Hingga Akhir Tahun, Adaro Targetkan Produksi Batu Bara 60 Juta Ton
WELFARE id-PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menargetkan produksi batu bara mencapai 58 hingga 60 juta ton pada tahun 2022. Meski target tersebut naik sekitar 10 sampai 14 persen dari realisasi produksi tahun 2021 yang sebanyak 52,7 juta ton, perusahaan optimistis bisa mencapai target tersebut.
Chief Financial Official Adaro Lie Luckman mengatakan, proyeksi target produksi batu bara sangat tergantung pada harga batu bara itu sendiri. Namun, perseroan selalu berusaha untuk dapat mencapai target produksi sebesar 58 hingga 60 juta ton di 2022.
"Kami manajemen Adaro Energy selalu berusaha untuk bisa mencapai target produksi yang sudah kami tentukan yaitu 58-60 juta ton 2022," ujar Luckman dalam public expose live 2022, Senin (12/9/2022).
Untuk itu, lanjutnya, pihaknya akan memberi fokus pada apa yang bisa perseroan kontrol, seperti menyiapkan semua infrastruktur dan alat-alat produksi demi mencapai target perseroan. Melihat harga batubara yang masih menguat, Luckman mengaku optimistis dapat mencapai target batu bara di semester II-2022.
"Menyiapkan semua infrastruktur dan menyiapkan alat-alat produksi yang cukup, sehingga target itu sendiri bisa dicapai. Sedangkan untuk harga batubara sendiri masih cukup kuat secara garis besar kami optimis paruh kedua," tukasnya
Sementara itu, Corporate Secretary Adaro Mahardika Putranto menjelaskan, panduan produksi ini termasuk batubara metalurgi yang diproduksi anak usaha Adaro, yaitu PT Adaro Minerals Tbk (ADMR). Pada tahun ini, Adaro Minerals ditargetkan memproduksi 2,8 juta ton sampai 3,3 juta ton batu bara. "Jadi kami saat ini on the right track untuk capai target full year 2022. Kondisi batu bara yang cukup positif menopang pencapaian kami dan akan memungkinkan kami menghasilkan kas yang kuat untuk mendukung transformasi bisnis perusahaan," katanya.
Kendati demikian, Adaro menargetkan produksi met coal di Kestrel Met Coal sebesar 7 juta ton. Angka tersebut tidak termasuk ke dalam panduan produksi 58 juta ton.
Menurutnya, target produksi ini ditopang dengan menimbang tingkat coal getting yang meningkat pada semester II-2022. Tidak hanya itu, cuaca juga diperkirakan membaik serta persediaan alat berat mengalami kenaikan “Kami yakin bisa mencapai target. Namun, jika cuaca kurang baik dan tantangan industri alat berat, nisbah kupas akan lebih rendah dari target,” tandasnya.
Pada semester I 2022, EBITDA operasional ADRO naik 269 persen menjadi USD2,34 miliar dari periode yang sama tahun lalu USD635 juta karena harga dan produksi masing-masing naik 117 persen dan 6 persen. Harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) pada kuartal II 2022 naik 135 persen (yoy).
Sedangkan laba inti perseroan pada semester I 2022 mencapai USD1,45 miliar atau setara dengan kenaikan 338 persen (yoy) berkat harga yang sangat tinggi dalam sejarah akibat peristiwa-peristiwa geopolitis dan efisiensi operasional yang dilakukan secara berkesinambungan.
Semester pertama 2022 dinilai sebagai semester yang sangat kondusif untuk harga batu bara, sehingga mendorong pendapatan ADRO menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Hal itu dipicu oleh gabungan berbagai faktor yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat, mulai dari cuaca tak menentu yang mengakibatkan kenaikan permintaan bagi produk-produk perseroan, sampai kelangkaan pasokan yang belum juga teratasi akibat masalah pengadaan alat berat dan cuaca buruk di wilayah-wilayah tambang secara global. Namun, dampak terbesar disebabkan risiko geopolitis dari Eropa.
Pendapatan, EBITDA dan laba bersih perseroan mencapai rekor tertinggi kinerja semester pertama sejak perusahaan pertama kali melantai di bursa 14 tahun lalu. (tim redaksi)
#adaro
#emiten
#batubara
#emitenbatubara
#targetproduksiadaro
Tidak ada komentar