Breaking News

Saham Tiongkok dan Yuan Sempat Rontok, Imbas Meluasnya Demo Antilockdown

Bursa saham Tiongkok. Foto: Ilustrasi/ Bloomberg

WELFARE.id-Saham Tiongkok anjlok ditengah lemahnya yuan. Protes terhadap pembatasan COVID-19 meledak di sejumlah kota di Tiongkok.

Lockdown COVID-19 membayangi pola pembukaan kembali negara dan membuat investor cemas. Aksi protes dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan ketidakpastian politik dan mengguncang pasar keuangan global.

Saham global berada di bawah tekanan dan harga minyak merosot lebih dari 3 persen akibat aksi protes yang juga menuntut presiden Xi Jinping mundur. "Protes menjadi perhatian dalam jangka pendek," kata Seema Shah, analis di Principal Global Investors, melansir Bloomberg, Rabu (30/11/2022).

Indeks Hang Seng (HSI) China Enterprises merosot lebih dari 4 persen pada Senin (28/11/2022) waktu setempat, memangkas kenaikan bulan ini menjadi kurang dari 16 persen. Yuan anjlok 1 persen, terbesar sejak Mei, menjadi 7,2399 per dolar karena selera risiko memudar.

Wall Street juga ikut melemah pada Senin (28/11/2022) dipicu berlangsungnya aksi protes terhadap lockdown yang berlangsung di Tiongkok. Melansir Reuters, Rabu (30/11/2022), indeks Dow Jones Industrial Average di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, merosot 497,57 poin, atau sekitar 1,45 persen, menjadi 33.849,46. Indeks S&P 500 melorot 62,18 poin, atau sekitar 1,54 persen, menjadi 3.963,94. 

Indeks komposit NASDAQ Composite turun 176,86 poin, atau sekitar 1,58 persen, menjadi 11.049,50. Aksi protes menyebar selama akhir pekan ketika warga di kota-kota besar termasuk Beijing dan Shanghai turun ke jalan untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas pengendalian COVID-19 di negara tersebut.

Respon pembangkangan yang langka meningkatkan ancaman tindakan keras pemerintah, mendorong investor untuk memikirkan kembali rencana investasi setelah melompat kembali pada harapan pembukaan kembali. 

"Kami mungkin melihat beberapa kemerosotan di sekitar pasar Tiongkok. Namun ada beberapa arus keluar yuan, yang menurut saya merupakan indikasi yang cukup bagus tentang bagaimana pasar Tiongkok dapat berjalan." ungkap Kepala penelitian di Pepperstone Group Ltd Chris Weston.

Ekonom Goldman Sachs Group Inc justru melihat beberapa peluang akibat penurunan mata uang Yuan itu. Kini, pemerintah pusat mungkin harus segera memilih antara lebih banyak penguncian dan banyak wabah virus tersebut.

Padahal, sinyal perbaikan ekonomi Tiongkok cukup baik pada awal November, karena tidak adanya penguncian. Pemerintah melakukan pendekatan pandemi yang tidak terlalu ketat, membatasi, ditambah dengan dukungan kuat untuk sektor properti, memberi keyakinan investor bahwa yang terburuk sudah berlalu.

Pasar keuangan Tiongkok memang mengalami tahun yang sulit akibat invasi Rusia ke Ukraina. Kekhawatiran atas pertumbuhan ekonominya karena pembatasan COVID-19 yang ketat serta dampak dari kesengsaraan sektor propertinya.

Menurut data dari Institute of International Finance (IIF), portofolio obligasi Tiongkok telah membukukan arus keluar setiap bulan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari, dengan total USD105,1 miliar selama sembilan bulan. Selain itu, portofolio saham Tiongkok kehilangan USD7,6 miliar pada Oktober, terbesar sejak Maret. (tim redaksi)

#pasarkeuangantiongkok
#pasarsaham
#kondisiekonomitiongkok
#lockdowncovid19
#pembatasanaktivitas
#penguncian
#demomenentanglockdown
#demopelengseran
#presidentiongkokxijinping

Tidak ada komentar