Breaking News

Laba PTBA Tembus Ratusan Persen, Arsal Ismail Beberkan Strategi Bisnisnya

Direktur Utama PT Bukit Asam, Tbk Arsal Ismail. Foto: Istimewa

WELFARE.id-Sejak diangkat Desember 2021 lalu, Direktur Utama PT Bukit Asam, Tbk (PTBA) tengah menghadapi banyak tantangan. Di antaranya, soal pembatasan energi fosil dan wacana net zero emision pada 2050 mendatang.

"Hal itu tentu memberikan tekanan pada prospek bisnis kita jangka panjang," kata Arsal Ismail di Jakarta, dikutip Selasa (22/11/2022). Meski banyak tantangan, ia tetap memimpin PTBA penuh optimistis.

Caranya, selain kolaborasi, ia juga melakukan sejumlah upaya agar efisiensi dapat dilakukan pada perusahaan yang dipimpinnya. Dalam waktu singkat, ia menyesuaikan kerja perusahaan dengan situasi dan kondisi pasca pandemi COVID-19 dan booming harga komoditas sebagai dampak perang antara Rusia dan Ukraina. 

Ia memilih menjadi pemain tim dan menjadi CEO yang memimpin serta mengambil keputusan strategis secara kolektif kolegial. "Saya turun ke tempat-tempat operasional, apa yang sudah dilakukan, yang sudah bagus diteruskan. 

Tapi ada hal-hal lain yang harus dilakukan supaya lebih bagus. Contohnya, saya di lapangan membuat cost leadership, biaya-biaya ini dibuat agar benar-benar efektif dan terukur," jelasnya dalam sesi penjurian Top BUMN Awards 2022 yang digelar salah satu media bisnis di Jakarta, dikutip Selasa (22/11/2022).

Arsal menambahkan, efisiensi dilakukan dengan mengambil perbandingan perusahaan tambang batu bara lain yang juga melantai di pasar modal, seperti PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT Bayan Resources Tbk. (BYAN). Ia membandingkan struktur biaya PTBA dengan emiten-emiten tambang lain, serta mengukur biaya yang masih terlalu tinggi untuk diperbaiki dan dibuat efisien.

Langkah tersebut rupanya membuahkan hasil. Alasannya, PTBA memiliki tanggung jawab dari pemerintah wajib memenuhi 60 persen produksinya untuk PLN dengan harga penjualan yang diatur melalui skema domestic market obligation (DMO).

Sementara itu, struktur biaya PTBA meningkat seiring kebutuhan dari distribusi melalui kereta api dan harga BBM yang meningkat. "Harga penjualan tetap USD70 per ton, tetapi kereta api dan BBM naik, hampir jual rugi. 

Kami bedah lagi, kalau korporasi dengan pemerintah, agak panjang prosesnya, kami lakukan ada sedikit penurunan rasio, biaya-biaya tidak perlu dibuang sehingga menghasilkan return," paparnya panjang lebar. 

Berkat kerja cepat dan efisien itulah, PTBA dapat menghasilkan pertumbuhan double digit hingga kuartal III/2022. Ia mengklaim, berhasil mempertahankan kinerjanya dengan tetap melayani penugasan dan dapat turut menikmati kenaikan harga batu bara meski porsi ekspor tidak sebesar perusahaan batu bara lain. 

"Dari segi keuangan, kami coba investasi yang bisa menghasilkan, di antaranya beli kapal tongkang, ini sudah captive market, pasti kita pakai, saya urus nanti ke holding dan pemegang saham. Hal ini membuat pendapatan lain-lain naiknya lumayan tinggi," imbuhnya lagi. 

Kunci perbaikan kinerja saat ini yakni harga batu bara yang naik, pengelolaan SDM, dan komunikasi dengan para pemangku kepentingan yang lebih intens. PTBA membukukan pendapatan Rp31,07 triliun per kuartal III/2022, seperti dikutip dari laporan keuangannya. 

Nilai itu melonjak 60,31 persen year-on-year (yoy) dari sebelumnya Rp19,38 triliun per kuartal III/2021. Beban pokok pendapatan PTBA mencapai Rp17,19 triliun dari sebelumnya Rp11,12 triliun. 

Namun, PTBA berhasil mencatatkan kenaikan laba bruto menjadi Rp13,87 triliun per kuartal III/2022 dari sebelumnya Rp8,25 triliun. PTBA meraih laba tahun berjalan yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk Rp10 triliun. 

Laba bersih tersebut melonjak 109,75 persen yoy dari sebelumnya Rp4,76 triliun. Sebagai informasi, Arsal merupakan Alumni Universitas Indonesia dan sudah tidak asing dengan bisnis batu bara. 

Ia juga tercatat pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Putra Mubacoal pada 2012-Juni 2020, Presiden Direktur PT Nuansa Coal Investment pada 2016-2017, dan Presiden Direktur PT BSPC. Ketiga perusahaan tambang tersebut terafiliasi dengan MNC Group, milik taipan Hary Tanoesoedibjo. 

Dirinya juga pernah menjabat sebagai Direktur PT Kresna Kusuma Dyandra Marga 2005-2010. Serta terlibat dalam pembangunan Jalan Tol Becakayu. (tim redaksi)

#arsalismail
#direkturutamaptbukitasamtbk
#dirutptba
#perusahaanbatubara
#emitenbatubara
#holdingbumn
#kinerjakeuanganptba

Tidak ada komentar