Breaking News

900 Ribu Lebih Pasien TB di RI Kedua Tertinggi di Dunia, Skrining Door to Door Dinilai Paling Efektif Cegah Kasus Baru

Gambar paru-paru. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban penyakit Tuberkulosis (TB) yang masih tinggi di dunia. 

"TB adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan penularannya melalui droplet nuclei atau droplet yang ukurannya sangat kecil sehingga bisa mencapai paru-paru bagian bawah (alveoli),” kata Anggota Pokja Infeksi PDPI Tutik Kusmiati kepada wartawan di Jakarta, dikutip Sabtu (25/3/2023).

Dia menjelaskan, berdasarkan data Global Tuberculosis Report 2022, Indonesia menduduki peringkat kedua dari delapan negara yang menjadi penyumbang dua per tiga kasus TB terbesar yang ada di dunia. Bersam dengan India, Tiongkok, Filipina, Pakistan, Nigeria, Banglades, dan Republik Demokrat Kongo.

Indonesia memiliki estimasi jumlah kasus baru yakni 969.000 kasus setelah India. Selain kasus pada TB biasa, Indonesia juga berkontribusi tinggi untuk jumlah insiden kasus TB HIV maupun TB MDR.

"Ini tugas yang sangat besar bagi kita semua. Kita berada di nomor dua,” ungkapnya.

Menurutnya, perlu ada perhatian khusus pada situasi TB di Indonesia saat ini. Jika dibiarkan atau hanya sedikit kasus yang ditemukan di sebuah daerah, akan membuka lebih lebar potensi banyak kasus yang tidak ditemukan atau disembuhkan.

Hal itu dikarenakan pasien Bakteri Tahan Asam (BTA) yang positif, bisa menginfeksi 10 hingga 15 orang di sekitarnya. Di antara orang-orang itu, lima sampai 10 persenya akan berkembang jadi sakit TB yang aktif.

"Kemudian, 90 sampai 95 persen akan jadi TB laten, jadi mereka hanya terinfeksi tapi tidak sakit atau belum sakit. Dari TB aktif akan berkembang jadi sakit TB dan jadi sumber penularan baru dan ini seperti lingkaran setan. 90-95 persen TB laten bisa menjadi TB sebanyak lima sampai 10 persennya jika imunnya lemah,” bebernya.

Tutik mengimbau, jika seseorang telah terinfeksi, maka harus segera mendapatkan obat pencegahan TB di layanan kesehatan terdekat. Setelah banyak penelitian dan inovasi baru, sudah ada pengobatan TB yang bisa dilakukan selama tiga bulan.

Dalam kesempatan itu, Tutik meminta pemerintah untuk menemukan kasus TB sedini mungkin baik melalui skrining klinis, laboratorium mikrobiologis dan radiologis. Perlu ada pula tata laksana pasien TB aktif dan terapi pencegahan pada pasien TB laten supaya bisa mempercepat eliminasi TB di Indonesia.

Sekretaris Pokja Infeksi PDPI Irawaty Djaharuddin menyebutkan, ada tiga provinsi di Indonesia yang menjadi penyumbang kasus TB terbanyak yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Meski Indonesia kini menduduki peringkat dua, Ira mengatakan layanan kesehatan bagi pasien TB sudah semakin baik dari sebelumnya. 

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI terus melakukan pelacakan kasus aktif TB hingga ke rumah-rumah penduduk untuk mencari orang yang bergejala, dalam rangka memutus rantai penularan sejak dini. "Kalau kami bisa temukan TBC lebih dini, minimal 90 hingga 95 persennya kami harap penularan bisa diputus," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi.

Nadia mengatakan, kasus TB di Indonesia masih tergolong tinggi, dengan laju temuan kasus rata-rata berkisar 443.235 pada 2021, dan meningkat menjadi 717.941 kasus pada 2022. Data sementara untuk 2023 berkisar 118.438 kasus, dari angka estimasi kasus di Indonesia mencapai 900 ribu kasus TB.

Khusus TB pada anak juga mengalami peningkatan signifikan, yakni dari 42.187 kasus pada 2021 meningkat menjadi 100.726 kasus pada 2022, dan 18.144 kasus pada 2023. "Upaya kami juga melakukan pemberian pengobatan TB untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien. Kalau dilihat sekarang, kami juga melakukan skrining aktif di rumah-rumah untuk mencari orang dengan gejala batuk, lalu dilakukan pemeriksaan. Jadi tidak menunggu lagi orang datang ke puskesmas," ulasnya.

Pihaknya juga mengerahkan kader hingga petugas kesehatan di tingkat puskesmas untuk menjangkau pasien TB hingga ke rumah-rumah. Dia juga menambahkan, kasus TB di Indonesia sudah menjadi masalah serius sebelum era pandemi COVID-19 melanda.

"Pada saat COVID-19, kami akui agak berkurang fokusnya dalam penanganan TB. Jangan sampai sekarang COVID-19 sudah bisa tertangani, tapi TB kemudian menjadi prioritas masalah utama lagi," ucapnya. (tim redaksi)


#indonesiatertinggikeduakasusTB

#tuberculosis

#menulardaridroplet

#TBanakmeningkat

#kasusTBdiindonesia

#PDPI

#perhimpunandokterparuindonesia

#pencegahanTB

Tidak ada komentar