Breaking News

Jelang Nataru 2023, BPS Ingatkan Pemerintah Potensi Lonjakan Inflasi selama Desember

Ilustrasi inflasi. Foto: net

WELFARE.id-Potensi inflasi cukup tinggi menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023. Karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) memperingatkan pemerintah soal tren lonjakan inflasi di Desember sebagai imbas atas faktor musiman.

Peringatan disampaikan Kepala BPS Margo Yuwono  saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Senin (5/12/2022). Dia menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir selalu terjadi kenaikan inflasi pada Desember.

Salah satu alasannya adalah perayaan hari libur Natal dan Tahun Baru 2023 hingga menyebabkan permintaan (demand) lebih tinggi ketimbang supply yang ada.

"Hati-hati pada Desember 2022 ini sebagai catatan atau tren data mengenai kondisi Desember. Tadi saya disampaikan bahwa penyebab inflasi karena faktor musiman. Selain faktor musiman dari sisi supply, juga musiman karena permintaan, karena permintaan perayaan Hari Raya Natal juga Tahun Baru dan seterusnya," ujar Margo.

Secara rinci, ia menjabarkan pada Desember 2019 terjadi kenaikan inflasi sebesar 0,34 persen dari bulan sebelumnya kurang dari 0,20 persen. Penyebab inflasi itu adalah telur ayam ras, tarif angkutan, bawang merah, minyak goreng, dan tarif kereta api.

Hal serupa terjadi di Desember 2020. Saat itu, inflasi mencapai hingga 0,45 persen. Penyebab inflasi pun sama dengan Desember 2019.

"Kita masuk ke 2021 juga sama polanya dari November ke Desember ada inflasi di sana, ya cabe rawit penyebabnya, minyak goreng, tarif angkutan, telur ayam ras, dan daging ayam ras," ujar Margo.

Menurutnya juga, dengan tren serupa tiga tahun berturut, pemerintah daerah bisa mencegah inflasi musiman ini dengan persiapan stok bahan pangan yang lebih banyak. Pasalnya, permintaan di akhir tahun pasti meroket.

"Kalaupun ada inflasi ya karena ini faktor musiman biasanya inflasi. Tapi harapannya tidak terlalu tinggi ya," ucapnya.

Selain itu, Margo Yuwono juga menjabarkan tiga alasan utama Indonesia mengalami inflasi. Salah satunya adalah imported inflation atau inflasi dari komoditas impor.

Menurutnya, tak bisa dipungkiri sebagian besar komoditas yang beredar adalah  produk yang bergantung pada perkembangan global.

"Jadi inflasi yang disebabkan karena gangguan suplai yang dimana produksinya tidak bisa kita persiapkan di dalam negeri, jadi itu sangat tergantung kepada perkembangan harga global," tutur Margo.

Lebih jauh, faktor kedua yang ia sebutkan adalah musiman berupa musim panen. Terutama, bagi komoditas pangan yang sangat bergantung pada musim, seperti tanaman hortikultura.

Selain itu, seperti yang ia singgung adalah musiman tingginya permintaan di waktu-waktu tertentu. Seperti, saat hari raya Idulfitri, Natal dan tahun baru, tahun ajaran baru, dan lainnya.

"Yang ketiga penyebabnya dari dalam negeri disebabkan juga karena ada penyesuaian harga untuk BBM, ini berdampak kepada tarif listrik dan beberapa komoditas transportasi, karena adanya penyesuaian harga yang diatur oleh pemerintah," tandasnya. (tim redaksi)


#inflasi
#biropusatstatistik
#bps
#kenaikanhargabarang
#pemerintah
#hargabarang

Tidak ada komentar