Breaking News

Sempat Mati Suri, Pengusaha Optimistis Permintaan Batu Bara ke Tiongkok dan India Kembali Naik

Batu bara. Foto: Ilustrasi/ Reuters/ Ilya Naymushin

WELFARE.id-Beberapa pekan ini, harga batu bara sempat melemah hingga hampir 12%. Namun, diperkirakan, permintaan batu bara Indonesia ke Tiongkok akan mengalami lonjakan seiring dengan adanya kebijakan pemerintah Tiongkok

yang memperpanjang pajak istimewa serta melanjutkan implementasi tarif nol untuk batu bara impor sampai akhir tahun ini.

Optimistis itu diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia. Ia menilai, setelah pembatasan COVID-19 dibuka, ekonomi Tiongkok diproyeksi akan terus membaik. 

Hal itu bisa terlihat dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok year on year. Pada tahun ini misalnya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan naik di atas 5% dibandingkan tahun lalu yang hanya 3,2%.

"Maka tentunya diharapkan demand akan impor batu bara juga meningkat. Selama ini, batu bara Indonesia sangat kompetitif di pasar Tiongkok," ujar Hendra, melansir cnbcindonesia, Rabu (29/3/2023).

Ia juga menyebut, volume ekspor batu bara RI ke Tiongkok sangat bergantung dengan kebijakan Pemerintahan Xi Jinping. Meski begitu, terdapat tantangan bahwa Tiongkok sudah mulai meningkatkan kapasitas produksi batu bara domestik.

"Akan tetapi dari segi biaya, tetap akan lebih murah bagi Tiongkok jika menggunakan batu bara impor terutama dari Indonesia. Karena biaya transportasi domestik yang tinggi," ungkapnya.

Seperti diketahui, Tiongkok memangkas tarif bea masuk batu bara impor menjadi nol pada April 2022. Pembebasan bea masuk dilakukan sejak April 2022 di tengah kekhawatiran keamanan energi domestik dan gangguan pasokan.

Tiongkok diterjang gelombang panas dan kekeringan hebat pada 2022 yang membuat penggunaan listrik melonjak. Di sisi lain, kekeringan membuat produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga berkurang drastis. 

Tiongkok pun terpaksa mengimpor batu bara secara besar-besaran. Impor batu bara Tiongkok pada Januari-Februari 2023 menembus 60,64 juta ton. 

Jumlah tersebut melonjak 71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (35,39 juta ton). Peningkatan impor disebabkan oleh mulai meningkatnya utilitas serta dibukanya kembali impor dari Australia.

Pembelian terbesar, terutama datang dari Indonesia. Pengiriman batu bara dari Mongolia juga meningkat setelah pelonggaran kebijakan COVID-19. 

Kembali menguatnya harga batu bara RI juga ditopang oleh peningkatan permintaan dari India, serta merangkaknya harga gas. Bekurangnya produksi batu bara dari Indonesia juga ikut andil dalam kenaikan harga batu bara.

Kenaikan permintaan terutama datang dari India. Negara itu tengah menyiapkan diri menghadapi musim panas pada April-Juni 2023.

Permintaan energi diperkirakan melonjak pada musim panas sejalan dengan meningkatnya penggunaan listrik untuk pendingin ruangan atau keperluan industri. Kementerian India memperkirakan shortfall pada pasokan batu bara bisa mencapai 21 juta ton pada April-Juni karena lonjakan permintaan dan gangguan distribusi.

India sebenarnya sudah meningkatkan produksi tetapi kebutuhan diperkirakan akan melebihi pasokan yang ada. Kebutuhan listrik India untuk April 2023 saja diperkirakan mencapai 229 giga watt (GW) di mana puncaknya akan terjadi pada 10 April 2023.

Pembangkit batu bara masih menyumbang produksi listrik hingga 70%. Kementerian Listrik India berkomitmen akan mengamankan kapasitas listrik sebesar 1.500 megawatt (MW) dari pembangkit batu bara yang bersumber dari batu bara impor.

India tidak mau lagi kecolongan seperti pada musim panas 2022 di mana mereka mengalami krisis listrik karena pasokan batu bara kritis. Sejumlah analis memperkirakan Purchasing Manager's Index (PMI) Tiongkok masih akan ekspansif pada Maret 2023 setelah melonjak ke 51,6 pada Februari 2023.

"Aktivitas manufaktur di Tiongkok diperkirakan akan mengalami kenaikan, terutama pada industri baja. Aktivitas manufaktur juga diperkirakan akan tetap ekspansif sejalan dengan peningkatan sektor infrastruktur," tulis S&P dalam laporannya di Market Movers Asia, dikutip Rabu (29/3/2023).

S&P juga menjelaskan kenaikan batu bara turut disebabkan oleh penurunan produksi di Indonesia.

"Produksi batu bara Indonesia diperkirakan menurun selama Ramadan. Tingginya permintaan dari smelter Indonesia juga membuat kargo berkurang," tulis S&P.

Jumlah kargo untuk pengiriman batu bara berkurang karena dipakai untuk keperluan smelter. Tingginya permintaan kargo membuat banyak produsen tak bisa memenuhi permintaan batu bara dari Tiongkok dan India. (tim redaksi)


#batubara

#permintaanbatubaraketiongkok

#imporbatubarationgkok

#batubaraRI

#lonjakanpermintaan

Tidak ada komentar