Rupiah Makin Keok, Ini Penyebabnya hingga Terus Melemah Tembus Rp15.318 Per Dolar AS
WELFARE.id-Rupiah terus melemah. Seharian ini, rupiah tertekan dolar AS, Senin (10/10/2022). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di posisi Rp15.251, sore ini melemah ke level Rp 15.318 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan sejumlah penyebab rupiah keok seharian melawan dolar AS. Menurutnya naiknya dolar AS hari ini setelah menguatnya data laporan pekerjaan AS yang memberi Bank Sentral AS Federal Reserve beberapa alasan melunakkan retorika hawkish-nya.
Sementara kekhawatiran atas ketidakstabilan geopolitik di Eropa dan Asia mendorong perdagangan safe haven ke dolar. Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan nonfarm payrolls naik lebih dari yang diharapkan pada September, sementara pengangguran juga turun dari Agustus.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap tangguh, memberi The Fed cukup ruang untuk terus mengetatkan kebijakan dengan tajam karena berjuang untuk memerangi inflasi.
"Pasar memperkirakan kemungkinan 81 persen bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bulan depan," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (10/10/2022).
Alasan lain yang membuat dolar AS menguat adalah kekhawatiran eskalasi dalam perang Rusia-Ukraina setelah ledakan jembatan kunci antara Rusia dan Krimea, Presiden Vladimir Putin menyalahkan Ukraina dalam serangan tersebut.
Selain itu, ketegangan di semenanjung Korea juga meningkat setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik pada Minggu (9/10/2022), menyusul latihan militer AS di wilayah tersebut.
Di sisi lain, pasar sekarang menunggu data inflasi IHK AS untuk bulan September minggu ini, yang diharapkan menjadi faktor dalam rencana pengetatan kebijakan Fed. Angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan pada bulan Agustus telah mengguncang pasar dan mendorong dolar.
Dari sisi internal, menguatnya dolar AS dipengaruhi beberapa hal. Pertama, langkah pemerintah berupaya menjaga kestabilan harga serta memberikan bantuan sosial ke masyarakat dan UMKM untuk menguatkan konsumsi dalam negeri.
"Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi datangnya krisis ekonomi global. Strategi pemerintah tepat dalam menyikapi gejolak global dengan menjaga kestabilan harga serta memberikan bantuan sosial (bansos) pada masyarakat," ujarnya juga.
Solusi untuk bertahan dari badai ekonomi global adalah dengan menjaga daya beli masyarakat. Hal itu disebabkan ekonomi Indonesia lebih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dalam negeri. Karena Produk Domestik Bruto (PDB) 50 persen dari konsumsi rumah tangga.
Sebelumnya, pemerintah telah memberikan tiga jenis tambahan bantalan sosial dengan total anggaran sebesar Rp24,17 triliun. Bantuan iu yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan penggunaan 2 persen Dana Transfer Umum (DTU) oleh pemerintah daerah.
Pemberian berbagai bantalan sosial ini diharapkan dapat melindungi daya beli masyarakat dari tekanan kenaikan harga global.
Selain itu, pemerintah terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga.
Meski demikian, pentingnya keberpihakan pada dana bantuan sosial di tahun mendatang. hal itu dikarenakan tantangan ekonomi global diprediksi akan semakin berat ke depan.
”Dan ini harus diimbangi dengan alokasi bansos di APBN 2023 mendatang, karena strategi pemberian bansos oleh pemerintah akan sangat berguna dalam menjaga daya beli masyarakat," terang Ibrahim juga.
Selain itu pemerintah juga wajib melakukan realokasi anggaran untuk kepentingan bansos. Hal itu bisa berupa pengalihan dari anggaran pertahanan, karena pertahanan mempunyai cukup banyak anggaran tahun depan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.300 hingga Rp. 15.360 per dolar," paparnya juga. (tim redaksi)
#rupiah
#kursmelemah
#dolaramerika
#perang
#rusia-ukraina
#koreautara
#bantuanmasyarakat
Tidak ada komentar