Breaking News

Dilema Transisi Energi, di Tengah Meningkatnya Permintaan Batu Bara Dunia

Aktivitas tambang batu bara. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Pemerintah Indonesia tengah bersemangat melakukan transisi energi. Bahkan, pemerintah berkomitmen untuk mengejar pencapaian target netral karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. 

Hal tersebut juga tercermin dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Di mana dalam RUPTL tersebut porsi pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) nasional lebih besar dibandingkan pembangkit fosil. 

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo) Anggawira mengingatkan agar Indonesia tetap perlu berhati-hati dalam melakukan transisi energi. Pasalnya, realita global yang terjadi saat ini yakni permintaan akan energi fosil justru sedang mengalami peningkatan.

Faktanya memang ternyata permintaan energi fosil, terutama batu bara sangat meningkat. Sehingga, transisi energi atau bahkan rencana penutupan tambang batu bara terasa tak bijaksana.

"Kita harus sangat hati-hati melihat situasi yang ada saat ini. Tentunya kita punya komitmen untuk membuat energi bersih, tapi situasi global yang ada saat sekarang ini bisa menjadi referensi kita juga ke depannya," kata dia dalam acara "Mining Zone" CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (19/11/2022).

Sementara itu, Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno menyatakan, siap mendukung pemerintah dalam melaksanakan program transisi energi menuju NZE pada 2060. Namun demikian, menurutnya hal tersebut juga perlu dilakukan secara bertahap.

Mengingat, keandalan dari pembangkit listrik dari sektor energi baru dan terbarukan belum bisa diandalkan sepenuhnya. Terutama, untuk menggantikan peran PLTU batu bara sebagai tulang punggung kelistrikan nasional.

"Ini masih tanda tanya pertumbuhan dari energi terbarukan dan tentu masalah pembiayaan yang menjadi kendala bagi kita. Kalau kita dibantu rame-rame oleh dunia dan menjadikan batu bara produk yang lain, bukan dibakar, itu adalah cita-cita daripada pemerintah meningkatkan batu bara untuk untuk hal-hal yang lain," paparnya.

Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Joe Biden membagikan pengumuman penting bagi Indonesia di dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). Biden menuturkan bahwa negaranya dan negara G7 berkomitmen untuk mendanai hingga USD20 miliar atau sekitar Rp311 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per USD) untuk mempercepat pelaksanaan transisi energi di Indonesia.

Pendanaan ini nantinya dimasukkan ke dalam payung Just Energy Transition Partnership (JETP) yang dipimpin AS dan Jepang agar Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE), salah satunya untuk "suntik mati" PLTU. "Bersama kita memobilisasi USD20 miliar dalam pengembangan EBT dan mendukung transisi energi untuk menjauhi batu bara," tuturnya saat KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).

Dana ini akan dipakai untuk mendorong proyek berbasis energi terbarukan seperti mendukung pengembangan kendaraan listrik dan teknologi. "Ini juga bisa menciptakan lapangan kerja dan bisa berkontribusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim global," kata Biden. (tim redaksi)

#transisienergi
#energiterbarukan
#rencanasuntikmatipltubatubara
#batubara
#pengembangankendaraanlistrik
#kttg20

Tidak ada komentar