Ini Cerita Astronut Muslim Puasa Ramadan di Luar Angkasa
WELFARE.id-Bulan Ramadan telah tiba, jutaan masyarakat muslim di dunia kini sedang menjalankan momen satu tahun sekali ini. Lamanya waktu berpuasa ditentukan dari waktu matahari terbit hingga matahari tenggelam. Oleh sebab itu, setiap masyarakat muslim di dunia menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang berbeda-beda.
Lantas, bagaimana dengan muslim yang menjalankan ibadah puasa di luar angkasa? Sultan Al Neyadi, seorang astronaut muslim asal Uni Emirat Arab yang bekerja di Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berbagi pengalamannya berpuasa di luar angkasa.
Al Neyadi menjelaskan, perjalanannya ke angkasa membuatnya menjadi seorang musafir, dan hal tersebut memperbolehkannya untuk menjalankan puasa sesuai waktu bumi. “Puasa tidak wajib apabila kamu tidak merasa sehat, apalagi jika kamu sedang berada dalam keadaan yang dapat membahayakan misimu dan astronot lainnya” ujarnya dikutip Jumat (24/3/2023).
Bagaimanapun, ia tetap ingin menjalankan puasa dengan kesempatan yang dia miliki. Dalam jumpa pers di Dubai Februari lalu, sebelum keberangkatannya, dia mengatakan dirinya bisa saja berpuasa mengikuti waktu GMT yang digunakan sebagai patokan waktu di luar angkasa. “Berpuasa itu menyehatkan, apabila ada kesempatan untuk berpuasa maka hal itu baik untuk dijalankan,” tandasnya.
"Kita lihat saja bagaimana jalannya nanti," tambahnya.
Berpuasa di angkasa bukan suatu hal yang baru. Astronot Muslim Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor merupakan astronot muslim pertama yang terbang keluar bumi. Penerbangannya ke angkasa merupakan cikal bakal pengeluaran fatwa mengenai praktik keagamaan di angkasa.
Majelis Fatwa Malaysia menjelaskan, ibadah puasa dapat ditunda hingga astronot mendarat di bumi. Astronot muslim juga dinyatakan dapat menjalankan ibadah puasa sesuai dengan waktu puasa di bumi.
Meski ada pengecualian, tetap ada panduan bagi astronaut muslim yang ingin tetap berpuasa. Salah satu panduan dikeluarkan oleh Department of Islamic Development Malaysia (JAKIM).
Berkaitan dengan puasa, ada dua poin yang disebut dalam panduan tersebut. Pertama, puasa diperbolehkan di ISS atau Qada alias menggantinya saat astronaut pulang ke Bumi. Kedua, waktu berpuasa disesuaikan dengan zona waktu lokasi pemberangkatan astronaut.
Selain berpuasa, JAKIM juga mengeluarkan panduan ibadah lain seperti solat dan berwudu. Untuk solat, waktunya juga ditentukan berdasarkan zona waktu lokasi pemberangkatan.
Selain itu, JAKIM juga memperbolehkan astronaut menjamak dang meng-qashar salat. Soal gerakan, astronaut diizinkan solat seperti biasa dalam posisi berdiri.
Akan tetapi jika tidak dimungkinkan, astronaut bisa melakukannya dengan duduk dan berbaring. Saat berbaring, kedipan mata bisa digunakan sebagai indikator pergantian raka'at.
Astronaut juga dapat menghadap ke beberapa arah dengan prioritas tetap mengarah ke Ka'bah.
Selain ibadah puasa, beberapa ibadah lain juga pernah dijalankan di angkasa, dari mulai pembacaan Alkitab, perayaan Komuni, Natal, Paskah, hingga Hanukkah. Hampir setiap dari penganut agama pernah merayakan kegiatan ibadahnya di angkasa. (tim redaksi)
#puasa
#ramadan
#astroaut
#puasadiluarangkasa
#astronautpuasa
Tidak ada komentar