Resesi 2023 di Depan Mata, Ekonom Sebut Ini Sektor Usaha Ini Paling Bisa Bertahan
WELFARE.id-Resesi ekonomi dunia tahun 2023 sudah di depan mata. Masyarakat harus siap mengencangkan ikat pinggang dan menyisihkan uang untuk tabungan agar bisa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan ada sejumlah sektor usaha yang paling bisa bertahan di tengah resesi 2023. Salah satunya, usaha kosmetik atau perawatan tubuh.
”Ada kecenderungan bahkan pada saat krisis pandemi COVID-19 terjadi booming skincare, saat ini tren itu masih terjadi ditambah mobilitas sudah mulai longgar," ujarnya, Jumat (18/11/2022). Terlebih menurut Bhima, resesi justru membuat masyarakat lebih memperhatikan penampilan tubuh.
Kemudian sektor lainnya yang kuat bertahan menghadapi resesi adalah sektor pendukung informasi dan komunikasi seperti data center, artificial intelligence (AI), dan cloud computing.
Ia menilai sektor tersebut tetap bertahan meski ada musim winter startup. Sebab, menurut Bhima, arah digitalisasi ke depan adalah mempercepat adaptasi perusahaan tradisional dengan dukungan sistem digital.
Kemudian sektor lainnya yang akan bertahan di tengah resesi adalah usaha konsultasi atau perencana keuangan, khususnya konsultan pengatur keuangan rumah tangga selama resesi.
Selain itu, usaha konsultasi psikologis atau mental health pun dinilai kuat karena banyaknya pekerja yang stres akibat tekanan pekerjaan dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sektor usaha yang terakhir adalah makanan dan minuman atau FnB (Food and Beverage). Pasalnya, sektor ini berkaitan dengan kebutuhan dasar sehingga relatif imun terhadap resesi.
Tetapi, kata Bhima, FnB yang berbasis panganan lokal bisa lebih bertahan dibanding makanan yang konten bahan baku impornya. Sebab resesi dapat berimbas pada terhambatnya pasokan komoditas impor.
Untuk diketahui, sebelumnya Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan resesi dapat menyebabkan ekonomi global merugi hingga USD 4 triliun pada 2026.
Seiring dengan resesi, IMF pun menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,9 persen pada 2023
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menilai prospek ekonomi global gelap akibat meningkatnya risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan dunia.
Ia juga menyebutkan akan terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara maju dengan keuangan terkuat, seperti Eropa, Tiongkok (China, Red), hingga Amerika Serikat (AS).
Kondisi itu, kata dia, dapat mengurangi permintaan terhadap ekspor produk dari negara-negara berkembang. Alhasil negara-negara berkembang dapat terpukul setelah di samping tertekan oleh harga pangan dan energi yang terus melonjak. (tim redaksi)
#resesi
#ancamanglobal
#hargapangan
#hargaenergi
#imf
#danamoneterinternasional
#pertumbuhanekonomi
Tidak ada komentar