Breaking News

Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DBD dan Demam Kuning, Mana Lebih Berbahaya?

Ilustrasi nyamuk aedes aegypti penyebab DBD dan demam kuning. Foto: Istimewa

WELFARE.id-Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat. Penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti ini adalah penyakit musiman yang biasa terjadi saat musim hujan. 

Bila telat ditangani, penyakit yang diakibatkan nyamuk Aedes aegypti ini bisa menyebabkan kematian lantaran pengidapnya rentan mengalami komplikasi yang mengancam nyawa. 

Tapi, tahukah kamu jika ada penyakit lain yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti? Nama penyakitnya adalah demam Kuning yang disebabkan oleh infeksi flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. 

Nyamuk ini membawa flavivirus setelah menggigit manusia yang sedang mengidap demam kuning. Setelah itu, virus masuk ke aliran darah nyamuk dan menetap di kelenjar air liurnya (saliva). Ketika nyamuk tersebut menggigit manusia lain, flavivirus masuk dan menyebar ke aliran darahnya.

Perbedaan demam kuning dan DBD adalah pada wilayah penyebarannya. Risiko penyebaran DBD biasanya terletak di daerah tropis, sementara demam kuning di daerah Afrika dan Amerika Selatan.

Berikut perbedaan demam kuning dan demam berdarah Dengue (DBD):

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Gejala DBD biasanya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk dan berlangsung selama 10 hari. Tanda lain dari penyakit ini adalah demam tinggi, muntah, tubuh terasa nyeri, tidak nafsu makan, dan munculnya ruam kemerahan. Jika tidak segera ditangani, pengidap dapat mengalami komplikasi berupa dengue shock syndrome (DSS). 

Tanda dan gejalanya berupa:
-Tekanan darah menurun.
-Kulit basah dan terasa dingin.
-Denyut nadi melemah.
-Frekuensi buang air kecil menurun dan jumlah urine yang keluar sedikit.
-Mulut kering.
-Sesak napas.
-Pelebaran pupil.
-Perdarahan seperti mimisan, batuk berdarah, dan feses bercampur darah.

Jika kondisi ini tidak segera ditangani, DSS dapat memperburuk kondisi pengidap DBD seperti mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh yang berujung pada kematian.

2. Demam Kuning
Gejala pengidap demam kuning sebenarnya tak jauh berbeda dengan demam berdarah. Gejala penyakit ini terbagi dalam beberapa fase. 

Fase pertama adalah fase inkubasi, yaitu saat masuknya virus ke dalam tubuh. Kemudian meningkat menjadi fase kedua, yaitu fase akut yang ditandai dengan munculnya beberapa gejala, seperti demam, pusing, sakit kepala, menurunnya nafsu makan, nyeri otot, mual muntah, hingga sensitif terhadap cahaya. Sebagian orang bisa sembuh setelah melalui fase akut, tapi sebagian lain berlanjut ke fase toksik yang ditandai:
-Perdarahan.
-Miokarditis atau peradangan otot jantung.
-Edema paru atau penumpukan cairan di dalam kantung paru-paru (alveoli).
-Sindrom hepatorenal, yaitu timbulnya gagal ginjal pada pengidap yang mengalami kerusakan hati.
-Ensefalitis atau radang otak.
-Infeksi bakteri sekunder.

Jadi jika dilihat dari risiko komplikasi, DBD dan demam kuning sama-sama berbahaya. Namun jika dilihat melalui persebarannya, DBD lebih berbahaya dibandingkan dengan demam kuning.
 
Menurut Profesor Gubler, ketua Departemen Kedokteran Tropis di Universitas Hawaii, demam berdarah tersebar luas di Asia Tenggara dan beberapa wilayah geografis lainnya, seperti Amerika Latin dan Kepulauan Pasifik. 

Wabah DBD juga dilaporkan sering terjadi di sekitar Karibia, Brasil selatan, India barat, Bangladesh, serta di negara-negara sekitar Laut Cina Selatan. Bahkan, demam berdarah ternyata telah lama dianggap tersebar luas di Afrika. (tim redaksi)

#kesehatan
#dbd
#demamkuning
#penyakitmusiman
#penyebabnyamuk
#aedesaegypti

Tidak ada komentar