Breaking News

Krisis Air di Eropa Kian Mengkhawatirkan, Prancis yang Terparah

Danau mendadak kering di Eropa akibat kekeringan. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Global warming kini tak lagi menjadi isu semata, tapi nyata adanya. Ketika di belahan Asia banjir bandang menjadi isu sentral, di Eropa justru kekeringan tengah melanda.

Studi terbaru menunjukkan, krisis air di benua Eropa kian makin mengkhawatirkan. Salah satu negara Eropa yang mengalami kekeringan cukup parah adalah Prancis. 

Negara tersebut mengalami "32 hari berturut-turut tanpa curah hujan signifikan dari 21 Januari hingga 21 Februari". Hal tersebut merupakan yang terpanjang sejak 1959.

Krisis hujan tersebut membuat danau-danau dan sungai-sungai di Prancis dalam kondisi kritis. "Tanah lebih kering daripada yang biasa," kata ahli iklim Meteo-France Simon Mittelberger, melansir BBC, Selasa (7/3/2023).

Mittelberger menambahkan, hujan salju juga berada dalam tingkat yang rendah. Hal itu terjadi di daerah Pyrenees yang mendekati rekor terendah kuantitas salju sepanjang tahun tersebut.

Di Pegunungan Alpen, jumlah salju menyusut 63 persen daripada yang biasa berdasarkan data dari CIMA Research Foundation. Krisis salju di musim dingin pun dapat mengancam persediaan air di musim semi dan panas. 

Pasalnya, tidak ada salju yang mencair yang dapat menambah pasokan air di sungai. Di musim panas lalu, Prancis telah mengalami kekeringan terburuk. 

"Situasnya bisa lebih buruk jika tidak ada curah hujan yang signifikan di dalam beberapa bulan ke depan," paparnya. Sementara itu di Italia, sungai terpanjang Po mengalami penyusutan jumlah air sebanyak 61 persen daripada yang biasanya tahun ini.

Pemerintah Italia pada musim panas lalu pun telah mengumumkan keadaan darurat di area sungai tersebut. "2023 baru saja dimulai, tetapi sudah menunjukkan tanda-tanda yang memburuk dalam hal cuaca dan kekeringan," seru Manajer Umum Legambiente, sebuah kelompok pemerhati lingkungan di Italia Giorgio Zampetti.

Bahkan, kanal-kanal indah di Venesia kini ikut mengering. Praktis, tidak ada wahana wisata air keliling kota di Italia itu.

Situasi serupa juga terjadi di Spanyol yang mengalami cuaca terpanasnya tahun lalu. Hal tersebut pun berdampak kepada pasokan air di Negeri Matador.

"Kita tidak bisa menggaransi pasokan air untuk minum dan ekonomi dengan hanya mengandalkan hujan," ujar Menteri Transisi Ekologis Teresa Ribera. Menanggapi situasi ini, Spanyol telah berinvestasi sekitar USD24 miliar atau Rp366 triliun untuk pengaturan air semisal memperbaiki sanitasi dan modernisasi irigasi tahun ini.

Sebelumnya, sebuah studi dari Graz University of Technology Austria mengungkapkan situasi air di Eropa telah menjadi "sangat genting". Sejumlah danau di beberapa negara Eropa pun telah mengering karena hujan yang jarang turun.

"Beberapa tahun lalu, saya tidak pernah membayangkan air akan menjadi masalah di Eropa," kata salah satu periset, Torsten Mayer-Gurr, melansir CNN. Tapi saat ini, lanjutnya, Eropa benar-benar dalam masalah berkaitan dengan pasokan air di sini. 

Studi tersebut dibuat dengan memanfaatkan data dua satelit yang diberi nama Tom dan Jerry. Satelit tersebut mengorbit di ketinggian 490 km dari permukaan Bumi dengan jarak satu dan lainnya mencapai 200 km. (tim redaksi)

#kekeringanparahdieropa
#krisisair
#eropakekuranganpasokanair
#danaumengering
#kanaldivenesiamengering
#globalwarming

Tidak ada komentar