Breaking News

B.A.5.2 dan BF.7 Punya Masa Inkubasi Singkat, Gejala Umum Mirip Flu

Covid-19. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Varian baru Covid, B.A.5.2 dan BF.7 membuat ketar-ketir berbagai negara. Pasalnya, di Tiongkok, varian ini telah membuat kasus Covid melonjak drastis, hingga pemerintah sempat memberlakukan lockdown parsial berkali-kali.

Bagaimana dengan Indonesia. Sejauh mana kesiapan RI mendeteksi dan menangkal varian Covid baru itu?

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, varian BF.7 sudah terdeteksi di Indonesia juga. Semua pasien BF.7 menjalani isolasi mandiri dan telah dinyatakan sehat.

Menurut Nadia, gejala COVID-19 omicron BF.7 lebih menyerupai gejala flu. "Kita tidak terlalu khawatir karena sejak Oktober ditemukan masih varian XBB yang mendominasi, belum ada tanda peningkatan BF.7," ucap Nadia kepada wartawan, dikutip Rabu (4/1/2023).

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan, subvarian BA.5.2.1.7 atau disingkat BF.7 adalah turunan dari Omicron BA.5 kebanyakan menyebabkan pasien tak mengalami gejala yang cukup berarti. Hanya terasa seperti flu saja.

"Namun, pasien masih tetap membawa dan bisa menularkan virus corona ini kepada orang lain," ucapnya kepada wartawan, belum lama ini.

Berikut beberapa gejala yang kemungkinan menyerang pasien Omicron BF.7:

- Batuk
- Pilek
- Beringus
- Demam
- Nyeri tenggorokan, dan
- Kelelahan

"Ada beberapa orang yang mengalami keluhan lain seperti diare," tutur Dicky. Meski terkesan ringan, infeksi COVID-19 subvarian ini tetap berbahaya bagi orang dengan imunitas rendah, seperti pengidap komorbid, lansia, atau anak dengan gangguan imunitas.

Lebiha jauh, ia menjelaskan, masa inkubasi BF.7 jauh lebih pendek daripada subvarian lain, yakni rata-rata 2-3 hari. Masa inkubasi sendiri merupakan jarak waktu saat seseorang terinfeksi virus dengan kemungkinan munculnya gejala. 

Bukan hanya itu, kemampuan BF.7 untuk melakukan reinfeksi atau menginfeksi ulang orang yang sudah pernah terkena atau sudah mendapatkan vaksinasi juga lebih tinggi. Menurut Dicky, angka reproduksi dasar BF.7 di Tiongkok antara 10-18. 

Angka itu disebut setara dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dari subvarian Omicron sebelumnya. "Artinya, di Tiongkok, satu orang yang terinfeksi BF.7 bisa menularkan pada sekitar 10-18 orang lainnya," tutur dia. 

Berdasarkan riset, ia menyebut bahwa rata-rata reproduksi dasar Omicron atau turunan sebelumnya berada di kisaran angka 5. Sementara BA.5 adalah saudara dari Omicron, varian yang mendominasi dunia sejak akhir 2021.

Pemicu lonjakan kasus di banyak negara, termasuk Afrika Selatan tempat varian itu pertama ditemukan, Inggris, dan Australia. Kasus-kasus infeksi virus corona di seluruh dunia kini meningkat selama empat pekan berturut-turut, menurut data WHO.

Seperti saudara dekatnya, BA.4, BA.5 memiliki kemampuan yang baik untuk menghindari perlindungan imun yang diperoleh dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Dengan kemampuan itu, "BA.5 memiliki kelebihan dalam penyebaran dibandingkan dengan turunan-turunan Omicron yang beredar," kata Maria Van Kerkhove, kepala tim teknis bidang COVID-19 di WHO.

Bagi kebanyakan orang, hal itu berarti varian itu mampu menginfeksi ulang seseorang, meskipun orang tersebut baru saja sembuh dari COVID-19. Van Kerkhove mengatakan, WHO sedang mendalami laporan kasus-kasus infeksi berulang.

"Kami punya cukup bukti bahwa orang-orang yang pernah terkena Omicron terinfeksi lagi dengan BA.5. Tak ada keraguan tentang hal itu," kata Gregory Poland, pakar virologi dan peneliti vaksin di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.

Jika BA.5 menjadi varian yang umum ditemukan sekarang, hal itu semata-mata karena banyak orang pernah terinfeksi Omicron, menurut para peneliti. Meski peningkatan kasus telah menyebabkan lebih banyak orang yang dirawat di sejumlah negara, angka kematian tidak bertambah secara drastis.

Hal itu sebagian besar disebabkan oleh vaksin, yang tetap melindungi penerimanya dari penyakit parah dan kematian akibat COVID-19. Para produsen dan regulator juga berusaha mengembangkan vaksin yang langsung menyasar varian-varian baru Omicron.

Belum ada bukti bahwa BA.5 lebih berbahaya daripada varian Omicron lainnya, sambungnya, meskipun lonjakan kasus dapat membebani layanan kesehatan dan membawa risiko "long COVID" kepada lebih banyak orang. (tim redaksi)

#covid19
#varianbarucovid19
#gejalavarianbarucovid19
#lonjakankasus
#WHO
#tingkatpenularan
#pasiendengankomorbid

Tidak ada komentar