Raja Charles III Naik Takhta, Deretan Tugas Berat Menanti Sang Penguasa Monarki Inggris
Raja Charles III dan permaisuri. Foto: Istimewa/ Instagram @clarencehouse
WELFARE.id-Raja Charles III sudah resmi naik takhta, usai Ratu Elizabeth II mangkat, Kamis (8/9/2022). Meski telah terbiasa dengan tradisi kerajaan dan tugas kenegaraan karena telah mendampingi sang Ibunda sepanjang hidupnya, Charles tetap memiliki tugas berat.
Tugas terberat untuk menggantikan Ratu Elizabeth II, adalah mengambil hati rakyat Inggris dan bagaimana menjadi pemersatu bagi negara-negara Persemakmuran dan Inggris Raya. Charles akan mewarisi tanggung jawab dan privilege ibunya.
Sederet tugas kerajaan menanti Raja Charles III. Bahkan dalam beberapa hari ke depan, dia akan mulai melakukan tur ke berbagai daerah di Inggris.
Dikutip dari laman 7 News Australia, Sabtu (10/9/2022), Raja Charles III akan melakukan perjalanan selama tiga hari. Ia dijadwalkan berkunjung ke Edinburgh dan mengunjungi parlemen Skotlandia.
Selain itu, raja juga akan berkunjung ke Belfast, Irlandia Utara. Di sini, dia akan menerima ungkapan belasungkawa di Dewan Hillsborough dan akan digelar doa bersama di Katedral St Anne, Belfast.
Dari Belfast, ia akan berkunjung ke Wales untuk persiapan upacara pemakaman Ratu Elizabeth II. Rencananya prosesi pemakaman akan berlangsung 10 hari setelah kematian ratu atau pada 18 September mendatang.
Masyarakat Inggris juga dihadapkan dengan gaya kepemimpinan baru Charles. Raja Charles III yang memimpin negara monarki-konstitusional itu memiliki karakter yang berbeda dengan mendiang sang ratu.
"Gayanya akan sangat berbeda," kata Vernon Bogdanor, profesor pemerintahan King’s College London, melansir The New York Times, Sabtu (10/9/2022). Menurutnya, Charles akan menjadi raja yang aktif dan mungkin akan mendorong hak prerogatifnya sampai ke batasnya, namun ia tidak akan melewati batas itu.
Ratu Elizabeth II sebelumnya telah menyiapkan jalan mulus bagi putranya untuk duduk di takhta kerajaan. Dalam beberapa tahun terakhir, Pangeran Charles telah menjalankan tugas-tugas Ratu, dari perjalanan mengunjungi negara-negara persemakmuran, peletakan karangan bunga, pemberian gelar ksatria, hingga membuka Parlemen Inggris.
Bukan hanya itu, Charles juga mendirikan dan memimpin 400 badan amal, seperti Prince’s Trust yang membantu hampir 1 juga anak muda serta pelestarian lingkungan. Charles juga menyuarakan toleransi beragama dan menentang gerakan Islamofobia di Inggris.
"Ia (Charles) bisa saja menghabiskan waktunya di klub malam atau tidak melakukan apa-apa, tetapi dia menemukan perannya," ujar Bogdanor. Sebagai Raja, Charles harus bisa menjaga pendapat pribadinya.
Raja Charles III tidak bisa berbicara banyak tentang politik mengingat bahwa dia adalah figur utama Kerajaan Inggris. Apalagi, sang raja dikenal sering mengeluarkan komentar yang menimbulkan masalah di publik.
Terkait hal ini, koresponden Kompas TV di London, Anton Alifandi, menilai Raja Charles dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang harus bisa dia atasi ke depannya.
"Secara prosedural, mungkin tidak akan terlalu berbeda ketika Raja George VI digantikan oleh putrinya (Ratu Elizabeth II). Tetapi secara substansial, zamannya sudah berubah ya," kata Anton dalam Breaking News Kompas TV, Jumat (9/9/2022) dini hari.
"Semasa hidupnya, Ratu Elizabeth II hampir tidak pernah berkomentar tentang masalah politik, masalah-masalah yang bisa ditafsirkan sebagai mengomentari masalah berpolitik.
Sementara Pangeran Charles, sebelum beliau menjadi raja seperti sekarang ini, adalah orang yang sangat vokal dalam hal lingkungan, arsitektur, dan sebagainya. Itu yang harus kita lihat nanti apakah Raja Charles akan tetap begitu atau tidak," tuturnya.
Raja Charles III telah menampilkan pidato kebangsaan untuk pertama kalinya yang membawa memori tentang mendiang ibunya, Ratu Elizabeth II. Diketahui Raja Charles III mengaku bahwa mendiang Ratu Elizabeth II adalah sumber inspirasi bagi kehidupannya hingga seluruh keluarga Kerajaan Inggris.
Dengan meninggalnya Ratu Elizabeth II, Raja Charles III merasa telah berutang pada sang ibunda. "Sepanjang hidup Yang Mulia Ratu, ibu tercinta saya, adalah inspirasi bagi saya dan seluruh keluarga," ujar penguasa baru berusia 73 tahun itu.
"Dan kami berutang padanya paling tulus yang bisa dimiliki keluarga mana pun kepada ibu mereka," ujarnya menambahkan.
Raja Charles III kemudian menyatakan bahwa pelayanan seumur hidup bagi masyarakat yang diucapkan Ratu Elizabeth II juga akan diperbarui olehnya sebagai penguasa baru Kerajaan Inggris. "Janji pelayanan seumur hidup itu saya perbarui kepada Anda semua hari ini," ujar Raja Charles menegaskan.
Untuk pembaruan janji itu, Raja Charles III merujuk pada momen ulang tahun ibundanya di masa silam saat pertama kali mengucapkan janji pelayanan seumur hidup. Menurut Raja Charles III, ucapan Ratu Elizabeth II tentang janji adalah bentuk komitmen pribadi untuk masyarakatnya.
"Pada tahun 1947, pada hari ulang tahunnya yang ke-21, dia berjanji dalam siaran dari Cape Town ke Persemakmuran untuk mengabdikan hidupnya untuk melayani rakyatnya," ujarnya menguraikan penjelasan.
"Itu lebih dari sebuah janji. Itu adalah komitmen pribadi yang mendalam yang menentukan hidupnya sendiri," imbuhnya.
Sementara itu, sejak naik takhta sebagai penguasa baru, Raja Charles III telah menerima banyak dukungan dari masyarakat yang berbondong-bondong memadati area depan Istana Buckingham. Bahkan, ia disambut dengan nyanyian 'God Save the King' saat tiba di Istana Buckingham untuk pertama kali sebagai penguasa baru. (tim redaksi)
#rajacharlesIII
#tugasrajacharlesIII
#istanabuckingham
#tugasistana
#dukunganwargainggris
#monarkikonstitusional
#ratuelizabethIImeninggaldunia
#dukakerajaaninggris
Tidak ada komentar