Breaking News

Panen Pertanian di Eropa Diprediksi Anjlok Tahun Ini, Italia Dilanda Kekeringan Parah

Tanaman pertanian alami kekeringan. Foto: Ilustrasi/ Pixabay

WELFARE.id-Eropa sedang dilanda cuaca panas. Akibatkan kekeringan di sejumlah negara. Hasil panen utama di Eropa diprediksi bakal mengalami penurunan tajam tahun ini, sebagai dampak dari serangan gelombang panas dan kekeringan. 

Hal itu sekaligus memperburuk kondisi krisis ketahanan pangan yang kini melanda akibat perang Ukraina-Rusia.
Hasil jagung, bunga matahari, dan kacang kedelai di Uni Eropa diperkirakan turun sekitar 8% hingga 9% karena cuaca panas di seluruh benua itu. 

Pasokan minyak goreng dan jagung sudah berada di bawah tekanan, karena Ukraina sebagai produsen utama telah diblokir ekspornya oleh Rusia.

Pun demikian dengan hasil sereal turun sekitar 2% secara keseluruhan, dibandingkan dengan rata-rata lima tahun. Meskipun beberapa tanaman seperti gula bit dan kentang lebih baik daripada rata-rata.

Menurut edisi bulanan terbaru dari Buletin Mars yang diterbitkan minggu ini oleh Pusat Penelitian Gabungan Uni Eropa, kekeringan dan heat stress di banyak wilayah bertepatan dengan tahap pembungaan untuk tanaman utama. Padahal, kekeringan dan gelombang panas membuat penampungan air di banyak tempat berada pada tingkat yang terlalu rendah untuk memenuhi permintaan irigasi.

Ditambah lagi, perang di Ukraina juga telah menaikkan harga bahan bakar dan pupuk yang merupakan input penting untuk pertanian. Di mana hal itu telah menaikkan harga pangan lebih jauh. 

Akibatnya, harga pangan bakal melonjak di seluruh dunia sebagai akibat dari perang Ukraina, kekeringan parah, dan dampak pandemi COVID-19. Menyebabkan orang-orang di banyak negara kehabisan cadangan makanan mereka.

Gletser utama mencair

Di Italia, bencana kekeringan pada lahan pertanian, membuat kekhawatiran bagi masyarakat/penduduk setempat. Pasalnya, jika kekeringan terus belangsung lama, hal tersebut akan berdampak pada hasil panen dan perekonomian masyarakat.

Berdasarkan laporan dari Legambiente (asosiasi pencinta lingkungan Italia), dikutip Selasa (16/8/2022), kekeringan tersebut diakibatkan karena telah lebih dari 200 gletser (bongkahan es) utama yang ada di Pegunungan Alpen Italia menghilang sejak pencatatan yang dimulai pada 1895. 

Kurangnya cadangan air tawar yang berasal dari cadangan glasial (suhu menurun dalam jangka masa yang lama dalam iklim bumi), menjadi kontributor utama pada kekeringan yang melanda sebagian besar Italia.

Sehingga mengancam adanya pengurangan hasil panen pertanian, terutama di Italia utara. Di mana air dari gletser menjadi bagian penting dari ekosistem daerah tersebut.

Fenomena tersebut juga memiliki konsekuensi yang sangat luas, karena dengan melelehnya tebing glasial dengan cepat, tidak hanya menyebabkan hilangnya pemandangan alam dan keanekaragaman hayati yang menakjubkan, tetapi melibatkan keselamatan publik. 

Contohnya, bulan lalu ada 11 pendaki yang meninggal ketika gletser yang mencair menimbulkan longsoran es dan salju yang dahsyat di Marmolada Pegunungan Dolomites, Italia. (tim redaksi)

#eropadilandakekeringan
#italiakekeringan
#gletserutamamencair
#cuacapanas
#globalwarming
#cuacaekstrem
#gelombangpanas

Tidak ada komentar