Breaking News

Data Inflasi AS Melambat, Dolar Keok Terhadap Euro

Ilustrasi (net) 

WELFARE.id-Dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (12/1/2023), jatuh ke level terendah dalam kurun waktu hampir sembilan bulan terakhir terhadap euro. Terpuruknya dolar terjadi setelah data menunjukan inflasi Amerika Serikat (AS) mereda. 

Ini bisa membuat Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan mengurangi agresivitas dalam menaikkan suku bunga ke depan. Dilansir dari Reuters, Jumat (13/1/2023), inflasi atau indeks harga konsumen (CPI) AS turun 0,1 persen bulan lalu sebagi tanda penurunan pertama sejak Mei 2020 ketika ekonomi AS tidak stabil akibat gelombang pertama infeksi COVID-19. 

Tekanan harga mereda karena siklus pengetatan kebijakan moneter tercepat Bank Sentral AS sejak 1980-an mengurangi permintaan. Hambatan dalam supply chain juga mereda. “Selama tiga bulan, angka inflasi inti yang relatif lebih ringan mulai membentuk tren yang dapat memacu Fed untuk memperlambat laju pengetatan lebih lanjut pada 1 Februari,” kata Sal Guatieri, ekonom senior di BMO Capital Markets. 

Pembuat kebijakan Fed lega karena tekanan harga mereda. Hal itu membuka peluang adanya perlambatan kenaikan suku bunga. Namun, The Fed mengisyaratkan tingkat target bank sentral masih cenderung naik di atas 5 persen dan bertahan di sana untuk beberapa waktu meskipun taruhan pasar sebaliknya. 

Menyusul data inflasi yang turun, dolar AS anjlok 1 persen terhadap euro. Nilai ini merupakan yang terlemah sejak 21 April 2022. Euro telah didukung pesan hawkish dari pejabat Bank Sentral Eropa yang menyerukan kenaikan suku bunga. "Kami berharap kenaikan suku bunga 125 bps lagi dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan bertahan di sana sampai 2024,” kata Chris Turner, kepala pasar global di ING di London. Indeks dolar AS turun 0,815 persen pada 102,20 pada Kamis (12/1). 

Indeks dolar ini menduduki level terendah sejak 6 Juni 2022. Greenback juga merosot 2,7 persen terhadap yen Jepang dan ini merupakan level terendah dalam 6,5 bulan terakhir. 

Laporan Yomiuri menyebutkan bahwa Bank of Japan (BOJ) akan meninjau efek samping pelonggaran moneter pada pertemuan kebijakan minggu depan dan mungkin mengambil langkah tambahan untuk mengoreksi distorsi pada kurva imbal hasil. “Adanya laporan bahwa BOJ akan meninjau pengaturan kebijakan moneter yang longgar pada pertemuan mendatang mengembangkan spekulasi bahwa pergeseran kurva hasil (YCC) lainnya akan terjadi pada kuartal ini,” kata Mazen Issa, ahli strategi FX senior di TD Securities. (tim redaksi) 

#dolar
#amerika
#euro
#dolarterhadapeuro
#thefed

Tidak ada komentar