Breaking News

IMF Nyalakan Sinyal Bahaya Sepertiga Dunia Diprediksi Masuk Jurang Resesi 2023, Indonesia Termasuk?

Kantor IMF. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Memasuki awal tahun 2023, Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menyalakan tanda bahaya terkait kemungkinan adanya resesi. IMF meyakini, sepertiga ekonomi global akan berada di jurang resesi pada akhir tahun ini.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, 2023 akan lebih berat daripada tahun lalu karena Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok sudah memperlihatkan adanya perlambatan ekonomi. Perang di Ukraina, kenaikan harga, suku bunga yang lebih tinggi, dan penyebaran COVID-19 di Tiongkok, berimbas pada beban ekonomi global.

"Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi. Bahkan negara yang tidak dalam resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang," kata Georgieva dalam program berita CBS Face the Nation, melansir BBC, Selasa (3/1/2023).

Sebagai raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia dan pertama di Asia, Tiongkok akan menghadapi awal yang sulit tahun ini. "Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi Tiongkok. Dampaknya negatif perlambatan ekonomi Tiongkok bakal berimbas terhadap pertumbuhan global akan negatif," yakin Georgieva.

Jika menarik ke belakang, sebenarnya alarm bahaya sudah ditekan IMF, sejak Oktober tahun lalu. Hal itu terlihat dengan kebijakan IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global untuk 2023.

Ekonom Moody's Analytics Katrina Ell di Sydney menyebut, Eropa dan AS tidak akan lolos dari jurang resesi. Sementara beberapa negara mungkin tengah berjuang untuk menghindari resesi tahun ini.

Presiden Tiongkok Xi Jinping pun sudah menyerukan agar lebih banyak upaya dan persatuan saat Tiongkok memasuki apa yang disebutnya sebagai "fase baru". Perlambatan ekonomi di AS juga berarti berkurangnya permintaan untuk produk yang dibuat di Tiongkok dan negara Asia lainnya termasuk Thailand dan Vietnam.

Suku bunga yang lebih tinggi juga membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Jadi karena kedua alasan ini, perusahaan mungkin memilih untuk tidak berinvestasi dalam mengembangkan bisnis mereka.

Kurangnya pertumbuhan dapat memicu investor untuk menarik uang keluar dari ekonomi sehingga negara-negara, terutama yang lebih miskin, memiliki lebih sedikit uang tunai untuk membayar impor penting seperti makanan dan energi. Dalam pelambatan semacam ini, mata uang dapat kehilangan nilainya terhadap ekonomi yang lebih makmur, yang memperparah masalah.

Dampak suku bunga yang lebih tinggi terhadap pinjaman juga mempengaruhi ekonomi di tingkat pemerintah - terutama pasar negara berkembang, yang mungkin kesulitan untuk membayar kembali utangnya. Lantas, dimana posisi Indonesia?

Presiden Joko Widodo, dalam kunjungannya ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (2/1/2023) masih berharap, Indonesia tidak terkena imbas resesi global. "Kalau kita bisa melewati turbulensi kemarin di 2022, kita harapkan nanti, ini tahun 2023 ini, tahun ujian, kalau bisa lewati, Insya Allah di tahun 2024 akan lebih mudah bagi pertumbuhan ekonomi kita,” kata Jokowi kepada wartawan.

Ia mengaku optimistis melihat 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas lima persen. "Kita harapkan, kita berdoa juga di tahun 2023 ini bisa di atas lima persen lagi,” sambung Jokowi.

Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengatakan tahun ini akan menjadi “ujian yang sangat berat”. "Seluruh pemangku kepentingan termasuk dalam KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) akan terus bekerja di dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional khususnya sektor keuangan,” janjinya.

Sejauh ini, Badan Pusat Statistik (BPS) belum mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pada 2022. Sri Mulyani optimistis bahwa angka pertumbuhan ekonomi 2022 akan berada di rentang 5% hingga 5,3%.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat lalu diprediksi “sedikit melambat” dibanding kuartal ketiga yang mencapai 5,72%. (tim redaksi)

#perlambatanekonomi
#resesiekonomiglobal
#jurangresesi
#IMF
#presidenjokowidodo
#menkeusrimulyani
#prediksiekonomi2023

Tidak ada komentar