Breaking News

Dua Anak Diduga Keracunan Ciki Ngebul di Sleman

Ilustrasi (net) 

WELFARE.id-Korban ciki ngebul terus bertambah. Dua anak masing-masing berusia 5 dan 7 tahun di Kabupaten Sleman, DIY diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi jajanan ciki ngebul alias cikbul. 

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan, pihaknya menerima laporan Senin (9/1/2023) lalu, di mana dilaporkan kedua anak itu mengalami demam, pusing dan muntah usai malam sebelumnya membeli jajanan cikbul pada acara kesenian di Berbah. "Awalnya dikira masuk angin, tapi kemudian anak ini muntah berwarna kuning dan hijau. Karena orang tua khawatir lalu dibawa ke Puskesmas Berbah," ujarnya dikutip Selasa (17/1/2023).  

Kustini menerangkan, dari hasil pemeriksaan, didapati jumlah leukosit sebanyak 14.000. Petugas kesehatan lalu memberikan tindakan yang diperlukan dan sekarang kondisi dua anak tersebut telah membaik dan bisa kembali beraktivitas. "Kemarin juga dilakukan pemeriksaan kepada teman dan kakaknya, karena mereka juga mengonsumsi Cikbul, tetapi tidak ada gejala. Alhamdulilah, kondisi dua anak ini sekarang sudah baik dan bisa aktivitas lagi," tukasnya. 

Menindaklanjuti temuan kasus tersebut, Kustini meminta Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi tentang kewaspadaan dini bagi masyarakat, sekolah dan pelaku usaha. "Kami minta untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait makanan yang baik untuk dikonsumsi. Dan mengidentifikasi jika ditemukan pedagang makanan cikbul dan sejenisnya," tandasnya. 

Kustini juga berpesan kepada para orang tua agar mengawasi jajanan yang dikonsumsi putra-putrinya. Ia mengimbau kepada masyarakat agar segera melapor ke puskesmas terdekat manakala ada keluarga yang mengalami gejala serupa seperti dua anak yang mengonsumsi cikbul. "Kita minta kepada puskesmas dan fasilitas kesehatan lain untuk kesiapsiagaan dari dampak Cikbul ini. Terutama apabila ditemukan kasus keracunan akibat pangan khusunya Cikbul atau penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji agar segera dilaporkan," tambahnya. 

Dinas Kesehatan DIY pun langsung mencari pedagang yang menjual cikbul itu. Upaya itu dilakukan untuk mengetahui lebih detail terkait makanan yang dijual tersebut. 

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menjelaskan, guna mengetahui penyebab keracunan tersebut, dinasnya telah berupaya untuk mencari pedagang yang bersangkutan. Namun, petugas yang ke lapangan belum menemukan pedagang tersebut di lokasi tempat biasa dia berjualan. “Kami berdasarkan hasil pemantauan epidemiologinya kita menyasar penjualnya, sempat di pantau penjualnya malah tidak berjualan,” katanya. 

Ia mengatakan, tujuan menemui pedagang tersebut untuk mengetahui lebih lanjut terkait makanan yang dijual. Termasuk menanyakan terkait makanan tersebut memproduksi secara mandiri atau mendapatkan kiriman dari produsen yang lebih besar. Hal itu menurutnya masih akan ditelusuri untuk mendapatkan informasi lebih detail untuk ditindaklanjuti ke depan. “Kalau dari laporan, penjual domisilinya di daerah itu juga. Tetapi saat ditanya lebih lanjut, ke sekitarnya, dia enggak jualan, belum bisa ditemui [pedagang ciki ngebul]. Kami mau lihat apakah dia buat sendiri, atau kiriman, itu masih kami telusuri,” katanya.  

“Ya kalau kondisi seperti ini, izin penjual juga tidak jelas siapa yang mengeluarkan izin. Kita juga tidak tahu, pedagang kan dia musiman. Kemudian izinnya kita tidak tahu oleh siapa,” ucapnya.  


Pertolongan Pertama Keracunan Ciki Ngebul. welfare.id


Pembajun menyampaikan Dinkes DIY berupaya untuk mengedukasi pedagang terkait makanan yang dijualnya. Bukan berarti pemerintah melarang masyarakat berjualan, akan tetapi perlunya memberikan edukasi agar menjual makanan yang aman bagi masyarakat. Akan kami hubungkan dengan Puskesmas agar dapat diberikan edukasi,” imbuhnya. 

Mengingat cairan nitrogen bukan merupakan bahan yang dapat dikonsumsi. Menurutnya apabila dikonsumsi, akan berdampak pada Kesehatan seperti demam, mual dan muntah. “Itu (cairan nitrogen) bukan barang yang bisa dimakan. Tentu berdampak pada saluran pencernaannya,” katanya. 

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Jawa Barat mengonfirmasi 28 anak di Tasikmalaya mengalami keracunan nitrogen cair usai mengonsumsi chiki ngebul. Bahkan, 7 dari 28 orang anak tersebut harus mendapat penanganan intensif di RSUD SMC Tasikmalaya. Kasus anak keracunan chiki ngebul pun dilaporkan di wilayah Kota Bekasi, dengan 4 anak mengalami gejala serupa. Kasus lain, seorang anak mengalami luka bakar sebanyak 30 persen setelah membeli jajanan itu. (tim redaksi) 

#cikingebul
#cikbul
#bahayacikingebul
#sleman
#keracunancikingebul

Tidak ada komentar