Breaking News

Pendiri Teater Koma Meninggal Dunia, Dimakamkan Hari Ini di Bogor

Pendiri Teater Koma Nano Riantiarno semasa hidup. Foto: Istimewa/ Dok.Detik

WELFARE.id-Kabar duka, aktor sekaligus penulis dan sutradara Norbertus Riantiarno atau Nano Riantiarno meninggal dunia, Jumat (20/1/2023). Rencananya, mendiang Nano akan dikebumikan Sabtu (21/1/2023) hari ini di Taman Makam Giri Tama, Tonjong, Bogor.

Kabar meninggalnya pendiri Teater Koma tersebut pertama kali dikabarkan lewat akun Instagram resmi @teaterkoma. "Telah berpulang ke rumah Bapa di Surga, suami, ayah, kakak, guru kami tercinta, Norbertus Riantiarno, di rumah beliau, para pagi hari, Jumat, 20 Januari 2023 pukul 06.58 WIB," tulis pernyataan di akun tersebut, dikutip Sabtu (21/1/2023).

Jenazah Nano disemayamkan di rumah duka di Sanggar Teater Koma di Jalan Cempaka No 15, Jakarta Selatan dan akan diberangkatkan ke Bogor pagi ini. Sebelum meninggal dunia, Nano memang sudah lama dikabarkan sakit.

Pada awal November 2022 lalu, ia sempat menjalani operasi tumor di paha. Tetapi pada Desember 2022 lalu, ia sempat mengalami batuk-batuk yang awalnya dipikir penyakit flu biasa.

Karena tidak sembuh juga, ia pun dibawa ke dokter untuk menjalani pemeriksaan. Ternyata tumor tersebut sudah merambat ke paru-parunya menjadi kanker sehingga menyebabkan dirinya sesak nafas.

Nano akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya setelah didiagnosa menderita kanker paru-paru.

Sekilas Profil

Sebagai informasi, Nano merupakan seorang aktor, penulis, sutradara, wartawan, dan tokoh teater Indonesia. Nano sudah aktif dalam terater sejak sekolah dan mendirikan Teater Koma pada 1977 silam.

Ia adalah suami dari Ratna Riantiarno, aktris Indonesia yang telah menerima banyak penghargaan. Dari pernikahan tersebut, keduanya pun dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama Rangga Buana, Rasapta Candrika, dan Gagah Tridarma Prasetya.

Semasa berkarier, Nano Riantiarno banyak menulis skenario film dan televisi. Karya skenarionya, Jakarta Jakarta, meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang, 1978. Pun demikian dengan karya sinetronnya, Karina meraih Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta, 1987.

Nano dijuluki sebagai seniman yang beruntung. Hal ini lantaran Nano tak hanya beruntung dalam kehidupan kariernya saja, tetapi juga beruntung memiliki pasangan hidup yang piawai mengelola aktivitas berkesenian sang suami.

Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, pada tanggal 6 Juni 1949 ini berhasil mengembangkan teater Koma sebagai salah satu kelompok teater yang paling produktif di Indonesia saat ini. Karena kecintaannya pada dunia teater, Nano pun mencoba untuk mempublikasikan karyanya.

Tetapi tak berjalan lancar seperti yang diharapkan karena Nano mendapat pencekalan dan pelarangan, kecurigaan serta ancaman bom, ketika akan mementaskan pertunjukannya. Tetapi semua itu dihadapi sebagai sebuah dinamika perjalanan hidup.

Beberapa karyanya bersama teater Koma, batal pentas karena masalah perizinan dengan pihak yang berwajib. Adapun karyanya yang sempat dilarang untuk tayang adalah Naskah Suksesi dan Opera Kecoa yang tayang pada tahun 1990.

Kedua karyanya itu tak mendapat izin pentas di Jakarta. Kemudian Maaf.Maaf.Maaf yang tayang pada tahun 1978 serta Sampek Engtay pada tahun 1989 juga tak mendapat izin pentas di Medan.

Tak puas sampai di situ saja, Nano pun mencoba mengembangkan sayapnya dengan terjun menjadi aktor Indonesia. Ia pun mendapat peran untuk ikut mengisi film Bidadari Mencari Sayap pada tahun 2020.

Dalam film tersebut, ia berhasil meraih penghargaan sebagai Aktor Pendukung Pilihan Festival Film Tempo. (tim redaksi)

#nanoriantiarnomeninggaldunia
#pendiriteaterkoma
#penulisnaskah
#cintateater
#karyateater
#karyafilm
#sutradarafilmindonesia
#nanoriantiarno

Tidak ada komentar