Peringatan Dini Bagi Orangtua, Remaja Indonesia Rentan Alami Gangguan Mental
WELFARE.id-Era digital yang serba canggih dan cepat ternyata membawa dampak bagi generasi muda Indonesia. Ternyata kini, generasi muda Indonesia tengah berada dalam darurat kesehatan mental.
Ini terutama terjadi pada remaja dengan rentang usia 10-17 tahun. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Conversation, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat.
Beberapa situasi yang memicu remaja Indonesia rentan terkena gangguan mental adalah masalah keluarga, persoalan teman sebaya, dan stres personal. Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja bisa jadi memicu kerentanan remaja Indonesia mengalami gangguan mental.
Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Kesehatan di Universitas Indonesia pada tahun 2021 mempublikasikan hasil penelitian. Mereka menemukan bahwa remaja Indonesia usia 16-24 tahun rentan mengalami gangguan kecemasan.
Ini disebabkan oleh transisi dari remaja menuju ke usia dewasa yang membutuhkan adaptasi terkait lingkungan baru, tanggung jawab pendidikan dan sosial, serta tuntutan budaya.
Semua hal ini kemudian telah memberikan tekanan pada generasi muda, tanpa mereka tahu bagaimana cara mengatasi stres dan kecemasan tersebut.
Tahun 2020 lalu, Environmental Geography Student Association dari Universitas Gadjah Mada (UGM), mempublikasikan data mengenai tingkat bunuh diri di Indonesia. Mereka menemukan bahwa setiap satu jamnya ada satu orang di Indonesia yang melakukan bunuh diri.
Sebanyak 4,2 persen pelajar di Indonesia pun pernah berpikir untuk bunuh diri, sedangkan 3 persen siswa pernah melakukan percobaan bunuh diri. Hampir 90 persen kasus bunuh diri di Indonesia diakibatkan oleh depresi dan kecemasan.
Masih segar dalam ingatan juga, di awal Oktober 2022, ada seorang mahasiswa yang memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan lompat dari hotel di Yogyakarta. Menurut berita yang beredar, mahasiswa tersebut depresi karena perceraian orang tuanya.
Tentunya ini menjadi pukulan sekaligus warning juga buat masyarakat Indonesia untuk lebih memerhatikan kondisi kesehatan mental. Apalagi di masa sekarang, meski ada begitu banyak layanan kesehatan mental yang bisa diakses, namun mereka belum bisa menjadi ruang untuk orang dengan masalah psikologis untuk mengaksesnya
Sayangnya, pemahaman akan pentingnya masalah kesehatan mental dan penanganannya masih sangat rendah di Indonesia. Orang-orang kebanyakan beranggapan kalau masalah kesehatan mental tidak semendesak penyakit fisik seperti jantung, diabetes, atau mungkin kanker.
Kemudian, deteksi dini mengenai gangguan kesehatan mental masih dianggap sepele. Orang baru akan dianggap memiliki masalah psikologis “berbahaya” ketika dia ingin atau sudah melakukan tindakan menyakiti diri seperti bunuh diri.
Padahal, pada faktanya, deteksi dini sudah bisa kita lakukan dari perubahan perilaku sehari-hari. Berikut misalnya:
1. Gangguan tidur.
2. Mood swing.
3. Tidak memiliki semangat untuk menjalani hari-hari.
4. Lekas marah.
5. Menarik diri dari lingkungan sosial.
6. Makan berlebihan atau justru kehilangan selera makan.
7. Melakukan tindakan impulsif.
Sebagai orangtua jika menemukan anak melakukan hal-hal demikian atau mengalami perubahan perilaku, jangan diam saja. Bersikaplah aktif dan empati. Bila diperlukan, bisa membawa dan menemani sang buah hati periksa ke psiokolog. (tim redaksi)
#kesehatanmental
#gayahidup
#stres
#bebanberlebihan
#remaja
#psikolog
Tidak ada komentar