Breaking News

8,4 Juta Orang Menganggur di RI, Sri Mulyani Justru Sebut Angka Pengangguran Mulai Turun?

Pengangguran. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Badai PHK tak hanya terjadi di luar negeri. RI pun tengah mengalami dampak turunnya permintaan ekspor karena menurunnya daya beli di Eropa dan Amerika Serikat.

Hal tersebut, membuat upaya penurunan tingkat pengangguran terbuka di Tanah Air kian sulit. Menteri Ketenegakerjaan (Menaker) Ida Fauziah mengatakan, mayoritas pengangguran yang ada di Indonesia adalah mereka yang mengalami "hopeless of job" atau pengangguran yang merasa tak mungkin memperoleh pekerjaan.

Dari total 8,4 juta orang pengangguran, sebanyak 2,8 juta atau 33,45% mengalami "hopeless of job". Dari 2,8 juta orang pengangguran yang mengalami situasi "hopeless of job" tersebut, sekitar 76,90% berpendidikan rendah (lulusan SMP ke bawah).

"Jadi karena tingkat pendidikan rendah, mereka tak memiliki harapan untuk memiliki pekerjaan. Ini mengindikasikan tingkat pendidikan mereka tak mampu menyiapkan mereka memasuki pasar kerja, baik pendidikan yang rendah maupun kompetensi mereka," ungkapnya kepada media, dikutip Kamis (19/1/2023).

Dia menambahkan, tantangan kedua dalam penurunan pengangguran adalah tekanan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor formal. Tantangan ketiga adanya nilai budaya kerja baru.

"Generasi Y dan Z yang masuk dalam pasar kerja telah membawa nilai-nilai budaya kerja baru. Misalnya nilai work-life-balance, pekerjaan yang bermakna dan worktainment," terangnya.

Tantangan keempat, lanjut Ida Fauziyah, yakni risiko mismatched (ketidaksesuaian antara supply and demand) akibat digitalisasi. "Digitalisasi mendorong perubahan permintaan keterampilan kerja, pola hubungan kerja, serta waktu dan tempat bekerja yang semakin fleksibel," bebernya.

Ida menambahkan, kunci untuk mengatasi pengangguran di pasar kerja yakni menciptakan pasar tenaga kerja yang inklusif. Masuknya investasi diharapkan bisa membuka lapangan kerja yang lebih luas.

Sementara itu, di lain sisi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia sudah turun. Hal ini didorong oleh pemulihan ekonomi yang sangat cepat di tahun 2022.

Menurutnya, pengangguran di Indonesia sempat naik jumlahnya saat pandemi yaitu berada di level 7,1%, namun kini sudah turun jadi 5,9%. "Semua pemulihan accros the board di Indonesia, di seluruh pulau, daerah, dan seluruh sektor ini berhasil menurunkan level pengangguran dari 7,1% ke 5,9%, dan kemiskinan turun juga dari 10,2% ke 9,5%," bebernya, baru-baru ini.

Menurutnya, meskipun beberapa sektor usaha sempat anjlok di masa pandemi, namun kini sudah tancap gas pertumbuhannya. Misalnya sektor transportasi yang pernah terkontraksi hingga 15% kini sudah kembali tumbuh 21%. 

Ada juga sektor akomodasi dan makanan minuman yang sempat terkontraksi hingga 10% kini sudah tumbuh di level 11,3%. Secara regional semua pulau dan daerah di Indonesia menurut Sri Mulyani sudah mengalami pemulihan ekonomi yang pesat di 2022. 

Sumatera tumbuh 4,71%, Kalimantan tumbuh 5,67%, Sulawesi tumbuh 8,24%, Maluku tumbuh 7,51%, dan Jawa tumbuh 5,76%. Bahkan di Bali dan Nusa Tenggara yang pernah alami tekanan cukup berat di 2020 karena ekonominya ambruk ditinggal wisatawan di tengah pengetatan COVID-19, kini sudah tumbuh kembali ekonominya secara regional di level 6,69%.

Hal-hal semacam ini yang mendongrak ekonomi Indonesia bertumbuh dengan pesat. Bahkan, Sri Mulyani menyebutkan ekonomi Indonesia sudah tumbuh lebih besar dibandingkan masa sebelum pandemi.

"Ini lah yang sebabkan Indonesia ini level GDP-nya 6,6% di atas prepandemic, di atas capaian kita di 2019. ini prestasi yang sangat baik," yakinnya. (tim redaksi)

#pengangguran
#tingkatpengangguran
#hopelessofjob
#tingkatpendidikan
#investasi
#perlambatanekonomi
#jumlahpengangguranRI
#menakeridafauziyah
#menkeusrimulyani

Tidak ada komentar