Hati-Hati! Ancaman Deepfake Ancam Pemilu Indonesia
WELFARE.id-Ancaman deepfake membayangi Pemilu 2024. Hal ini sulit dihindari lantaran konten-konten deepfake berpotensi digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk saling menjatuhkan antar kandidat peserta pemilu.
Lantas, apa itu deepfake? Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan mengatakan, deepfake merupakan teknik manipulasi menggunakan kecerdasan buatan. "Deepfake bisa membuat konten seolah-olah seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu, padahal sebenarnya tidak mereka lakukan," ujarnya dikutip Kamis (16/3/2023).
Keberadaan deepfake dinilai membuka peluang timbulnya disinformasi di tengah masyarakat. Konten-konten deepfake diyakini akan semakin banyak ditemukan, khususnya di tahun politik seperti saat ini.
Untuk itu, Firman meminta masyarakat untuk tidak langsung percaya hanya pada satu informasi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat bisa menghindari konten manipulasi deepfake. "Jadi masyarakat perlu mengkombinasikan sumber-sumber informasi, tidak hanya pada satu macam saja," tandasnya.
Firman meminta masyarakat untuk lebih selektif dalam memilah informasi yang diperoleh. Masyarakat diminta tidak terpaku dan langsung percaya terhadap informasi yang diperoleh hanya dari satu sumber. Hal itu, kata dia, penting untuk terhindar dari filter bubble maupun echo chamber.
"Kalau sumber informasinya dibaca oleh algoritma satu macam, itu akan terjebak yang namanya filter bubble dan echo chamber. Jadi dia masuk ke sebuah ruangan yang sudah berisi dengan informasi-informasi sejenis. Dia mengira itulah kenyataan tentang kandidat yang saya dukung, padahal kalau kita pakai sumber informasi yang lain, itu bisa jadi bunyinya akan lain, dan itu perlu keterbukaan pikiran untuk memahami," lanjutnya.
Firman mengatakan, upaya lainnya yang bisa dilakukan agar terhindar dari konten tersebut di tahun pemilu adalah dengan lebih mengenal latar belakang dari kandidat peserta pemilu yang diusung.
Dengan demikian, masyarakat tidak akan langsung percaya, atau setidak-tidaknya curiga ketika menerima konten "janggal" tentang kandidat yang diusung. "Jadi perlu pengenalan terhadap masing-masing kandidat dan mengombinasikannya dengan sumber informasi lainnya, jadi kita punya perbandingan mungkinkah seseorang berbicara seperti itu. Akhirnya bukan hanya berpatokan pada unggahan media sosial atau media digital tetapi juga karakter-karakter yang melekat pada kandidat tersebut," imbuhnya.
Kepada media, Firman berpesan agar menjaga kredibilitas yang baik. Karena hal ini sangat berperan dalam memerangi disinformasi, malinformasi, misinformasi, hoaks, hingga konten manipulasi deepfake. Dia mengatakan, pers harus memverifikasi dan mengonfirmasi ulang pernyataan dalam konten tersebut kepada objek informasi yang dimaksud. Dengan demikian, pers bisa mengetahui fakta yang sebenarnya.
"Jadi bukan hanya berpatokan pada satu material. Oh ini omongannya dia dan ada videonya, tapi itu tidak cukup. Teknologi bisa menirukan itu semua. Jadi harus dikonfirmasi. Artinya para jurnalis harus mengenali objek informasi itu lebih dalam," tukasnya.
Ternyata, fenomena deepfake ini juga pernah terjadi di negara demokrasi terbesar di dunia seperti Amerika Serikat.
Kala itu, di tahun 2020 video Donald Trump diedit sedemikian rupa seakan-akan ia akan mendaftar YouTube versi Rusia. Hal ini kemudian dibagikan secara online oleh akun dan akun pro-Kremlin.
Dalam video berdurasi hampir 30 detik itu menampilkan Trump palsu yang terdengar seperti robot mengatakan dia akan bergabung dengan RuTube, versi Rusia, dikutip dari laman newsweek.com. “Saya sudah lama tidak aktif (di media sosial), tapi saya tidak menghilang. Saya tidak menyerah, kita tidak bisa dibungkam,” katanya.
"Maaf para pecundang dan pembenci, tapi saya akan hadir lagi. Saya sudah memilih platform di mana kebebasan berbicara tidak ditekan. Saya telah menemukan ruang untuk berinteraksi. Halo Rusia, halo RuTube," demikian bunyi video deepfake tersebut. (tim redaksi)
#deepfake
#pemilu
#pemilu2024
#kecerdasanbuatan
#hoaks
Tidak ada komentar