Breaking News

Kuartal III-2022 Kinerja Keuangan Emiten Batu Bara Salip-salipan Untung, Diprediksi Jadi Sektor Paling Tahan Resesi 2023

Aktivitas pertambangan batu bara. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Sektor batu bara diprediksi aman dari ancaman resesi. Bahkan, bisa dikatakan memiliki prospek yang positif tahun depan. 

Hal itu, terlihat dari kinerja fantastis yang dibukukan sektor batu bara di tahun ini. Chief Financial Officer Asia PT Orica Mining Services Velisia Gunawan mengatakan, tidak dipungkiri kecenderungan resesi di tahun depan semakin besar. 

Meski demikian, lanjutnya, kondisi perekonomian di Indonesia masih sangat terbantu, terutama dari komoditas batu bara dan minyak sawit. Dia mengungkapkan, komoditas batu bara mencetak laba yang fantastis tahun ini. 

Hal itu diprediksi akan terus berlanjut pada 2023 karena tingginya permintaan global. Apalagi harga komoditas batu bara tetap diperdagangkan pada level yang tinggi.

"Kalau topiknya membahas 2023 di dunia tambang, kita (sektor batu bara) prospeknya masih sangat positif," kata Velisia, dalam webinar "Facing The Challenges of Indonesia's Mining Industry in 2023" secara virtual, dikutip Jumat (18/11/2022).

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per November 2022, harga batu bara acuan (HBA) ditetapkan sebesar USD308,20 per metrik ton. Angka itu sedikit menurun dibandingkan Oktober 2022 yang mencapai USD330,98 per metrik ton. 

Dia menilai, dampak konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina, juga Tiongkok dan Australia menjadi faktor pemicu harga batu bara sangat tinggi. Meskipun ada beberapa koreksi beberapa bulan terakhir, tapi harga batu bara tetap masih tinggi dan diprediksi akan terus meningkat hingga tahun depan.

Badan Pusat Statistik (BPS) pun melaporkan kenaikan harga batu bara di tingkat global berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi beberapa provinsi di Indonesia. "Misalkan di Sumatera Selatan, sektor pertambangan memiliki share dalam ekonominya 25,88 persen, dan ini kalau kita hitung source of growth-nya pertambangan merupakan terbesar ketiga setelah perdagangan dan industri pengolahan," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers beberapa waktu lalu. 

Fakta di lapangan juga terlihat optimistis di sektor batu bara. Hal itu tercermin dari kinerja keuangan emiten batu bara milik sejumlah taipan di kuartal III-2022. Pertumbuhan laba emiten konglomerat Kiki Barki PT Harum Energy Tbk. (HRUM) bahkan menyalip emiten milik orang terkaya ketiga Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), hingga emiten taipan Boy Thohir PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO). 

Berdasarkan laporan keuangan Januari-September 2022, HRUM membukukan laba bersih senilai USD237,43 juta per kuartal III/2022. Bila dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun lalu, laba bersih HRUM melejit 532,54 persen. 

Laba bersih HRUM periode Januari-September 2021 tercatat USD37,53 juta. Laba tersebut diraih HRUM dari peningkatan pendapatan mencapai 241,91 persen menjadi senilai USD702,79 juta dari tahun sebelumnya hanya USD205,54 juta.

Ada pula, emiten milik Garibaldi Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang juga mencetak pertumbuhan laba ratusan persen. ADRO tercatat membukukan laba bersih naik 366 persen mendapai USD2,16 miliar atau setara dengan Rp33,8 triliun dari tahun sebelumnya hanya USD465,2 juta.

Pertumbuhan laba ADRO terkerek oleh pendapatan usaha yang naik 130 persen dari USD2,56 miliar menjadi USD5,9 miliar atau setara dengan Rp92,2 triliun sampai dengan akhir September 2022. Kemudian, emiten batu bara milik Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai 473,7 persen dari USD63,7 juta menjadi USD365,4 juta. 

Laba bersih BUMI diraih dari pertumbuhan pendapatan hingga 109,3 persen secara tahunan menjadi USD1,39 miliar dari USD666,18 juta. Selanjutnya, emiten orang terkaya ketiga Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) mencatatkan pertumbuhan laba bersih naik 150,25 persen dibandingkan dengan akhir kuartal III/2021. 

Namun, secara nilai laba bersihnya lebih tinggi dari HRUM mencapai USD1,62 miliar atau setara dengan Rp25,3 triliun. Laba bersih tersebut diraih dari peningkatan pendapatan hingga 91,5 persen dari USD3,34 miliar atau setara dengan Rp52,14 triliun sampai kuartal III/2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya USD1,74 miliar. 

Selanjutnya, emiten batu bara Grup Sinarmas PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) juga turut mencetak pertumbuhan laba hingga 140,62 persen mencapai USS472,87 juta, dari tahun sebelumnya hanya USD196,52 juta. Laba GEMS dihasilkan dari peningkatan pendapatan nyaris 100 persen atau tepatnya 96,19 persen pada kuartal III/2022 mencapai USD2,06 miliar dari tahun sebelumnya USD1,50 miliar. (tim redaksi)

#sektorpertambangan
#komoditasbatubara
#pertambanganbatubara
#emitenbatubara
#hargabatubaraterusnaik
#batubaratahanresesi
#kinerjakeuanganemitenbatubara
#ancamanresesidunia

Tidak ada komentar