Breaking News

Mengenal Tiga Pengusaha Wanita yang Masuk Daftar Pebisnis Paling Berpengaruh di Asia

Pengusaha wanita Indonesia 

WELFARE.id-Forbes baru-baru ini merilis 20 wanita pebisnis paling berpengaruh di Asia. Ternyata, tiga diantaranya merupakan pebisnis asal Indonesia. 

Mereka yakni Febriany Eddy yang merupakan Presiden Direktur dan CEO, Vale Indonesia. Kemudian, Herjati yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur, Sillo Maritime Perdana, dan Mutiara, merupakan Presiden Direktur Murni Sadar. 

Editor Forbes Rana Wehbe Watson mengatakan, 20 wanita pebisnis paling berpengaruh di Asia ini yang memimpin transisi perusahaan mereka ke era pasca COVID-19. "Beberapa dari wanita ini berkembang di industri yang didominasi pria sementara yang lain menjalankan perusahaan keluarga yang mapan. Dua bahkan telah meluncurkan bisnis sukses yang terinspirasi oleh perjalanan mereka menjadi ibu," kata Rana dalam siaran pers, dikutip Rabu (9/11/2022). 

Rana mengatakan, dalam memilih 20 kategori pihaknya juga mencermati strategi yang mendorong bisnis mereka melambung meskipun dalam kondisi ketidakpastian. 

Dari 20 wanita pebisnis paling berpengaruh di Asia tersebut, beberapa beroperasi di sektor yang paling terpukul seperti pengiriman, properti, dan konstruksi, sementara yang lain terus berinovasi di berbagai bidang seperti teknologi, farmasi, dan komoditas. 

Adapun nama-nama pebisnis wanita paling berpengaruh di Asia mencakup Ghazal Alagh Cofounder and chief innovation officer Honasa Consumer. Kemudian, Akiko Amano Souke HDirekturanabi Kagiya, Kristy Carr Founder dan CEO Bubs Australia, Choi Soo-yeon CEO Naver, dan Julie Coates CEO dan managing direktur CSR. 

Selanjutnya ada Robyn Denholm Chair Tesla, Doris Hsu Chairman dan CEO, GlobalWafers, Kwee Wei Lin Head of hotels Pontiac Land Group, Soma Mondal Chairperson Steel Authority of India Ltd, Anna Nakajima & Mizuki Nakajima selaku Cofounders Coly, dan Park Jeong-rim Co-CEO KB Securities. 

Kemudian, ada Pearlyn Phau Group CEO Singlife with Aviva, Sineenuch Kokanutaporn Managing director Thai Eastern Group Holdings, Namita Thapar selaku Executive director India business, Emcure Pharma, Wallaya Chirathivat selaku President director and CEO Central Pattana, dan Wang Ying yang merupakan Chairman Chengdu Easton Biopharmaceuticals. 

Untuk lebih rincinya, berikut profil tiga pebisnis wanita yang masuk dalam kategori businesswoman paling berpengaruh di Asia: 

1. Febriany Eddy 

Wanita berusia 45 tahun ini menjabat sebagi presiden direktur dan CEO perusahaan pertambangan, nikel, Vale Indonesia. 

Vale Indonesia adalah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh produsen terbesar dunia, Vale yang berbasis di Brasil. 

Febriany memiliki gelar sarjana dari Universitas Indonesia dan gelar MBA dari program gabungan UCLA Anderson School of Management dan National University of Singapore. 

Di Vale, dia menghabiskan dua setengah tahun di Brisbane, Australia, di mana dia mengawasi operasi pertambangan di Afrika, Jepang, Indonesia, Taiwan, dan Cina daratan. Sebelumnya, Febriany adalah chief financial officer Vale Indonesia dan kemudian menjabat sebagai wakil CEO. 

"Ini sangat penting bagi kehidupan manusia, saya berharap banyak wanita yang termotivasi untuk bekerja di pertambangan,” ujar Febriany. 

2.Herjati 

Wanita berusia 56 tahun ini menjabat sebagai Direktur Utama, Sillo Maritime Perdana perusahaan pelayaran kapal lepas pantai untuk industri migas dalam lima tahun terakhir. 

