Breaking News

Dilanda Krisis, Warga Ghana Tuntut Presidennya Mundur

Aksi massa di Ghana (twitter) 

WELFARE.id-Ghana tengah menghadapi ancaman krisis ekonomi. Badan Statistik Nasional Ghana mencatat, inflasi meningkat selama 16 bulan berturut-turut menjadi 37,2 persen pada September 2022 (yoy) dari 33,9 persen pada Agustus, level tertinggi sejak Juli 2001. 

Lonjakan ini terjadi bahkan setelah bank sentral Ghana kembali menaikkan suku bunga 250 bps dalam pertemuan kebijakan pada Oktober. Harga barang impor (40,7 persen) meningkat lebih cepat dari barang domestik (35,8 persen), sebagian besar disebabkan oleh pelemahan mata uang. 

Akibat inflasi tersebut, toko-toko lebih memilih untuk tutup dibanding berjualan. 

Tak ingin terus larut dalam krisis tersebut, warga Ghana turun ke Jalan, meminta Presiden negaranya yakni Nana Akufo-Addo mengundurkan diri dari jabatannya. Hal itu dilakukan lantaran negara penghasil kakao ini sedang dilanda krisis ekonomi yang memukul mata uang negaranya yakni Cedi. 

Krisis ekonomi yang menghantam negara di Afrika Barat ini juga membuat harga bahan bakar dan makanan melonjak hingga ke rekor tertinggi. Mengutip Reuters, lebih dari 1.000 warga Ghana turun ke jalan Ibukota Ghana menyerukan pengunduran diri Presiden Nana Akufo-Addo. 

"Dia telah gagal dan kami memintanya untuk mengundurkan diri. Kenaikan harga bahan bakar yang tinggi membunuh rakyat Ghana," kata pengunjuk rasa Rafael Williams dikutip Minggu (6/11/2022). 

Sebelumnya pada pekan lalu, Presiden Ghana itu sudah berusaha meyakinkan warga Ghana bahwa pihak berwenang akan mengembalikan keuangan negara ke jalurnya setelah inflasi konsumen mencapai 37 persen pada September, menjadi puncak 21 tahun meskipun pengetatan kebijakan agresif. 

Protes damai adalah yang terbaru dari serangkaian demonstrasi tahun ini atas melonjaknya biaya hidup yang telah membuat orang semakin sulit untuk bertahan di negara di mana sekitar seperempat penduduknya hidup dengan kurang dari USD2,15 per hari, menurut Bank Dunia. 

Ghana, yang memproduksi emas, kakao dan minyak, juga mengalami penurunan mata uang cedi lebih dari 40 persen perhadap dolar tahun ini, menjadikannya salah satu mata uang berkinerja terburuk di kawasan yang menderita akibat dampak global perlambatan ekonomi. 

"Kami sedang berbicara dengan IMF. Mereka seharusnya tidak memberi mereka pinjaman," kata penjahit Francisca Wintima, yang termasuk di antara mereka yang memprotes di ibukota. 

"Cukup sudah. Kita punya emas, kita punya minyak, kita punya mangan, kita punya berlian. Kita punya semua yang kita butuhkan di negara ini. Satu-satunya yang kita butuhkan adalah kepemimpinan," kata pendemo lain. (tim redaksi

#ghana
#crisisghana
#ghanakrisisekonomi
#krisisekonomi
#demonstrasi
#demoghana

Tidak ada komentar