Breaking News

700 Juta Serangan Siber Ancam RI, Survei: Kurangnya Talenta IT dan Literasi Digital Bikin Indonesia Sasaran Empuk

Sistem data. Foto: Ilustrasi/ Net

WELFARE.id-Indonesia sasaran empuk para hacker. Buktinya, sejumlah pelanggaran dan kebocoran data besar telah terjadi di Indonesia, dalam beberapa bulan terakhir. 

Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperkirakan 714.170.967 serangan siber terjadi di tanah air sepanjang 2022. Ancaman siber bisa menyebabkan kerugian finansial apabila tidak ditanggulangi.

Sandiman Muda Badan Direktorat Keamanan Siber & Sandi Industri BSSN Ricky Aji mengatakan, pelaku ancaman siber sudah melakukan pergeseran dari menyerang infrastruktur siber menjadi menyerang langsung ke end-user atau pengguna. 

"Terutama pengguna yang kurang memiliki wawasan keamanan siber. Maka dari itu penting untuk meningkatkan wawasan keamanan siber bagi masyarakat," kata Ricky kepada wartawan, dikutip Sabtu (8/10/2022).

Menurut dia, pain points dalam mengungkap serangan siber adalah atribusi. Maka itu, sangat jarang untuk dibawa ke pengadilan.

"Karena memang sulit untuk menemukan siapa yang melakukan dan di mana dia melakukannya. Oleh karena itu proses atribusi ini tidak mudah dan cukup memakan waktu," ucap Ricky.

Ironisnya lagi, Indonesia yang punya 200 juta lebih penduduk kekurangan ahli keamanan siber. Survei yang dilakukan oleh SecLab BDO Indonesia terhadap talenta IT di Indonesia mengungkap, 9 dari 10 lulusan teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, dan hanya 1 dari 10 yang berminat untuk mendalami keamanan siber.

Kekurangan tenaga ahli ini, dipadukan dengan wawasan masyarakat awam yang rendah mengenai keamanan siber pribadi, membuat Indonesia menjadi sasaran empuk bagi para hacker yang berniat jahat. BDO merupakan salah satu kantor akuntan publik dan perusahaan penyedia jasa konsultasi terbesar di dunia.

BDO Indonesia adalah anggota BDO International Limited dan merupakan bagian dari jaringan BDO internasional dari perusahaan anggota independen. Padahal, ditambahkan Regional Director Southeast Asia Menlo Security CK Mah, hampir semua orang Indonesia melakukan transaksi melalui internet, dari handphone, laptop, dan lainnya.

Hal itu memerlukan infrastruktur yang baik untuk menjaga transaksi secara online dengan aman. Ia juga menjelaskan, serangan dan ancaman siber bakal terus meningkat. 

Contohnya, Menlo Security menemukan terjadinya peningkatan serangan siber dari Rusia ke bank-bank di Asia tidak lama setelah konflik geopolitik terjadi. "Hal itu semakin meningkatkan urgensi keamanan siber, terlebih aktivitas perusahaan banyak terjadi di cloud," ujarnya lagi.

Meningkatkan kemampuan keamanan siber harus menjadi prioritas utama untuk pemerintah dan juga perusahaan di segala industri. Urgensi ini juga ditunjukkan dalam laporan dari INTERPOL pada 2021 yang menyatakan bahwa 60 persen malware finansial seluler meningkat di Indonesia.

Selain itu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki jumlah kasus ransomware tertinggi dengan 1,3 juta kasus. Ini jelas merupakan sesuatu yang harus ditingkatkan, terutama dengan penetrasi internet negara yang mencapai 64 persen tahun lalu.

Pelaku serangan siber makin pintar

Beberapa tahun yang akan mendatang, lanskap keamanan siber akan terus menjadi lebih menantang karena kecanggihan, kemajuan teknologi dan kecakapan pelaku serangan siber. 

Misalnya, penipuan dan penyusupan tetap menjadi ancaman yang berkembang di Indonesia, meskipun ada sedikit penurunan dalam indeks kejahatan siber antara 2021 dan 2022 yang dinyatakan oleh Indeks Keamanan Siber Nasional.

"Dengan demikian, kesadaran keamanan siber di Indonesia juga telah menunjukkan peningkatan dengan bisnis di pasar mengambil lebih banyak tindakan pencegahan terhadap phishing, ransomware, dan malware," sarannya. (tim redaksi)

#serangansiber
#keamanansiber
#kebocorandata
#bssn
#perusahaankeamanansiber
#talentait

Tidak ada komentar