Konflik Tiongkok-Taiwan, Indonesia Bisa Kena Getahnya
WELFARE.id-Ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan menimbulkan eskalasi baru konflik global. Kondisi geopolitik ini memicu ketidakpastian global semakin meningkat, selain perang Rusia dan Ukraina yang belum berakhir dan pandemi COVID-19 yang belum juga usai.
"Hadirnya Ketua DPR AS di Taiwan (menimbulkan) eskalasi yang luar biasa. Tentunya menimbulkan kemungkinan dari sisi keamanan namun juga dari sisi politik ekonomi," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, dikutip Kamis (11/8/2022).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut konflik geopolitik tersebut instrumen ekonomi menjadi instrumen perang. Contohnya sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat ke Rusia. Sanksi tersebut, kata dia, tentu saja tidak hanya memberikan dampak dari sisi militer, tetapi dari sisi ekonomi dan keuangan negara.
"Belum selesai dengan konflik kedua negara, Sri Mulyani mengingatkan konflik yang berpotensi muncul. Dia menilai eskalasi yang luas biasa kemungkinan dapat memberikan dampak, tak hanya dari sisi keamanan namun juga dari sisi politik dan ekonomi. "Dengan dunia memiliki geopolitik yang luar biasa besar, maka seluruh dunia merasa tidak aman," tukasnya.
Ketidakamanan tersebut, jelasnya, dapat mengancam hubungan antar negara yang selama tiga dekade di bawah asumsi bahwa dunia akan saling berhubungan baik dari sisi perdagangan, investasi, lalu lintas manusia, lalu lintas modal, lalu lintas barang, dan lalu lintas informasi. "Ini semuanya sekarang di riset. Banyak dunia sekarang, masyarakat atau negara melakukan review terhadap hubungan antara negara," tandasnya.
Dia menuturkan kondisi geopolitik yang penuh kompetisi dan potensi perang membuat semua negara semakin hati-hati. Tiap negara sekarang mencari hal-hal yang bisa meningkatkan ketahanan dari perekonomiannya masing-masing. "Artinya proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, blok akan semakin menguat," katanya.
Menurutnya jika konflik antara negara ini terus berlangsung dan makin memanas, maka akan berdampak pada hubungan perdagangan dan investasi keduanya dengan banyak negara di dunia. Terlebih, kedua negara berpotensi perang seperti Rusia-Ukraina yang menyebabkan banyak negara mengamankan ketahanan ekonominya masing-masing.
“Ini tentu membuat aksi proteksi di dunia makin menguat. Kondisi geopolitik yang penuh potensi perang membuat berbagai negara mencari ketahanan ekonomi masing-masing, proteksionisme akan makin besar, block menguat," ungkapnya.
Dengan demikian, lanjutnya, proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, blok akan semakin menguat. Hubungan investasi perdagangan tidak lagi berdasarkan kepada flow of goods dan capital serta manusia yang bebas namun sudah diperhitungkan dari sisi aspek geopolitik.
Maka itu, Sri Mulyani menyebut Indonesia sebagai salah satu negara dari 20 negara dengan perekonomian terbesar tidak boleh tidak paham terhadap konteks geopolitik yang berubah. Bahkan telah menjadi bagian dari anggota G20, artinya Indonesia masuk dalam 20 besar negara ekonomi terbesar di dunia. “Makanya, Indonesia harus melek terhadap kondisi global yang terjadi saat ini. Ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang tidak boleh tidak paham terhadap konteks geopolitik yang berubah," ucapnya.
Sementara itu Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai dampak konflik Tiongkok dengan Taiwan yang sedang berlangsung terhadap perekonomian Indonesia sejauh ini cukup terbatas atau kecil, namun keadaan tersebut tetap harus diwaspadai. "Sejauh ini memang belum terlihat ada dampak yang cukup signifikan, akan tetapi kita tetap harus waspada," ucapnya.
Dia menjelaskan ketegangan Taiwan dengan Tiongkok yang kini sedang berlangsung merupakan permasalahan geopolitik, sehingga jika dilihat dari segi perekonomian konflik tersebut memiliki risiko yang bersifat eksogen. Maka demikian, konflik kedua negara bersifat di luar kontrol perekonomian Indonesia dimana dampaknya diperkirakan berupa rambatan atau spillover terhadap ekonomi domestik. (tim redaksi)
#konfliktiongkoktaiwan
#taiwan
#tiongkok
#dampakekonomikonfliktiongkoktaiwan
#menkeu
#geopolitik
Tidak ada komentar