuk mengirimkan muatan ke Korut.

"Rusia telah kehilangan lebih dari 9.000 peralatan militer berat sejak dimulainya perang, dan sebagian berkat sanksi multilateral dan kontrol ekspor, (Presiden Rusia Vladimir) Putin menjadi semakin putus asa untuk menggantinya,” terang Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sebuah pernyataan.

Jadi untuk mengganti senjata-senjata itu, skema seperti kesepakatan senjata yang dilakukan oleh individu ini menunjukkan bahwa Putin beralih ke pemasok upaya terakhir seperti Iran dan Korut.

Mkrtychev ditempatkan dalam daftar hitam sanksi Departemen Keuangan AS. Artinya warga Amerika dan lembaga bisnis seperti bank yang memiliki cabang Amerika dilarang berurusan dengannya.

"Kami tetap berkomitmen untuk menurunkan kemampuan industri militer Rusia, serta mengungkap dan melawan upaya Rusia untuk menghindari sanksi dan mendapatkan peralatan militer dari (Korut) atau negara lain yang siap mendukung perangnya di Ukraina," kata Yellen juga. (tim redaksi)



#perang

#militerrusia

#pasukanukraina

#pasokansenjata

#senjatapresisitinggi

#menteripertahananrusia 

#sergeishoigu

Tidak ada komentar