Putus Ketergantungan Impor, Pemerintah Segera Tetapkan Harga Acuan Kedelai Lokal
Jemur kedelai. Foto: ilustrasi/ Net
WELFARE.id-Badan Pangan Nasional (Bapanas) segera menetapkan kebijakan harga acuan pembelian kedelai lokal. Hal itu dilakukan dalam rangka membantu petani dan meningkatkan produksi dalam negeri.
"Sesuai arahan presiden, kita segera menyiapkan kebijakan harga tersebut. Tentunya dengan mengajak semua stakeholder terkait untuk duduk bersama," ungkap Arief dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (21/9/2022).
Langkah tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Terbatas (Ratas) Peningkatan Produktivitas Kedelai di Istana Merdeka pada Senin (19/9/2022). Ia menambahkan, kisaran harga acuan kedelai kemungkinan sekitar Rp10.000 per kilogram.
Menurutnya, harga di kisaran tersebut harus dapat memberikan keuntungan bagi petani. Namun demikian, penetapan harga tersebut harus beriringan dengan peningkatan produktivitas kedelai yang dihasilkan.
Ia menyampaikan, presiden dalam arahannya menekankan agar kebutuhan kedelai di Indonesia tidak bergantung pada impor. Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) diminta untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menanam bibit varietas unggul. Bahkan, bila diperlukan menggunakan bibit produk rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO).
"Dengan menggunakan bibit GMO, diharapkan produksi kedelai per hektar dapat meningkat dari 1,6 sampai 2 ton per hektare menjadi sekitar 3,5 sampai 4 ton per hektare," terangnya. Lebih lanjut, ia juga mengajak untuk mendorong peningkatan produksi kedelai.
Rencana presiden
Pemerintah melalui Kementan tengah menyiapkan perluasan lahan tanam kedelai dengan mengejar target hingga 600 ribu hektar produksi secara bertahap. Salah satunya melalui optimalisasi lahan di Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, sekitar 30 ribu hektare.
Untuk meningkatkan daya saing produksi kedelai dalam negeri, juga perlu memberlakukan kebijakan tarif impor kedelai yang besarannya akan ditentukan segera. Presiden Joko Widodo bahkan menggelontorkan anggaran Rp400 miliar untuk proyek ratusan ribu hektare lahan baru tanaman kedelai.
Proyek ini dimulai karena produksi kedelai lokal untuk menopang kebutuhan nasional 2,4 juta ton terus menurun akibat petani beralih menanam tanaman lain. "Anggarannya sudah disiapkan," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat bersama Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 19 September 2022.
Ketua Umum Partai Golkar ini bercerita kalau lahan tanaman kedelai saat ini tersisa 150 ribu hektare saja, dari 700 ribu hektare pada 2018. Situasi ini terjadi karena harga kedelai impor dari Amerika Serikat lebih murah yaitu Rp7.700, bahkan sampai Rp6.000 per kilogram.
Sementara harga kedelai produksi lokal bisa di atas Rp10 ribu per kilogram, yang membuat petani akhirnya beralih menanam jagung. "Harganya tidak menarik kalau dibanding barang impor. Petani tidak bisa tanam soybean kalau harganya di bawah Rp10 ribu," imbuhnya.
Pemerintah menargetkan luas lahan tanaman kedelai bisa tembus 1 juta hektare dalam 2-3 tahun ke depan. Airlangga belum merinci berapa uang yang dibutuhkan untuk mencapainya. Tapi target dipatok karena Jokowi tidak ingin kebutuhan kedelai nasional 100 persen bergantung dari impor. (tim redaksi)
#kedelaiimpor
#swasembadakedelai
#hargaacuankedelailokal
#bapanas
#badanpangannasional
#produksikedelaidalamnegeri
#petanikedelai
Tidak ada komentar