Breaking News

Imunoterapi, Ciptakan Pasukan Sel T yang Bekerja di Tubuh Pasien Kanker

Pengobatan kanker dengan imunoterapi. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Umumnya sebagian besar orang menganggap kemoterapi sebagai pengobatan utama kanker paru. Padahal, kini ada teknologi pengobatan kanker imunoterapi yang disebut lebih efektif.

Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik dr Andhika Rachman mengatakan, pengobatan imunoterapi disebut lebih unggul dari kemoterapi karena tidak memiliki efek samping. 

Seperti diketahui, kemoterapi memang efektif mencegah pertumbuhan sel kanker, tapi dampaknya menimbulkan efek yang sistemik, karena sekaligus menghancurkan dan menghambat pertumbuhan sel baru.

Inilah sebabnya beberapa pasien setelah kemoterapi mengalami kerontokan rambut, muntah, hingga mengalami penurunan berat badan. "Obat kemoterapi efek toksisitasnya jauh lebih besar dan sistemik jadi kena ke seluruh badan. 

Efek bagusnya menurunkan laju pertumbuhan kanker, tapi efeknya menurunkan laju pertumbuhan sel sehat," ujar dr Andika dalam webinar kesehatan di Jakarta, dikutip Selasa (11/10/2022).

Pun demikian dengan cara kerja kemoterapi yang bekerja dari luar sel, sedangkan imunoterapi bekerja dari dalam sel. Karena bekerja dengan cara mengarahkan sel kekebalan tubuh berubah menjadi pasukan sel-T yang menyasar langsung untuk membunuh sel kanker.

Bahkan, lantaran bekerja dari dalam, imunoterapi memiliki strategi khusus untuk menghancurkan sel kanker. Imunoterapi yang sudah tersedia di Indonesia, yakni imunoterapi PD-1, yang disebut memiliki cara kerja seperti pos keamanan. 

Pos keamanan PD-1 ini lalu dibubarkan, sehingga sel kanker tidak bisa menyamar. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, imunoterapi menjadi salah satu terobosan di dunia medis yang dapat meningkatkan angka harapan hidup pengidap kanker. 

Imunoterapi merupakan inovasi pengobatan kanker terbaru yang dapat meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh individu untuk mengenali dan menyerang sel kanker. 

"Dalam perkembangannya, ternyata (imunoterapi) diketahui efektif terhadap kanker paru, kanker payudara, dan kanker serviks (yang angka kasusnya terbesar), sehingga meningkatkan harapan hidup yang cukup besar," kata Prof Aru di webinar kesehatan yang berbeda.

Ia menjelaskan, sel kanker memiliki kemampuan untuk menyamarkan diri sehingga sulit dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Namun, dengan imunoterapi, sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan, sehingga mampu mendeteksi sel kanker untuk dihancurkan.

Imunoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker selain pembedahan, radioterapi, terapi hormonal, terapi target, dan kemoterapi. Untuk menentukan terapi yang tepat, dilakukan berbagai tes seperti Programmed Death-ligand 1 (PD-L1).

PD-L1 adalah protein transmembran yang berperan penting dalam menekan dukungan adaptif dari sistem kekebalan selama peristiwa atau kondisi tertentu. Tes dengan PD-L1 imunohistokimia pada pasien akan menunjukkan tingkat ekspresi PD-L1 pada jaringan tumor.

Semakin tinggi ekspresi PD-L1, respons akan semakin baik terhadap imunoterapi. Hasil uji klinis menunjukkan, pengobatan imunoterapi dapat membantu menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, mencegah kanker menyebar ke bagian tubuh lain, dan membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih baik dalam menghancurkan sel kanker.

Pada pengidap kanker paru, ia menyebut, imunoterapi memberikan angka harapan hidup lima tahun sebesar empat kali lebih tinggi dibandingkan standar pengobatan kemoterapi. Imunoterapi juga menurunkan angka risiko terjadinya efek samping berat hingga 22 persen.

"Sedangkan pada pasien kanker payudara tripel negatif (TNBC) yang dirawat dengan kombinasi imunoterapi dan kemoterapi, dapat mengurangi risiko kematian hingga 27 persen," paparnya. Dibandingkan kemoterapi, imunoterapi PD-1 mampu mengurangi risiko kematian hingga 38 persen. 

Ditambah imunoterapi mampu memberikan harapan hidup lebih lama bagi penyintas kanker paru. Sementara untuk kanker serviks, American Society of Clinical Oncology (ASCO) belum lama ini menerbitkan pedoman medis bagi pasien kanker serviks yang telah mengalami kekambuhan. 

Data uji klinis dari kombinasi imunoterapi dengan standar pengobatan sebelumnya dapat memberikan manfaat 35 persen lebih baik. Dimana penyakit tidak mengalami perburukan dan memberikan angka harapan hidup 33 persen lebih lama.

Imunoterapi kini telah tersedia di rumah sakit yang mengalami pengobatan kanker. Namun, lanjutnya, tidak semua jenis kanker paru, kanker payudara, dan kanker serviks dapat diterapi dengan imunoterapi.

"Pasien tetap perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui pengobatan yang terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien," tuntasnya. (tim redaksi)

#imunoterapi
#kemoterapi
#kanker
#kankerserviks
#kankerpayudara
#kankerparu
#kombinasiimunoterapidankemoterapi
#kemajuanmedis

Tidak ada komentar