Dalam kepemimpinan Herjati, ia berhasil menggandakan penjualan, dan mencapai 101 juta dollar AS di tahun 2021, serta 10 persen tahun ini. 

Pada bulan September, Sillo Maritime mengakuisisi kapal tanker LNG 145.000 meter kubik melalui anak perusahaannya Golden Prima Maritim, Herjati berencana untuk membeli lebih banyak dalam beberapa tahun ke depan sehingga total armada perusahaan menjadi 23. 

Herjati merupakan sarjana akuntansi dari Universitas Trisakti di Jakarta dan mulai bergabung dengan Sillo Maritime sebagai direktur keuangan pada tahun 2002. 

Sebelumnya, beliau bekerja di bidang keuangan di berbagai industri mulai dari oleokimia hingga perbankan. 

3. Mutiara 

Wanita berusia 64 tahun ini menjabat sebagai Direktur Utama, Murni Sadar. Kegigihannya menjadi dokter, termotivasi oleh kedua orang tuanya pada tahun 2004 mengalami kanker paru-paru. 

“Sebelum orang tua saya meninggal, saya kelelahan karena membawa mereka keliling dunia selama dua tahun, mencari obat terbaik. Saya menemukan bahwa ada kebutuhan akan rumah sakit kanker di Indonesia, sehingga pasien tidak perlu pergi ke luar negeri untuk berobat,” kenang Mutiara. 

Mutiara memulai karirnya sebagai dokter kepala sebuah Puskesmas di Sumatera Utara pada tahun 1987, sebelum bergabung dengan Rumah Sakit Umum Daerah Pematang Siantar sebagai dokter umum pada tahun 2000. 

Satu dekade kemudian ia mendirikan Murni Sadar, rumah sakit khusus untuk kanker dan penyakit jantung. Pendiri lainnya termasuk kakak laki-lakinya bernama Ganda, adik perempuannya Bertha dan Thio Ida, serta keponakan Jacqueline Sitorus. 

Jacqueline adalah putri dari adik Mutiara, Martua Sitorus, seorang miliarder Indonesia yang juga merupakan pengusaha kelapa sawit, properti, dan manufaktur semen. 

“Sebagai dokter, saya puas jika hanya merawat satu pasien dalam sehari. Tetapi jika saya memiliki rumah sakit, saya dapat merawat 500 atau 1.000 pasien setiap hari. Itu jauh lebih baik,” katanya. 

Dibuka pada tahun 2012, rumah sakit umum Medan juga menawarkan satu-satunya pusat onkologi dan kardiovaskular khusus, yang ingin direplikasi oleh grup di seluruh jaringan. 

Untuk mendukung pertumbuhan yang pesat, Murni Sadar awal tahun ini tercatat di Bursa Efek Indonesia dan mengumpulkan Rp325 miliar (USD21 juta). Mutiara dan keluarganya mempertahankan saham mayoritas di perusahaan, yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp3,7 triliun pada pertengahan Oktober. 

Beroperasi di bawah merek Aminah, Murni Teguh dan Rosiva, enam rumah sakit Murni Sadar memiliki 858 tempat tidur di seluruh Bali dan kota-kota Jakarta, Medan dan Tangerang. Dalam pembangunan dua rumah sakit lagi, satu di Sumatera Utara dan satu lagi di Bandung Jawa Barat, yang akan membawa total kapasitas menjadi 1.000 tempat tidur pada akhir tahun. Rumah sakit ketiga, bekas gedung apartemen di Jakarta yang diakuisisi pada Agustus senilai Rp121,2 miliar, rencananya akan dibuka tahun depan. 

Meski kasus COVID-19 turun di Indonesia, Mutiara mengatakan, calon pasien tetap takut tertular di rumah sakit. Alhasil, pendapatan Murni Sadar pada sembilan bulan pertama 2022 turun hampir 24 persen menjadi Rp600 miliar dari tahun lalu. Dengan dibukanya rumah sakit baru, Mutiara mengharapkan pendapatan setahun penuh Murni Sadar mencapai Rp858 miliar, turun 13 persen dari tahun 2021, kemudian dua kali lipat pada tahun 2023. (tim redaksi) 

#forbes
#pebisniswanita
#pebisniswanitaindonesia
#pebisniswanitaberpengaruh
#businesswoman

Tidak ada komentar