Breaking News

Epidemiolog Soroti Lemahnya BPOM Mendeteksi Obat Mengandung Senyawa Berbahaya

Ilustrasi obat sirup yang mengandung zat berbahaya. Foto: net

WELFARE.id-Kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang lebih dari 200 anak-anak dan membuat belasan tewas yang diduga akibat penggunaan obat mengandung zat berbahaya membuat terhenyak. 

Karena itu, Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menyoroti lemahnya Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) dan pemerintah dalam mendeteksi obat yang mengandung senyawa berbahaya.

Obat-obatan yang mengandung senyawa berbahaya seperti etilon glikol (EG) dan dietilen glikol (DG) baru terdeteksi sekarang. Padahal, senyawa tersebut diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut.

"Ada kesalahan atau lemahnya, atau bahkan buruknya sistem quality control atau pengawasan obat. Dan ini lolos berarti," kata Dicky dikutif Sabtu (22/10/2022).

Melemahnya pengawasan terhadap obat, kata Dicky lagi, harus dianalisis lebih jauh dan diteliti dengan keterkaitannya dengan pandemi COVID-19. Sebab, kasus gagal ginjal akut mulai terdeteksi awal Januari 2022.

"Apa karena kebutuhan obatnya banyak sehingga lost (lepas kontrol) begitu, atau penurunan mutu, atau penurunan mutu, ada potensi dugaan memanfaatkan situasi. Misalnya ya ini," cetusnya juga.

Namun demikian, Dicky menilai itu tak bisa dijadikan alasan. Sebab, kasus gagal ginjal akut sebenarnya bukan hal baru. Selain itu, adanya dugaan yang dikaitkan dengan obat sirop pun sudah lama.

"Seharusnya para pihak berwenang yang mengawasi ini lebih aware, tidak menunggu kasus seperti ini," ujar dia.

Terlebih, kata Dicky, konsumsi obat juga meningkat saat pandemi. Orang yang terjangkit COVID-19 juga kemungkinan mengonsumsi obat yang mengandung senyawa berbahaya tersebut.

"Artinya, karena ini kejadiannya begitu merebak cepat dalam masa tahun ketika pandemi, tentu kita harus melihat keterkaitannya dengan pandemi, baik langsung atau tidak langsungnya," paparnya juga.

Misalnya kaitannya dengan infeksi, ujar Dicky lagi, jelas kalau infeksi, pilek batuk, berarti kebutuhan meningkat.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan kandungan senyawa etilon glikol dan dietilen glikol juga menyebabkan kematian pasien gagal ginjal akut di sejumlah negara.

Budi menyebut obat-obatan yang mengandung etilon glikolin dan dietilen glikol tersebut diproduksi di Indonesia.

Sementara itu, BPOM baru mengungkapkan ada lima obat sirup yang berbahaya karena mengandung senyawa etilen glikol (EG) yang melebihi ambang batas.

Hal itu teridentifikasi setelah BPOM melakukan pengujian terhadap dugaan cemaran EG dan DEG dalam sirup obat. Pengujian dilakukan menyusul merebaknya kasus gagal ginjal akut. (tim redaksi)


#zatberbahaya
#gagalginjalakutmisterius
#seranganak
#epidemiolog
#universitasgriffith
#kemenkes
#bpom

Tidak ada komentar