Breaking News

Tekan Deforestasi, Indonesia Disanjung Media Internasional dan Dapat Rp1,6 T dari Bank Dunia

Ilustrasi (net) 

WELFARE.id-Indonesia ditempatkan sebagai negara teratas atas keberhasilannya menurunkan deforestasi atau penggundulan hutan secara signifikan di tengah ancaman kegagalan kesepakatan iklim akibat multi krisis global. 

Penilaian ini disampaikan dalam laporan terbaru media internasional Washington Post yang bekerja dengan para ahli untuk menyusun kartu laporan bagi negara-negara di dunia terkait komitmen penurunan suhu bumi. "Sementara hutan-hutan lain mengalami penurunan yang mengkhawatirkan, Asia tropis menjadi satu-satunya wilayah yang berada di jalurnya untuk menghentikan deforestasi pada akhir dekade ini. Yang terdepan adalah Indonesia, yang menahan hilangnya hutan sebesar 25 persen dari tahun 2020 hingga 2021 dan telah mengurangi deforestasi dalam lima tahun terakhir," tulis laporan Washingtonpost, dikutip Rabu (9/11/2022). 

Sementara itu dalam kajian yang melibatkan badan kemanusiaan CARE International, Norwegia ditempatkan sebagai pemasok keuangan iklim per kapita terbesar, dan salah satu dari hanya tiga negara kaya yang memenuhi janji menyediakan dana tambahan baru untuk mendukung agenda perubahan iklim. Norwegia telah berkomitmen untuk menggandakan jumlah pendanaan iklim yang diberikannya pada tahun 2026. 

Kritik diberikan pada Amerika Serikat, yang meski menjadi negara terkaya di dunia namun hanya menyediakan dana yang lebih sedikit dari negara kaya lainnya. Melalui kongres tahun ini mengalokasikan USD1 miliar untuk membantu negara-negara berkembang menangani perubahan iklim atau hanya sebagian kecil dari USD11,4 miliar yang dijanjikan Biden pada COP tahun lalu. 

Sementara Brazil mendapat sorotan tajam seiring kebijakan membuka hutan Amazon untuk bisnis, menjadikan tingkat deforestasi di negara ini telah mencapai rekor tertinggi. Citra satelit mengungkapkan ekosistem telah menyusut sekitar 17 persen, dan sebagian hutan sekarang mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida daripada yang diserapnya. 

Inggris Raya tidak terlepas mendapat sorotan dalam kajian ini, karena hanya tujuh dari 17 negara yang menandatangani perjanjian untuk mengakhiri semua dukungan proyek bahan bakar fosil internasional pada akhir tahun 2022. Selain Inggris, kelompok itu termasuk Denmark, Swedia, Bank Investasi Eropa, Prancis, Belgia, dan Finlandia. 

Atas keberhasilannya tersebut, Indonesia akan menerima pembayaran hingga USD110 juta atau Rp1,6 triliun dari Bank Dunia untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+) yang terverifikasi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). 

Pembayaran itu berdasarkan kesepakatan Emission Reduction Payment Agreement (ERPA) yang telah ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dengan Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Bank Dunia. 

Pemerintah sendiri telah menerima pembayaran pertama (advance payment) sebesar USD20,9 juta atau sekitar Rp320 miliar dari program tersebut. Program ini memberikan peluang bagi pemerintah, organisasi masyarakat sipil, sektor bisnis, dan masyarakat untuk bersama-sama melindungi hutan Indonesia, dan menjadi pengakuan atas keberhasilan Indonesia dalam mengurangi deforestasi dan degradasi hutan," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam keterangan resmi bersama dengan Bank Dunia. 

Indonesia sendiri adalah negara pertama di Kawasan Asia Timur Pasifik yang menerima pembayaran dari program FCPF. Pembayaran pertama tersebut mencakup 13,5 persen dari emisi yang dilaporkan oleh Pemerintah Indonesia pada periode monitoring 2019-2020. 

Pembayaran secara penuh akan diberikan setelah finalisasi verifikasi oleh pihak ketiga (auditor independen) selesai dilakukan. Pembayaran pertama tersebut akan digunakan sesuai dengan rencana yang tercantum pada Dokumen Benefit Sharing Plan (BSP) yang telah disusun oleh Pemerintah Indonesia dan disampaikan ke FCPF pada Oktober 2021 lalu. 

Mengacu pada dokumen tersebut, pembagian manfaat akan diberikan secara konsultatif, transparan dan partisipatif untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan terkait dapat memperoleh manfaat dari pembayaran pengurangan emisi. 

Pembayaran akan diberikan kepada pihak-pihak yang berkontribusi pada kegiatan pengurangan emisi di Kaltim, dari level Pusat (KLHK), pusat, sampai ke level tapak (masyarakat). "Ini baru langkah awal. Upaya kami untuk mengelola hutan secara berkelanjutan akan terus dilakukan untuk mencapai target pengurangan emisi yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, mengatasi dampak perubahan iklim, dan menempatkan Indonesia di jalur pembangunan hijau," katanya. 

Menurut Siti, pengurangan emisi di Kaltim berhasil dicapai melalui beberapa perubahan kebijakan, termasuk peningkatan tata kelola dan pemantauan hutan, restorasi ekosistem seperti pada lahan gambut dan mangrove, dan moratorium secara permanen untuk konversi lahan gambut dan hutan primer 

Selain itu, emisi juga turun berkat program-program untuk memberikan kejelasan terkait kepemilikan lahan, dan mendorong penghidupan bagi masyarakat pedesaan melalui program perhutanan sosial pemerintah dan kemitraan di sekitar kawasan konservasi," terang Siti. 

Gubernur Kaltim Isran Noor akan memastikan semua pihak mendapatkan manfaat, terutama masyarakat setempat, termasuk masyarakat adat, dari hasil jangka panjang program dan pembayaran tersebut. 

Manfaat itu termasuk mata pencaharian yang lebih baik, hutan yang lebih sehat, dan masyarakat yang lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim. "Kami juga berharap bahwa program ini akan menarik sumber pembiayaan lain karena kami berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK dari deforestasi dan degradasi hutan dalam jangka panjang," ujar Isran. 

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menambahkan pembayaran ini akan membangun kepercayaan terhadap sistem pembayaran berbasis kinerja di tingkat internasional dan nasional sebagai perangkat penting untuk mendorong mitigasi perubahan iklim. "Kami menghargai penurunan laju deforestasi yang berhasil dilakukan oleh Indonesia selama lima tahun terakhir dan kami berupaya untuk terus mendukung transisi menuju ekonomi hijau," tukasnya. (tim redaksi) 

#deforestasi
#penggundulanhutan
#indonesia
#indonesiaberhasiltekandwforestasi
#kalimantantimur
#bankdunia
#isrannoor

Tidak ada komentar