Mantul! Harga Batu Bara Terus Melesat, Diprediksi Hingga 3 Tahun ke Depan
Ilustrasi (net)
WELFARE.id-Hingga saat ini, harga batu bara masih membara. Pada perdagangan Rabu (21/9/2022), harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di USD448 per ton. Harga tersebut menguat 2,28 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Capaian ini adalah tertinggi ketiga dalam sejarah. Harga tersebut hanya kalah dari rekor tertingginya pada 5 September 2022 (USD463,75) serta harga pada 6 September 2022 (USD451,25).
Penguatan hari ini juga memperpanjang rally harga batu bara yang sudah berlangsung sejak Senin pekan ini. Dalam sepekan, harga batu bara menguat 2 persen secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara naik 0,56 persen sementara dalam setahun melesat 151,3 persen.
Kembali melesatnya harga batu bara disebabkan oleh kekhawatiran gangguan pasokan akibat banjir di Australia. Dilansir dari Argus Media, Biro Meteorologi Australia kemarin mengumumkan hujan lebat kemungkinan akan melanda sejumlah wilayah di Australia pada 21-24 September. Hujan lebat juga diperkirakan akan menimbulkan banjir.
New South Wales, bagian selatan Queensland, dan Victoria adalah wilayah yang kemungkinan diguyur hujan lebat. Padahal, Queensland dan New South Wales merupakan produsen utama batu bara Australia. Banjir kemungkinan juga akan menggenangi sejumlah area dekat tambang batu bara di Narrabri dan Boggabari.
Banjir dan hujan deras kemungkinan akan mengganggu proses penambangan hingga pengiriman batu bara dari Australia padahal Australia adalah eksportir terbesar untuk batu bara metalurgi dan kedua terbesar untuk batu bara thermal. Pada Maret dan Mei tahun ini, banjir juga melanda Australia dan membuat harga batu bara melonjak.
Kembali melonjaknya harga batu bara dalam tiga hari terakhir juga ditopang oleh masih tingginya permintaan dari Eropa. Permintaan batu bara dari Eropa diperkirakan masih akan tinggi ke depan sejalan dengan dioperasikannya kembali pembangkit listrik batu bara serta semakin mendekatnya musim dingin. Impor batu bara dari kawasan Eropa diperkirakan akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada 2022.
Kenaikan harga batu bara diprediksi masih akan tinggi dalam 2-3 tahun ke depan, akibat kondisi geopolitik global dan pemulihan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara. Namun para pemangku kepentingan batu bara yang tengah berkonsolidasi di ajang Coaltrans Asia 2022 di Bali tetap berkomitmen mendukung semangat global untuk mengurangi emisi karbon.
Kondisi geopolitik global yang tidak pasti pasca perang Rusia-Ukraina terus melambungkan harga energi, termasuk batu bara. Kondisi ini ditopang pula oleh pemulihan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di tengah sendatan pasokan batu bara.
Berdasarkan perkembangan tersebut, Chief Economist PT Bumi Resources, Reza Widjadja memprediksi, harga batu bara masih akan tinggi untuk 2-3 tahun ke depan.
Komisaris Utama Media Djaya Bersama yang mengelola tambang batu bara di Aceh, Mohammad Mirdal Akib menegaskan, permintaan batu bara saat ini memang meningkat pesat.
Oleh karena itu, butuh kebijakan yang lebih lincah tanpa meninggalkan asas keadilan untuk seluruh pemain batu bara agar pertumbuhan industri ini tetap berkelanjutan. Hal ini karena kontribusi perusahaan batu bara saat ini sangat besar bagi perekonomian negara.
Pesona harga di pasar global terus menggoda produsen batu bara untuk menggenjot produksi, termasuk Indonesia. Namun Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin menyatakan produksi tetap harus disesuaikan dengan semangat global untuk menurunkan emisi karbon.
Semangat itu juga menjadi komitmen para pemangku kepentingan batu bara, dalam Coaltrans Asia 2022 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali pada 19-20 September 2022. (tim redaksi)
#batubara
#hargabatubara
#hargabatubaramelesat
#emashitam
#coal
Tidak ada komentar