Kasus Polio Kembali Ditemukan di Pekanbaru dan Purwakarta
WELFARE.id-Indonesia pernah dinyatakan bebas polio oleh WHO pada 2014 lalu. Sayangnya, belakangan muncul kasus polio dibeberapa daerah. Sebelumnya sejak akhir 2022, penyakit menular satu ini bahkan sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Aceh.
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI kembali melaporkan temuan kasus polio baru, dengan pelaporan kasus satu orang anak di Pekanbaru dengan status sang anak belum divaksin (imunisasi) Polio.
Demikian pula di Purwakarta. Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr. Rohadi Hendra Setya Wibawa menyampaikan, kasus polio ini ditemukan pada anak umur empat tahun. Sejak usia dua, anak ini mengalami gangguan perkembangan.
"Anak itu usianya empat tahun, dari usia dua tahun itu ada gangguan perkembangan kata orangtuanya. Harusnya kan dua tahun sudah bisa jalan, jadi keluhan orangtuanya itu kenapa dua tahun belum bisa jalan,” ujarnya dikutip Selasa (21/3/2023).
Kasus polio ini ditemukan dari hasil sekuensing yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Hadi menemukan, kuman penyebab polio itu sudah berada pada tubuh anak sejak usianya satu tahun.
“Gejalanya sudah ada di umur dua tahun tapi karena ketidakpahaman keluarga jadi dianggapnya hal biasa, gangguan perkembangan saja. Di umur empat tahun muncul lah gejala yang lebih berat,” tandasnya.
Akibat polio yang disandang, kini anak tersebut mengalami kelemahan otot kaki. Setelah hasil temuan ini diumumkan, pihak Hadi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan pengambilan sampel di area sekitar tempat tinggal anak tersebut.
“Awalnya 30 sampel yang kita ambil, (setelah temuan kasus) jadi kita ambil 200 sampel dari tinja di area sekitar karena penularan (polio) kan biasanya dari tinja,” lanjutnya.
Sejauh ini, Hadi belum mengetahui asal muasal penularan polio tersebut. Yang pasti, tipe polio yang ditemukan tidak sama dengan yang sebelumnya terjadi di Aceh. “Itu belum tahu juga, karena hasil sekuensing ini menunjukkan bahwa tipenya beda dengan yang di Aceh. Jadi kita juga enggak tahu dari mana, masih dilakukan penelitian lah.”
Dalam rangka mitigasi atau pencegahan terjadinya kasus polio yang lain, pihak Hadi berencana melakukan pekan imunisasi nasional di empat kabupaten/kota terdekat. “Ini pekan imunisasi nasional tapi tidak nasional, hanya di wilayah kabupaten/kota, itu mungkin pencegahannya," imbuhnya.
Lantas bagaimana dengan DKI Jakarta? Terkait kasus polio di Ibu Kota, Kepala Seksi Surveilans Epidemiolog dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama menyebut hingga saat ini belum ditemukan kasus positif polio di Jakarta, dengan berdasarkan melihat dari hasil pemeriksaan feses atau tinja. "Belum ada kasus polio di Jakarta,” katanya.
Kasus yang ada di Jakarta, masih bersifat dugaan acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu, merupakan kelumpuhan sifatnya lemas dan terjadi mendadak dalam 1 sampai 14 hari.
“Semua terduga acute flaccid paralysis (AFP) difollow up dan dilakukan pemeriksaan laboratorium tinja. Sejauh ini semua (hasilnya) negatif," paparnya
Lumpuh layu secara umum diketahui sebagai efek dari penyakit Polio, tapi penting untuk diketahui, untuk AFP tidak semua kasusnya pasti karena disebabkan gara-gara polio.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Ngabila menyebut Dinkes DKI sendiri akan meningkatkan pemeriksaan atas kasus AFP di Jakarta tahun ini.
"Target penemuan kasus AFP tahun 2023 dinaikkan minimal menjadi 5 kali lipat dari target minimal per Kabupaten Kota per tahun," pungkasnya.
Sayangnya, ia tak menjelaskan lebih lanjut berapa kasus AFP yang ada di DKI Jakarta untuk saat ini. (tim redaksi)
#polio
#kemenkes
#klbpolio
#poliopekanbaru
#poliopurwakarta
Tidak ada komentar