Tujuh Orang Tewas, Pemkab Garut Tetapkan KLB Difteri
WELFARE.id-Pemerintah Kabupaten Garut menerbitkan Surat Keputusan Bupati Garut tentang Penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri selama 10 bulan atau sampai November 2023.
Status KLB difteri ditetapkan setelah meningkatnya penularan penyakit tersebut dalam beberapa pekan terakhir sehingga menyebabkan tujuh warga meninggal dunia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan 72 orang yang kontak erat dengan pasien positif difteri untuk dilakukan uji laboratorium. "Mereka yang diambil sampel adalah kontak erat dengan penderita difteri, dan masih menunggu hasil pemeriksaannya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut Leli Yuliani dikutip Jumat (23/2/2023).
Ia menuturkan, wabah difteri banyak dilaporkan menjangkiti warga di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan yang mayoritas penderitanya anak-anak.
Kasus difteri, lanjutnya, muncul sejak sebulan lalu dengan rincian empat kasus observasi difteri, empat kasus suspek, dua kasus terkonfirmasi positif, dan 55 orang dilaporkan kontak erat dengan pasien positif.
Selain itu, ada juga yang meninggal dunia sebanyak tujuh orang tanpa catatan penjelasan riwayat kesehatan, sehingga belum dapat dipastikan penyebab kematiannya karena difteri atau sakit lain. "Kami belum dapat memastikan apakah penyebab kematian tersebut adalah difteri, karena belum sempat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium," tukasnya.
Ia menambahkan, Dinkes Garut saat ini masih menunggu hasil laporan uji laboratorium terhadap 72 orang, jika sudah diketahui terjangkit difteri maka secepatnya akan melakukan langkah cepat dan tepat dalam mengatasi pasien difteri.
Sementara, lanjutnya, laporan dari pihak laboratorium ada dua orang berusia tujuh tahun dan remaja 19 tahun yang positif, jadi seluruhnya menjadi lima orang terjangkit difteri. "Kami menerima laporan dari Labkesda Provinsi Jawa Barat ada penambahan tiga orang yang terkonfirmasi positif, jadi jumlah sampai hari ini lima orang," katanya.
Pemkab Garut juga akan melakukan vaksinasi massal kasus difteri terhadap anak-anak, salah satunya dengan mendatangi sekolah-sekolah. Vaksinasi massal ini akan mulai dilakukan pekan depan.
Terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penanganan difteri agar KLB tidak meluas, pihaknya menetapkan status KLB difteri sebagai pemberitahuan bahwa situasi sudah darurat.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan penyebab dari terjadinya KLB difteri di Garut. KLB difteri disebabkan oleh imunisasi difteri yang terlambat. “Difteri di Garut memang vaksinasinya (imunisasi) kurang, gara-gara COVID-19 jadi agak berkurang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah menyita energi seluruh tenaga kesehatan sehingga menyebabkan pada ketertinggalan program imunisasi di daerah. “Kita sudah identifikasi daerah mana yang imunisasinya kurang,” tandas Budi.
Sebagai informasi, difteri bukan hal baru di dunia kesehatan. Penyakit ini memang dikenal sebagai salah satu penyakit menular yang diwaspadai. Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyakit ini dapat menular melalui batuk ataupun bersin.
Selain melalui batuk dan bersin, difteri juga bisa menular melalui barang-barang yang terkontaminasi. Seseorang bisa tertular difteri setelah menyentuh barang-barang yang terkontaminasi. Siapa saja bisa terkena difteri. Namun umumnya, penyakit satu ini kerap menyerang kelompok anak.
Mereka yang termasuk kelompok berisiko difteri adalah orang yang belum mendapatkan vaksinasi difteri. Orang yang tinggal di lingkungan padat dan tidak sehat juga berisiko terkena difteri.
Bagaimana gejalanya? Gejala difteri biasanya dimulai 2-5 hari setelah paparan. Berikut beberapa gejala yang bisa muncul:
- selaput abu-abu tebal yang menutupi tenggorokan dan amandel;
- sakit tenggorokan;
- pembengkakan kelenjar getah bening di leher;
- sulit bernapas atau napas cepat;
- pilek;
- demam;
- kelelahan.
Dalam kasus yang parah, difteri bisa memicu berbagai komplikasi yang berisiko fatal. Racun yang dikeluarkan bakteri penyebab bakteri bisa merusak sistem pernapasan, jantung, dan saraf. Kondisi inilah yang biasanya jadi penyebab kematian akibat difteri.
Cara mencegah difteri
Pemberian antibiotik jadi satu-satunya cara mengobati difteri. Namun demikian, difteri juga bisa dicegah.
Berikut beberapa cara mencegah difteri, mengutip berbagai sumber.
1. Vaksinasi
Vaksinasi disebut-sebut sebagai satu-satunya cara ampuh untuk mencegah difteri.
Indonesia sendiri mewajibkan pemberian vaksin DPT (difteri, pertusis atau batuk rejan, dan tetanus) pada anak. Imunisasi DPT-HB-HiB diberikan sebanyak empat kali berturut-turut pada bayi usia 2, 3, 4, dan 18 bulan.
2. Pola makan sehat
Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Sistem imun yang kuat dapat melawan berbagai patogen yang menyerang tubuh, termasuk bakteri penyebab difteri.
3. Jaga kebersihan
Kebersihan jadi salah satu kunci pencegahan difteri. Bakteri penyebab difteri sendiri mudah berkembang di tempat yang kotor dan lembap.
4. Rutin cuci tangan
Sama seperti penyakit yang disebabkan bakteri dan virus lainnya, cuci tangan juga jadi cara pencegahan yang ampuh bagi difteri. Pasalnya, penularan difteri juga bisa terjadi melalui benda-benda terkontaminasi bakteri yang Anda sentuh. (tim redaksi)
#difteri
#garutklbdifteri
#apaitudifteri
#gejaladifteri
#kemenkes
#pemkabgarut
Tidak ada komentar