Peringati Hari TB Sedunia, Ini Pentingnya Pemeriksaan Genome Sekuensing
WELFARE.id-Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari Tuberkulosis alias TBC sedunia. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan dengan angka kejadian yang cukup tinggi. TBC disebabkan oleh bakteri yang memengaruhi paru. Bakteri tersebut menyebar melalui droplet yang keluar saat batuk, bersin, atau bernyanyi.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat pada 2 Januari 2023 ada sekitar 969 ribu kasus TBC aktif, dengan 301 kasus TB per 100 ribu penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkannya sebagai penyakit menular yang mematikan, karena dapat merenggut lebih dari 1,5 juta nyawa setiap tahunnya. TBC dapat sembuh total apabila diobati dengan benar. Tapi, ada juga risiko terjadinya TB-Resisten Obat (TB-RO) yang menjadi risiko kedaruratan masyarakat di seluruh dunia
Secara global, kasus TB-RO mengalami peningkatan di tahun 2020 dan 2021. Diperkirakan ada sekitar 450.000 orang penyintas penyakit ini yang mengalami resistensi terhadap antibiotik rifampicin.
Akan tetapi, hanya 30 persen saja kasus yang terdeteksi dan terdaftar dalam pengobatan TB-RO.
Sementara itu, kasus TB-RO di Indonesia hanya 40 persen yang terdeteksi. Sisanya sebanyak 60 persen masih menjadi masalah laten dan menjadi penghambat bagi pemerintah untuk mencapai target eliminasi kasus 65 per 100 ribu penduduk pada 2030 mendatang.
Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan infrastruktur untuk deteksi resistensi obat TB. Pasalnya, tidak ada perbedaan gejala yang dialami oleh penyintas TBC biasa dengan TB-RO.
Gejala TBC misalnya demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi, kelelahan, dan juga batuk
Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui risiko tersebut adalah dengan memastikan responsif pasien dengan pengobatan.
Kendala yang dihadapi di Tanah Air, yakni kurangnya kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC yang masih rendah.
Kondisi ini dapat menghambat tindakan pencarian pelayanan kesahatan untuk mendeteksi TB-RO secara dini. "Meskipun membutuhkan keberanian ekstra bagi pasien TB untuk menjalani tes resistensi obat, memberanikan diri untuk menjalani TB-RO adalah cara terbaik bagi mereka untuk sembuh dalam waktu yang diperkirakan," kata Budi Hermawan, Ketua Perhimpunan dan Organisasi Pasien TB Indonesia dan Penyintas TB-RO, dikutip Kamis (23/3/2023).
"Pengalaman pribadi saya mengajarkan saya bahwa peralatan medis yang canggih untuk pemeriksaan TB-RO berkontribusi pada diagnosis yang akurat, cepat, dan menjadi variabel utama dalam upaya saya untuk sembuh dari TB," sambungnya. (tim redaksi)
#tb
#tuberkulosis
#penyakitparuparu
#harituberkolosissedunia
#genomesekuensing
Tidak ada komentar