Breaking News

Aksi Demonstrasi di Iran Berlanjut, Aparat Keamanan Dilaporkan Tembak Mati Dua Pendemo

Wanita Iran protes kematian Mahsa Amini di Teheran belum lama ini. Foto: AFP

WELFARE.id-Protes kematian Mahsa Amini, seorang perempuan yang dianiaya polisi Iran terkait berpakaian ketat terus berlanjut. Meski sudah menelan korban hingga ratusan jiwa tapi nampaknya protes itu terus berlanjut. 

Bahkan, pasukan keamanan Iran telah menembak mati setidaknya dua pengunjuk rasa, ketika demonstrasi yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini memuncak pada peringatan penumpasan berdarah tahun 2019. 

Para pengunjuk rasa menanggapi seruan untuk memperingati mereka yang terbunuh dalam penumpasan 2019, memberikan momentum baru pada demonstrasi yang dipicu oleh kematian Amini yang berusia 22 tahun pada pertengahan September tahun ini. 

Dilansir dari Guardian, di Teheran, hiruk pikuk klakson mobil bergema saat pengunjuk rasa memblokir bundaran utama di Lapangan Sanat dan meneriakkan "Kebebasan, kebebasan", menurut rekaman yang diverifikasi. 

Orang-orang kemudian turun ke jalan-jalan di kota-kota lain, termasuk Bandar Abbas dan Shiraz, di mana para wanita terlihat melambai-lambaikan kerudung mereka di atas kepala mereka. 

Saat kegelapan turun, lebih banyak orang muncul di jalan-jalan ibu kota, beberapa dari mereka berkumpul di sekitar api unggun dan meneriakkan "Matilah diktator", menurut monitor media sosial 1500tasvir.

"Pasukan pemerintah telah langsung melepaskan tembakan di sebagian besar kota tempat pemberontakan terjadi, seperti Sanandaj, Kamyaran dan Kermanshah," Hengaw, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Norwegia, mengatakan kepada AFP. 

"Dua orang telah tewas oleh tembakan langsung dari pasukan pemerintah di Sanandaj dan Kamyaran," katanya, sambil menambahkan bahwa pihaknya mencoba mengkonfirmasi laporan bahwa lebih banyak pengunjuk rasa tewas. 

Kantor Hak Asasi Manusia PBB meminta Iran untuk segera membebaskan ribuan orang yang ditangkap karena mengikuti demonstrasi damai di negara tersebut.

"Alih-alih membuka ruang untuk dialog tentang keluhan yang sah, pihak berwenang menanggapi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan kekerasan yang meningkat," kata juru bicara kantor HAM PBB Jeremy Laurence kepada wartawan di Jenewa. 

"Tahun ini adalah tahun darah, Seyed Ali akan digulingkan," teriak kerumunan besar di luar stasiun metro Teheran, dalam sebuah video yang diverifikasi oleh AFP, mengacu pada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. 

Para pekerja menjatuhkan peralatan dan mahasiswa memboikot kelas-kelas di provinsi asal Amini di Kurdistan, di Iran barat, kata Hengaw. Di kota Sanandaj, provinsi yang rawan konflik, pengunjuk rasa terlihat membakar ban di jalan dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, dalam rekaman online lainnya. 

“Perempuan, kehidupan, kebebasan” dan “Laki-laki, tanah air, kemakmuran”, teriak mahasiswa laki-laki dan perempuan di Universitas Islam Azad di kota barat laut Tabriz, dalam sebuah video yang diterbitkan oleh 1500tasvir. 

Protes pada hari Selasa (15/11/2022) menandai ulang tahun ketiga dimulainya "Bloody Aban" atau November Berdarah, ketika kenaikan harga bahan bakar semalam yang mengejutkan memicu kekerasan jalanan berdarah yang berlangsung selama berhari-hari.

Amnesty International mengatakan sedikitnya 304 orang tewas selama protes tiga tahun lalu, tetapi pengadilan di London tahun ini oleh berbagai kelompok hak asasi manusia mengatakan bukti ahli menunjukkan jumlah korban kemungkinan jauh lebih banyak, mungkin mencapai 1.515.

Kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo mengatakan bahwa pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 326 orang, termasuk 43 anak-anak dan 25 wanita, dalam tindakan keras terhadap protes yang sedang berlangsung. (tim redaksi)


#iran
#demonstrasi
#aksikekerasan
#penembakan
#petugaskeamananiran
#pembunuhan
#mahsaamini

Tidak ada komentar