Suku Bunga Acuan BI Naik Jadi 5,25%, Ini Dampaknya ke Masyarakat
Kredit KPR. Foto: Ilustrasi/ Net
WELFARE.id-Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar bulan ini, memberi dampak signifikan dalam aktivitas ekonomi masyarakat.
Demikian juga, suku bunga deposit facility naik sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga lending facility naik sebesar 50 bps menjadi 6 persen. "Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16 dan 17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (17/11/2022).
Mungkin tak banyak masyarakat yang sadar, kaitan antara kenaikan suku bunga acuan BI terhadap hidup mereka. Namun, dampaknya terasa.
Dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (19/11/2022), ketika BI menaikkan suku bunga acuan, maka suku bunga antar bank akan mengalami kenaikan. Suku bunga acuan ini menjadi patokan bagi bank dalam menetapkan bunga deposito dan kredit, termasuk kredit masyarakat, seperti KPR, kredit kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
Pun demikian dengan imbal hasil surat utang atau surat berharga juga mengikuti pergerakan bunga acuan BI. Lebih detail, berikut ini dampak kenaikan suku bunga acuan BI terhadap aktivitas ekonomi masyarakat:
1. Pertumbuhan usaha terhambat
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudisthira mengatakan, kenaikan suku bunga BI akan membuat bank menaikkan suku bunga pinjaman. Ini akan berpengaruh terhadap permintaan kredit dan kesiapan pelaku usaha.
"Masalahnya tidak semua usaha dalam situasi bahan baku meningkat, biaya operasional meningkat, siap menghadapi kenaikan tingkat suku bunga," ujarnya, dikutip Sabtu (19/11/2022). Ia menjelaskan, pelaku usaha cenderung menunda ekspansi dibandingkan membayar bunga yang jauh lebih mahal.
2. Sulit dapat KPR
Kenaikan suku bunga juga bakal membuat risiko kredit perbankan meningkat. Karenanya, bank akan jauh lebih selektif memilih calon debitur.
"Misalnya yang mau mengajukan KPR mungkin akan diseleksi lebih ketat lagi," prediksinya. Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan, kenaikan suku bunga BI akan ikut menaikkan suku bunga simpanan dan pinjaman perbankan.
Dalam catatan historis, perbankan cenderung cepat untuk meneruskan kenaikan bunga acuan BI kepada suku bunga pinjaman, sedangkan kenaikan bunga simpanan lebih lambat. Menurutnya, suku bunga pinjaman naik akan membuat biaya berusaha semakin mahal, karena beban biaya bunganya naik.
Hal ini akan mengenai semua lapisan, mulai dari UMKM hingga konsumen. Konsumen yang memiliki kredit konsumsi, termasuk KPR di bank juga berpotensi membayar cicilan lebih mahal jika terjadi kenaikan bunga acuan.
Suku bunga acuan ini menjadi patokan bagi bank dalam menetapkan bunga deposito dan kredit, termasuk kredit masyarakat, seperti KPR, kredit kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
3. Bisa menekan inflasi
Damhuri menambahkan, penetapan suku bunga acuan dilakukan BI guna mengelola likuiditas atau peredaran uang di dalam dan luar negeri. Hal ini bisa menekan inflasi.
Dalam teori ekonomi, jumlah uang beredar akan mempengaruhi inflasi. Semakin banyak uang yang beredar, maka inflasi semakin tinggi.
Sebaliknya, ketika jumlah uang yang beredar menurun, maka tingkat inflasi juga akan turun. Tidak hanya itu, suku bunga acuan juga merupakan upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Dengan menaikkan suku bunga acuan, bunga deposito dan imbal hasil surat berharga akan naik. Hal ini diharapkan investor asing mau menaruh uangnya di Indonesia. Investor akan menukarkan mata uangnya ke rupiah, sehingga rupiah akan menguat.
4. Berkurangnya lapangan kerja baru
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyebut, kenaikan suku bunga acuan bisa menghambat usaha sektor riil dan bisa membuat ketersediaan lapangan kerja di Indonesia bakal bermasalah. "Ini ada kaitannya dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Jadi kesempatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak menjadi terhambat," ulasnya.
5. Masyarakat lebih pilih menabung
Faisal mengatakan, suku bunga acuan BI yang naik akan membuat perilaku masyarakat berubah dalam mengalokasikan uang. Ia menjelaskan, tingkat suku bunga yang lebih tinggi menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan uang atau menabung di bank.
"Bagi konsumen atau nasabah, mereka akan lebih menyimpan uang daripada spending. Karena inflasi tinggi membuat spending harga jadi lebih mahal. Tingkat spending bakal berkurang dan masyarakat cenderung menyimpan dana di bank atau lembaga keuangan," bebernya panjang lebar. (tim redaksi)
#sukubungaacuanbinaik
#bankindonesia
#bi
#menekaninflasi
#sulitdapatkpr
#berimbaspadaaktivitasekonomimasyarakat
#mengubahperilakukonsumsiwarga
#berkurangnyalapanganpekerjaan
Tidak ada komentar