Jangan Anggap Enteng Anemia, Pada Anak Bisa Sebabkan Stunting
WELFARE id-Tubuh memerlukan berbagai macam vitamin dan mineral. Salah satunya zat besi. Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma SpPD-KHOM menjelaskan, kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin menurun.
Dia menjelaskan, salah satu jenis anemia adalah anemia kekurangan zat besi yang dapat memengaruhi siapa saja, tetapi anak-anak, orang tua, dan wanita dengan usia reproduksi yang mengalami menstruasi dan kehamilan termasuk kelompok yang paling rentan.
"Kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia kekurangan zat besi," ujarnya dalam acara “Jangan Cuek, Ayo Cek Gejala Kurang Darah” di Jakarta, dikutip Kamis (1/12/2022).
dr. Djumhana menerangkan, kekurangan zat besi dapat membatasi pengiriman oksigen ke sel, mengakibatkan sering kelelahan, tidak produktif, dan penurunan imunitas tubuh. Maka dari itu, menjaga keseimbangan zat besi dalam tubuh sangat penting bagi kesehatan, sebagai salah satu cara untuk mengatasi kelelahan dan anemia.
"Manajemen dengan pemberian suplemen zat besi juga penting diberikan sebagai terapi simptomatik apabila diagnosis anemia kekurangan zat besi telah ditegakkan. Namun, tetap perlu untuk mencari dan mengatasi penyebab anemia itu sendiri," tandasnya.
dr. Djumhana menjelaskan, zat besi memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, diantaranya berperan sebagai pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sekitar 70 persen zat besi ditemukan di sel darah merah dan otot.
Lalu, membantu proses metabolisme enzimatik yang berfungsi menyerap nutrisi dari makanan sehingga menghasilkan energi. Selain itu, membantu memaksimalkan fungsi otak sehingga bisa memengaruhi tingkat konsentrasi dan fokus. "Zat besi juga bisa memaksimalkan fungsi otot, berperan penting terhadap kekebalan tubuh kita terhadap infeksi, dan mempercepat proses penyembuhan. Yang tidak kalah pentingnya adalah berperan penting untuk kehamilan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan janin dan plasenta," tandasnya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, dampak anemia terbesar yang bisa dialami adalah stunting. Stunting sendiri memang merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih terjadi.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Bayi yang stunting sendiri dipengaruhi oleh banyak hal. Ketua Tim Kerja Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH., menyebut bahwa sebanyak 23 persen bayi di Indonesia sudah lahir dalam keadaan stunting.
Pengaruh dari bayi mengalami stunting adalah status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, ekonomi, dan budaya. Tidak hanya itu, faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap pelayanan kesehatan juga berpengaruh.
Anemia menjadi salah satu penyebab dari munculnya bayi lahir mengalami stunting. Berdasarkan Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7 persen (2013) menjadi 23,7 persen (2018) dari total populasi di Indonesia.
Pada 2018, 3 dari 10 remaja Indonesia menderita penyakit anemia, dan 62.6 persen kasus anemia yang terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prevalensi anemia di Indonesia sebesar 48,9 persen pada ibu hamil dan 38,5 persen pada anak di bawah 5 tahun. Bahkan lebih tinggi pada remaja usia 12-18 tahun.
Anemia bisa disebabkan oleh banyak hal, dan salah satu penyebab yang paling banyak terjadi adalah akibat kekurangan zat besi. Efek awalnya memang 5L, yaitu lesu, lelah, letih, lemah, lunglai. Namun, jika dibiarkan akan menyebabkan hal yang serius seperti stunting.
“Pemerintah telah merekomendasikan beberapa upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan hemoglobin,” tukasnya.
Pemerintah juga sudah melakukan AKSI BERGIZI pada Oktober lalu, dengan melakukan imbauan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) kepada remaja dan ibu hamil.
"Kementerian Kesehatan RI juga mendorong adanya gerakan aksi bergizi dalam mengupayakan konsumsi TTD menjadi bagian di sekolah terutama siswi SMP dan SMA atau sederajat,” jelasnya.
Dwi juga menambahkan, selain upaya di atas, Kemenkes juga mendorong masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan. Karena dengan pemeriksaan lebih lanjut, masyarakat bisa langsung berkonsultasi kepada ahlinya. (tim redaksi)
#anemia
#zatbesi
#efekkekuranganzatbesi
#manfaatzatbesi
#stunting
#kurangdarah
Tidak ada komentar